Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa sesungguhnya
dosa adalah sumber dari segala malapetaka di dunia
maupun di akhirat. Allah جل جلاله berfirman,
َويَ ْعفُو َع ْن َكثِيٍر )
ْيِدي ُكْم
َ
ْت أ
ِ َما َك َسبَ
ُكْم ِم ْن ُم ِصيبَ ٍة فَب
َصابَ
َ
َو َم 30 ا أ
(
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan
oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak
(dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura : 30)
ْف ِس َك
ِم ْن نَ
ِئَ ٍة فَ
َصابَ َك ِم ْن َسي
َ
َو َما أ
هَّللاِ
ِم َن
َصابَ َك ِم ْن َح َسنَ ٍة فَ
َ
نَا َك َما أ
ْ
ْر َسل
َ
َوأ
ِا هَّللِ َش ِهيداا )
ها ِس َر 79ُ )سواًل َو َكفَى ب
ِللن
“Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah,
dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan)
dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul
kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi
saksi.” (QS. An-Nisa : 79)
Maka ketahuilah bahwa karena dosa pulalah yang
menyebabkan Nabi Adam ‘alaihissalam dikeluarkan dari
surga. Jika saja Nabi Adam ‘alaihissalam tidak melakukan
perbuatan dosa, maka tentu Nabi Adam ‘alaihissalam
tidak akan keluar dari surga. Akan tetapi Allah
mentakdirkan dengan hikmah yang Allah kehendaki,
sehingga Nabi Adam ‘alaihissalam dan Hawa melakukan
dosa dan dikeluarkan dari surga.
Kemudian juga karena dosalah yang menyebabkan
seseorang terhalang untuk masuk surga dikemudian hari.
2
Dan seseorang tidak akan bisa masuk surga kecuali dosadosanya telah dibersihkan terlebih dahulu. Sehingga
tatkala ditimbang seluruh amalannya, dan amal buruknya
(dosanya) jauh lebih banyak daripada kebaikannya, maka
tentu dia akan masuk ke dalam neraka. Allah جل جلاله berfirman,
ِزينُهُ )
ه ْت َمَوا
َم ْن َخف
ما
ه
َ
َو 8 أ
(
ِويَةٌ
مهُ َها
ُّ
ُ
( فَأ 9ْ د َرا َك َما ِهيَ ْه )
َ
( 10 )نَا ٌر َو َما أ
(
ٌ
َحا ِميَة 11 )
“Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka
tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu
apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.”
(QS. Al-Qari’ah : 8-11)
Seorang muslim yang bertauhid namun melakukan
perbuatan dosa, kelak dia akan masuk surga selama tidak
melakukan kesyirikan atau kafir. Akan tetapi dia harus
mampir terlebih dahulu di neraka jahannam sampai waktu
yang telah Allah Subhanahu wa ta ‘ala tentukan untuk
membersihkan dosa-dosanya. Jika dosa-dosanya telah
bersih, maka barulah dia dikeluarkan dari neraka dan di
masukkan ke dalam surga. Semua itu terjadi karena surga
tidak akan dimasuki oleh seseorang yang masih memiliki
dosa.
Oleh karenanya penting bagi kita untuk mengenal
perkara-perkara apa yang bisa menggugurkan dosa-dosa
kita. Sehingga kelak kita bisa bertemu dengan Allah جل جلاله
dalam keadaan dosa-dosa telah berguguran, dan Allah pun
memasukkan kita ke dalam surga secara langsung. Semoga
Allah جل جلاله memasukkan kita semua dalam surgaNya.
3
Pembahasan ini sebenarnya berasa dari tulisan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’
al-Fatawaa pada jilid ke-VII. Dalam tulisan tersebut,
beliau hendak membantah pemahaman menyimpang yang
menyangka bahwasanya dosa-dosa hanya bisa gugur
dengan taubat. Sehingga beliau ingin menjelaskan
bahwasanya ada sebab-sebab lain yang bisa membuat
dosa-dosa seseorang berguguran selain dari pada taubat.
Sehingga beliau menyebutkan bahwa sebab-sebab
gugurnya dosa ada sepuluh. Ibnu Taimiyah rahimahullah
berkata,
ُصو
ْت نُ
ه
عَ قَ ْد دَل ْبِد
ْ
نُو ِب تَ ُزو ُل َع ْن ال
ُّ
الذ
ن ُعقُوبَةَ
ه
َ
ِة: َعلَى أ
ه
سن
ِكتَا ِب َوال ُّ
ْ
ُص ال
ْسبَا ٍب
َ
ِنَ ْح ِو َع َش َرةِ أ
ب {مجموع الفتاوى ) 7 /487(
“Telah ditunjukkan oleh Alquran dan sunnah-sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم
bahwa hukuman terhadap dosa bisa hilang dari seorang hamba
dengan sekitar sepuluh sebab.” (Majmu’ Fatawa 7/487)
Di antara sebab-sebab tersebut adalah:
1. Taubat
Taubat adaalah perkara yang disepakati oleh kaum
muslimin dapat mengugurkan dosa. Dan Allah جل جلاله telah
berfirman,
ْغِف ُر
هَّللاَ يَ
ن
ه
ِ
ُطوا ِم ْن َر ْح َمِة هَّللاِ إ
نَ
ِس ِهْم ًَل تَقْ
ْنفُ
َ
ْس َرفُوا َعلَى أ
َ
ِذي َن أ
ه
َي ال
قُ ْل يَا ِعبَاِد
ُم )
ر ِحي
غَفُو ُر ال ه
ْ
هُ ُهَو ال
ه
ِن
53 )نُو َب َجِميعاا إ
ُّ
الذ
“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
4
semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha
Penyayang’.” (QS. Az-Zumar : 53)
Tidak mungkin bagi seseorang menjalani kehidupannya
tanpa dosa. Pasti seseorang pernah terjerumus dalam
perbuatan dosa. Dan Nabi صلى الله عليه وسلم telah mengatakan,
ْح ُصوا
ا ْستَِقي ُموا، {سنن ابن ماجه )1 /102َ {(ولَ ْن تُ
“Beristiqamahlah kalian, dan sekali-kali kalian tidak akan dapat
menghitungnya.” (Ibnu Majah 1/102 no. 278)
Maksudnya adalah bagaimanapun seseorang beristiqamah,
pasti tidak akan mampu dan tetap akan melakukan dosa.
Bagaimanapun seseorang berusaha untuk bersikap lurus,
ketahuilah bahwa sesungguhnya dirinya bukanlah
malaikat, bukan para Nabi, sehingga pasti akan melakukan
dosa. Adapun banyak atau sedikitnya tergantung masingmasing orang. Terlebih lagi bagi kita yang hidup di zaman
sekarang, siapakah di antara kita yang selamat dari dosa?
Dosa penglihatan, dosa pendengaran, dan dosa perkataan
adalah dosa-dosa yang mungkin setiap hari kita lakukan.
Oleh karenanya saya katakan bahwa jika ada seorang
pemuda yang bisa selamat dari dosa pandangan di zaman
sekarang, maka dia adalah wali di antara wali-wali Allah.
Karena di zaman ini, seseorang sangat susah untuk
terhindar dari dosa-dosa tersebut.
Oleh karenanya tatkala seseorang terjerumus ke dalam
suatu perbuatan dosa, hendkanya dia bertaubat kepada
Allah جل جلاله .Dan juga hendaknya seseorang berhusnudzan
5
kepada Allah bahwa pasti Allah akan mengampuni dosadosanya. Ingatlah bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم mengabarkan dalam
haditsnya,
سْبيِ قَ ْد
ِم َن ال ه
ةٌ
َ
ِذَا ا ْمَرأ
ٌي، فَإ
َ َسْب
م
ه
ْي ِه َو َسل
ى هللاُ َعلَ
ه
ِ يِ َصل
ب
ه
َ َعلَى الن
ُب ِدم
قَ
ُ
تَ ْحل
ْر َضعَتْهُ،
َ
َوأ
َها
ْطنِ
ِبَ
َصقَتْهُ ب
ْ
ل
َ
َخذَتْهُ، فَأ
َ
أ
سْبيِ
ًّا فِي ال ه
ِي
َو َجدَ ْت َصب
ِذَا
َها تَ ْسِقي، إ
ْديَ
ثَ
ِر
ها
َولَدَ َها فِي الن
ِر َحةا
َرْو َن َهِذِه َطا
تُ
َ
: أ
َ
م
ه
ْي ِه َو َسل
ى هللاُ َعلَ
ه
ي َصل
ُّ ِ
ب
ه
فَقَا َل ل ؟ َنَا الن
َي تَقْ
َو ِه
نَا: ًلَ،
ْ
ِعبَاِدِه ِم ْن َهِذِه ل
ِ قُ
ْر َحُم ب
َ
ْط َر َحهُ، فَقَا َل: َهَّللُ أ
ْن ًلَ تَ
َ
ِد ُر َعلَى أ
ِد َها
ب {صحيح البخاري )8 /8َ ِ {(ولَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kedatangan rombongan
tawanan perang. Di tengah-tengah rombongan itu ada seorang ibu
yang sedang mencari-cari bayinya. Tatkala dia berhasil
menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun
memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada kami, “Apakah
menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke
dalam kobaran api?” Kami menjawab, “Tidak mungkin, demi
Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah bayinya terlempar
ke dalamnya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Sungguh Allah lebih sayang kepada hambahamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari
no. 5999)
Dari hadits ini menunjukkan bahwa ketika wanita
tersebut telah menemukan anaknya yang hilang, maka saat
itulah puncak kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Dan tidak ada kasih sayang di muka bumi ini yang lebih
besar daripada kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Maka dari itu hadits ini menjelaskan kepada kita
bahwasanya kasih sayang Allah itu lebih besar kepada
6
hambaNya daripada kasih sayang seorang ibu kepada
anaknya. Oleh karenanya tatkala seseorang melakukan
dosa, segeralah kembali kepada Allah.
Kalau sekiranya seorang anak melakukan kesalahan,
pasti orang tua marah, memukulnya, dan bahkan mungkin
sampai mengusirnya. Akan tetapi pasti ada rasa sedih
dalam benak orang tua setelah melakukan itu, dan dia
ingin agar anaknya kembali. Sehingga ketika sang anak
kembali untuk meminta maaf, pasti kita orang tuanya akan
menerima permintaan maaf anaknya. Maka demikian pula
Allah جل جلاله terhadap hambanya. Tatkala seseorang hamba
melakukan dosa, kemudian Allah memberikan teguran
dengan sebuah musibah, akan tetapi ketika dia bertaubat
dan kembali kepada Allah, maka Allah pasti akan
mengampuni dosa-dosanya. Karena Allah جل جلاله lebih besar
kasih sayangnya kepada hambaNya daripada kasih sayang
seorang ibu terhadap anaknya. Sehingga tatkala seseorang
bermuamalah dengan Allah, dia harus senantiasa
husnudzan kepada Allah. Kata Allah جل جلاله dalam hadits
qudsi,
را فَلَهُ
ن َش ًّ
ْن َظ ه
ِ
َوإ
ِي َخْي ارا فَلَهُ،
ن ب
ْن َظ ه
ِ
ِي، إ
َظ نِ َعْبِدي ب
نَا ِعْندَ
َ
أ {مسند
أحمد بن حنبل )2 /391{(
“Sesungguhnya Aku sesuai dengan prasangkaan hamba-Ku
terhadapa-Ku, jika ia berprasangka baik maka ia akan
mendapatkannya, dan jika ia berprasangka buruk maka ia akan
mendapatkannya.’” (HR. Ahmad 8715)
7
Maka tatkala seseorang berbuat dosa, bersegaralah
kembali dan bertaubat kepada Allah. Jika terlambat,
syaithan akan datang menggoda dengan bisakan keraguaraguan agar seseorang batal untuk bertaubat kepada Allah.
Maka jika telah datang bisikan-bisakan tersebut,
hendaklah kita menepis bisikan tersebut dan tetap kembali
bertaubat kepada Allah جل جلاله .Adapun jika kita
mengkhawatirkan akan melakukan dosa yang sama pada
waktu yang akan datang, maka tepislah was-was tersebut,
karena taubat itu untuk dosa yang telah dilakukan. Oleh
karenanya kita dapati Nabi صلى الله عليه وسلم adalah orang yang paling
sering beristighfar kepada Allah جل جلاله.
Dan orang yang paling berbahagia kelak adalah orang
yang diberi taufiq oleh Allah جل جلاله untuk bertaubat sebelum
meninggal dunia. Bisa jadi seseorang melakukan begitu
banyak dosa, akan tetapi sebelum meninggal dunia ia
bertaubat, maka seluruh dosa-dosanya akan digugurkan.
Lihatlah kisah para penyihir Fir’aun, mereka berprofesi
sebagai penyihir dan melakukan kesyirikan selama
bertahun-tahun lamanya. Ketika berduel dengan Nabi
Musa ‘alaihissalam, mereka kalah dan merekapun sadar.
Allah جل جلاله berfirman,
ِ َر ِب َها ُرو َن َو ُمو َسى )
ها ب
َمن
ُوا آ
جداا قَال
ه
ُس
س َح َرةُ
َي ال ه
ِق
ْ
ل
ُ
فَأ 70 )
“Lalu para pesihir itu merunduk bersujud, seraya berkata, “Kami
telah percaya kepada Tuhannya Harun dan Musa.” (QS. Taha :
70)
8
Ketika mereka telah beriman kepada Allah dan Nabi
Musa ‘alaihissalam, maka marahlah Fir’aun dan
membunuh seluruh penyihir-penyihir yang telah beriman
tersebut. Sehingga karena keimanan mereka kepada Allah
walaupun hanya sebentar, tetapi Allah memberikan
balasan surga bagi mereka.
Kemudian lihatlah kisah yang menceritakan tentang
kisah taubatnya seseorang yang membunuh sembilan
puluh sembilan orang. Nabi صلى الله عليه وسلم menceritakan,
ْه ِل
َ
ِم أ
ْعلَ
َ
َل َع ْن أ
َ
َسأ
ْف اسا، فَ
َوتِ ْس ِعي َن نَ
َم ْن َكا َن قَ ْبلَ ُكْم َر ُج ٌل قَتَ َل تِ ْسعَةا
َكا َن فِي
تَاهُ فَقَ
َ
ْر ِض فَدُ هل َعلَى َرا ِه ٍب، فَأ
ْْلَ
ا هُ
َه ْل لَ
ْف اسا، فَ
َوتِ ْس ِعي َن نَ
هُ قَتَ َل تِ ْسعَةا
ه
ِن
ا َل: إ
ْر ِض
ْْلَ
ْه ِل ا
َ
ِم أ
ْعلَ
َ
َل َع ْن أ
َ
م َسأ
ه
، ثُ
ِ ِه ِمائَةا
م َل ب
ْوبَ ٍة؟ فَقَا َل: ًَل، فَقَتَلَهُ، فَ َكه
ِم ْن تَ
َه ْل لَهُ ِم
ْف ٍس، فَ
نَ
هُ قَتَ َل ِمائَةَ
ه
ِن
ْوبَ ٍة؟ فَقَا َل: نَعَ فَدُ هل ْم، َعلَى َر ُج ٍل َعاِلٍم، فَقَا َل: إ
ْن تَ
نَا اسا
ُ
ِ َها أ
ن ب
ه
ِ
َو َكذَا، فَإ
ْر ِض َكذَا
َ
لَى أ
ِ
ْوبَ ِة؟ اْن َطِل ْق إ
ه
َوبَ ْي َن الت
َو َم ْن يَ ُحو ُل بَ ْينَهُ
ْر ُض َسْو ٍء،
َ
َها أ
ه
ِن
ْر ِض َك، فَإ
َ
لَى أ
ِ
ْر ِج ْع إ
َوًَل تَ
يَ ْعبُدُو َن هللاَ فَا ْعبُِد هللاَ َمعَ ُهْم،
ى
ه
َق َحت
ر ْح َم فَاْن َط ِة لَ
ال ه
َص َم ْت فِي ِه َمََلئِ َكةُ
َمْو ُت، فَا ْختَ
ْ
تَاهُ ال
َ
طِري َق أ
ه
َص َف ال
ِذَا نَ
إ
لَى هللاِ،
ِ
ِ ِه إ
ب
ْ
ِقَل
اَل ب
ِ
ب
َء تَائِباا ُمقْ
ر ْح َمِة: َجا
ال ه
عَذَا ِب، فَقَالَ ْت َمََلئِ َكةُ
ْ
ال
َو َمََلئِ َكةُ
ْم يَ ْعَم ْل َخ
هُ لَ
ه
ِن
عَذَا ِب: إ
ْ
ال
َوقَالَ ْت َمََلئِ َكةُ
تَا ُه ْم َملَ ٌك فِي ُصو َرةِ آدَ ِم يٍ،
َ
ط، فَأ
ْي ارا قَ ُّ
ُهَو لَهُ،
ْدنَى فَ
َ
ِهَما َكا َن أ
هتِ
ي
َ
لَى أ
ِ
ِن، فَإ
ْر َضْي
ْْلَ
َما بَ ْي َن ا
ُهْم، فَقَا َل: قِي ُسوا
ُوهُ بَ ْينَ
ل
َجعَ
فَ
َمََلئِ َكةُ
َرادَ، فَقَبَ َضتْهُ
َ
تِي أ
ه
ْر ِض ال
ْْلَ
لَى ا
ِ
ْدنَى إ
َ
ِة َو َجدُوهُ أ
ر ْح { َم فَقَا ُسوهُ فَ
ال ه
صحيح مسلم )4 /2118{(
“Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah
membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orangorang yang paling alim di muka bumi. Namun ia ditunjuki pada
seorang rahib. Lantas ia pun mendatanginya dan berkata, “Jika
seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?”
Rahib pun menjawabnya, “Orang seperti itu tidak diterima
taubatnya.” Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah
9
100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya. Kemudian ia kembali
lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka
bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya
pada ‘alim tersebut, “Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa,
apakah taubatnya masih diterima?” Orang alim itu pun
menjawab, “Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan
menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari
tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana
terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala,
maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu
kembali ke tempatmu(yang dulu) karena tempat tersebut adalah
tempat yang amat jelek.”
Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh
orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut
pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan antara
malaikat rahmat dan malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata,
“Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan
menghadapkan hatinya kepada Allah”. Namun malaikat adzab
berkata, “Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit
pun”. Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia,
mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai
pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, “Ukurlah
jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia
tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika
jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.” Lalu
mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka
dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju.
Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.” (HR.
Muslim 4/2118 no. 2766)
10
Lihatlah bagaimana seseorang yang belum melakukan
kebaikan sama sekali, akan tetapi karena taufiq Allah جل جلاله
yang menunjukkan kepadanya jalan untuk bertaubat,
sehingga Allah جل جلاله mengampuni dosa-dosanya. Oleh karena
itu jangan sampai kita putus dari bertaubat kepada Allah.
Di manapun kita berada hendaknya kita selalu bertaubat
kepada Allah dengan banyak berdoa.
Bukankah Allah telah berfirman,
ُمتَ َطِ هِري َن
ْ
ب ال
ُّ
ِي َن َويُ ِح
واب
ه
ه
ب الت
ُّ
هَّللاَ يُ ِح
ن
ه
ِ
إ )222 )
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertaubat dan
menyukai orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah : 222)
Dan di antara nama-nama Allah جل جلاله adalah التواب ,yaitu
Dzat yang Maha Penerima Taubat seorang hamba. Dan
terlalu banyak dalil yang menunjukkan bahwa Allah جل جلاله
adalah Maha Penerima Taubat. Di antaranya firman Allah
جل جلاله
,
ُهَو
هَّللاَ
ن
ه
َ
صدَقَا ِت َوأ
ال ه
ُخذُ
ْ
َويَأ
َع ْن ِعبَاِدِه
ْوبَةَ
ه
بَ ُل الت
ُهَو يَقْ
هَّللاَ
ن
ه
َ
ُموا أ
ْم يَ ْعلَ
لَ
َ
أ
ُم )
ر ِحي
وا ُب ال ه
104 )ه
ه
الت
“Tidakkah mereka mengetahui, bahwa Allah menerima tobat
hamba-hamba-Nya dan menerima zakat(nya), dan bahwa Allah
Maha Penerima tobat, Maha Penyayang?” (QS. At-Taubah :
104)
ُو َن )
ل
ُم َما تَ ْفعَ
ِئَا ِت َويَ ْعلَ
سي
َويَ ْعفُو َع ِن ال ه
َع ْن ِعبَاِدِه
ْوبَةَ
ه
بَ ُل الت
ِذي يَقْ
ه
َو 25ُ هَو ال
)
11
“Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan
memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Asy-Syura : 25)
Dan tentunya ayat-ayat yang seperti ini sangatlah
banyak. Maka dari itu sering-seringlah bertaubat, karena
tidak ada di antara kita yang tahu kapan dia kembali
kepada Allah. Betapa banyak orang yang menunda-nunda
taubatnya, ternyata hidupnya tidak sampai pada waktu
yang dia kehendaki.
2. Istighfar
Istighfar dalam bahasa Arab berasal dari kata إستغفار
yang berarti المغفرة طلب) meminta maghfirah). Karena
wazan istaf’ala dalam bahasa Arab maknanya adalah
meminta sesuatu. Sehingga istghfar maknanya adalah
seseorang meminta maghfirah. Apa itu maghfirah?
Maghfirah berasal dari kata mighfar yaitu semacam
penutup kepala yang digunakan oleh seseorang yang
seseorang berperang yang memiliki dua fungsi yaitu
sebagai penutup kepala dan melindungi dari hantaman
pedang. Oleh karenanya tidak semua penutup kepala
disebut mighfar seperti peci dan sorban karena hanya
memiliki fungsi menutup dan tidak berfungsi sebagai
pelindung. Maka demikianlah makna maghfirah. Oleh
karenanya Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa
tatkala seseorang mengatakan “Astaghfirullah”, makna
pertama adalah dia meminta maghfirah kepada Allah
yaitu meminta untuk ditutupnya aib-aib di dunia Oleh
12
karenanya sering kita baca dalam dzikir pagi petang
sebuah doa yang meminta agar Allah menutup aib-aib
kita,
َو
ْف
عَ
ْ
َك ال
ُ
ل
َ
ْسأ
َ
م أ
ه
ُه
ه
ْْل ِخ َرةِ، الل
َوا
ُّْنيَا
عَافِيَةَ فِي الد
ْ
َو َوال
ْف
عَ
ْ
َك ال
ُ
ل
َ
ْسأ
َ
ِي أ
ِن
م إ
ه
ُه
ه
الل
ْهِلي
َ
َي َوأ
عَافِيَةَ فِي ِدينِي َودُْنيَا
ْ
َوآ ِم ْن َوال
ْر َعْو َراتِي،
م ا ْستُ
ه
ُه
ه
َو َماِلي، الل
َو َع ْن ِش َماِلي،
َو َع ْن يَ ِمينِي،
ِفي،
ْ
َو ِم ْن َخل
هي،
ِن يَدَ
ْظنِي ِم ْن بَ ْي
َوا ْحفَ
َرْو َعاتِي،
ْغتَا َل ِم ْن تَ ْحتِي
ُ
ْن أ
َ
َك أ
ِ
ب
ُعوذُ
َ
َوأ
ْوقِي،
سنن ابن ماجه )2 /1273َ {(و { ِم ْن فَ
” Ya Allah, sesungguhnya aku memohon maaf serta keselamatan
di dunia dan di akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
maaf dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan harta
bendaku, Ya Allah, tutupilah auratku, amankanlah apa-apa
yang menjadi pemeliharaanku, lindungilah kami dari bahaya yang
datang dari hadapanku, dari belakangku, dari samping kananku,
dari sampaing kiriku dan dari atasku dan aku berlindung
kepada-Mu dari bahaya yang datang tak disangka dari
bawahku.” (Ibnu Majah 2/1273 no. 3871)
Makna menutup aurat di dalam doa ini adalah kita
memohon kepada Allah untuk menutup aib-aib kita.
Karena jika Allah membuka aib dari dosa-dosa kita, maka
sudah pasti tidak ada yang mau berteman bahkan duduk
bersama kita. Oleh karenanya Muhammad bin Wasi’
berkata,
ي
ه
لَ
ِ
َس إ
ْن يَ ْجِل
َ
َحدٌ أ
َ
َر أ
َما قَدَ
نُو ِب ِري ٌح ،
ُّ
ْو َكا َن ِللذ
لَ
“Kalau sekiranya dosa itu memiliki aroma (bisa tercium), tidak
seorangpun mau duduk dengan saya.”
13
Sehingga tatkala orang-orang menghargai kita, orangorang segan dengan kita, semua itu bukan karena kita
mulia, akan tetapi karena Allah menutup dosa-dosa kita.
Maka dari itu seseorang perlu untuk banyak mengucapkan
istghfar.
Makna yang kedua dari istighfar adalah perlindungan.
Yaitu seseorang meminta kepada Allah agar dosa yang ia
lakukan tidak memberikan dampak buruk kepada
pelakunya. Dan kita tahu bahwa dosa pasti memiliki
dampak buruk. Sehingga orang-orang yang
memperbanyak istighfar tidak akan mendapatkan dampak
buruk. Bahkan sebagian salaf mengatakan, “Demi Allah
saya mengetahui dampak dari maksiatku pada
kendaraanku, keluargaku, pembantuku”. Seakan-akan dia
tahu bahwa dampak buruk yang dia alami adalah buah
dari maksiat yang dia lakukan.
Oleh karenaya makna istighfar adalah seseorang
meminta kepada Allah untuk ditutupnya aib-aibnya, dan
berlindung dari dampak buruk dosa-dosanya. Dan
sungguh beruntunglah orang-orang yang banyak
beristighfar kepada Allah. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
ْغفَا ارا َكثِي ارا
سنن ابن ماجه )2 /1254ُ {(طوبَى ِل { َم ْن َو َجدَ فِي َص ِحيفَتِ ِه ا ْستِ
“Beruntunglah bagi orang yang mendapatkan didalam catatan
amalnya istighfar yang banyak.” (HR. Ibnu Majah 2/1254 no.
3818)
Akan tetapi di zaman sekarang ini, betapa banyak
waktu kita yang terbuang tanpa dzikir kepada Allah.
14
Melainkan banyak waktu kita diisi dengan dosa karena
mengikuti hal-hal yang haram di handphone dan media
sosialnya. Contohnya adalah melihat hal-hal yang haram,
menyebar berita hoax, mencari-cari kesalahan orang lain,
ikut dalam diskusi ghibah, dan yang lainnya. Maka dari itu
hendaknya kita membiasakan diri untuk banyak
beristighfar disetiap waktu-waktu senggang atau bahkan di
waktu sibuk kita. Ketika membawa kendaraan kita bisa
saambil berdzikir, ketika menunggu antrianpun kita bisa
berdzikir. Hanya saja terkadang banyak di antara kita malu
ketika berdzikir di tempat-tempat umum. Padahal hal
tersebut hanyalah soal kebiasaan.
Ketahuilah bahwa orang-orang yang banyak
beristighfar akan diberikan oleh Allah banyak kebaikan
dari dunia maupun akhirat. Lihatlah balasan dunia bagi
orang-orang yang senantiasa beristighfar dalam firman
Allah جل جلاله tentang perkataan Nabi Nuh ‘alaihissalam,
ا ارا )
ه
هُ َكا َن َغف
ه
ِن
ه ُكْم إ
َويُ ْمِد ْد ُكْم َرب
ْي ُكْم ِم ْد َرا ارا )11)
َء َعلَ
س َما
وا 10 )يُ ْر ِس ِل ال ه
َها ارا )
ْن
َ
ْل لَ ُكْم أ
ها ٍت َويَ ْجعَ
ْل لَ ُكْم َجن
ْمَوا ٍل َوبَنِي َن َويَ ْجعَ
َ
ْر ُجو َن ِأ
( َما لَ ُكْم ب 12ًَ ل تَ
َوقَا ارا )
ِ
َِّلل 13 )ه
“Maka aku (Nuh) berkata (kepada kaumnya), “Mohonlah
ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun,
niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit
kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungaisungai untukmu.”Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran
Allah?”. (QS. Nuh : 10-13)
15
Balasan akhirat Allah sebutkan dalam ayat yang lain,
َر َعْن ُكْم
ِ
ْن يُ َكف
َ
ُّ ُكْم أ
نَ ُصو احا َع َسى َرب
ْوبَةا
هَّللاِ تَ
لَى
ِ
َمنُوا تُوبُوا إ
ِذي َن آ
ه
َها ال
ُّ
ي
َ
يَاأ
ْْلَ
َها ا
ها ٍت تَ ْجِري ِم ْن تَ ْحتِ
َويُ ْد ِخلَ ُكْم َجن
ُكْم
ي ِئَاتِ
ِ ه
َسي ب
ه
هَّللاُ الن
ًَل يُ ْخِزي
َ
َها ُر يَ ْوم
ْن
ِمْم لَنَا
تْ
َ
هنَا أ
ُو َن َرب
ِهْم يَقُول
َمانِ
ْي
َ
ِأ
َوب
ِهْم
ْيِدي
َ
َمعَهُ نُو ُر ُه ْم يَ ْسعَى بَ ْي َن أ
َمنُوا
ِذي َن آ
ه
َوال
ِدي ٌر )
َك َعلَى ُك لِ َش ْيٍء قَ
ه
ِن
َوا ْغِف ْر لَنَا إ
نُو َر 8 )نَا
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah
dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan
kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan
kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orangorang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil
mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami
cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa
atas segala sesuatu.” (QS. At-Tahrim : 8)
Maka apakah ada yang lebih baik daripada Allah جل جلاله ?
Ketika manusia meminta maaf kepada sesama manusia,
yang diberikan hanyalah maaf. Akan tetapi ketika manusia
berbuat dosa, bermaksiat, dan melanggar larangan Allah
secara terang-terangan, kemudian kembali dan bertaubat
kepada Allah, maka Allah جل جلاله tidak hanya memberikan
ampunanNya, akan tetapi Allah juga berikan balasan yang
begitu banyak di dunia berupa rezeki, hujan rahmat, anakanak, dan di akhirat Allah memberikan surga yang
didalamnya mengalir sungai-sungai. Maka apa yang
membuat kita enggan dan lalai dari beristighfar kepada
?جل جلاله Allah
16
Kemudian apakah perbedaan antara istighfar dan
taubat? Istighfar biasanya ada pada diri seseorang yang
meskipun dia tidak bertaubat atau masih terus bermaksiat.
Dalam suatu hadits disebutkan,
َب
نَ
ذْ
َ
َر َك َوتَعَالَى: أ
ِي، فَقَا َل تَبَا
م ا ْغِف ْر ِلي ذَ ْنب
ه
ُه
َب َعْبدٌ ذَ ْنباا، فَقَا َل: الل
نَ
ذْ
َ
أ
هْن
ْغِف ُر الذ
ًّا يَ
َرب
ن لَهُ
ه
َ
أ
َ
َع َب، ْبِدي ذَ ْنباا، فَعَِلم
نَ
ذْ
َ
م َعادَ فَأ
ه
هْن ِب، ثُ
ِالذ
ب
ُخذُ
ْ
َويَأ
َب،
َ
َب ذَْنباا، فَعَِلم
نَ
ذْ
َ
َر َك َوتَعَالَى: َعْبِدي أ
ِي، فَقَا َل تَبَا
ْي َر ِب ا ْغِف ْر ِلي ذَ ْنب
َ
فَقَا َل: أ
ْي
َ
َب فَقَا َل: أ
نَ
ذْ
َ
م َعادَ فَأ
ه
هْن ِب، ثُ
ِالذ
ب
ُخذُ
ْ
َويَأ
هْن َب،
ْغِف ُر الذ
ًّا يَ
َرب
ن لَهُ
ه
َر أ ِب ا ْغِف ْر َ
ْغِف ُر
ًّا يَ
َرب
ن لَهُ
ه
َ
أ
َ
َب َعْبِدي ذَ ْنباا، فَعَِلم
نَ
ذْ
َ
َر َك َوتَعَالَى: أ
ِي، فَقَا َل تَبَا
ِلي ذَ ْنب
َك
ْر ُت لَ
َت فَقَ ْد َغفَ
هْن ِب، ا ْع َم ْل َما ِشئْ
ِالذ
ب
ُخذُ
ْ
َويَأ
هْن {صحيح مسلم )4َ /ب،
الذ
{(2112
“Dahulu, ada seorang yang telah berbuat dosa. Kemudian ia
berdoa: ‘Ya Allah, ampunilah dosaku!’. Kemudian Allah جل جلاله
berfirman: ‘Sesungguhnya hamba-Ku mengaku telah berbuat dosa,
dan ia mengetahui bahwasanya ia mempunyai Tuhan yang dapat
mengampuni dosa atau memberi siksa karena dosa.’ Kemudian
orang tersebut berbuat dosa lagi dan ia berdoa; ‘Ya Allah,
ampunilah dosaku!’. Kemudian Allah جل جلاله berfirman: ‘Sesungguhnya
hamba-Ku mengaku telah berbuat dosa, dan ia mengetahui
bahwasanya ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa
atau memberi siksa karena dosa.’ Kemudian orang tersebut berbuat
dosa lagi dan ia berdoa: ‘Ya Allah, ampunilah dosaku!’. Maka
Allah جل جلاله berfirman: ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, dan ia
mengetahui bahwasanya ia mempunyai Tuhan yang mengampuni
dosa atau menyiksa hamba-Nya karena dosa. Oleh karena itu,
berbuatlah sekehendakmu, karena Aku pasti akan
17
mengampunimu (jika kamu bertaubat).” (HR. Muslim 4/2112
no. 2758)
Maka dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
taubat adalah pintu yang berbeda dengan istighfar,
meskipun sama-sama dapat mengugurkan dosa. Karena
pada dasarnya istighfar adalah doa. Dan tentunya istighfar
yang sempurna adalah yang disertai dengan taubat. Karena
tatkala seseorang beristighfar dengan disertai taubat, maka
akan timbul rasa takutnya kepada Allah, inabahnya, dan
amalan-amalan hati yang lain yang bisa menggugurkan
dosa-dosa. Oleh karenanya Nabi صلى الله عليه وسلم juga sering
menggabungkan keduanya dengan berdoa,
أستغفر هللا وتب علي
“Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadanya.”
Akan tetapi terkadang seseorang belum bisa bertaubat,
sehingga dia masih tenggelam dalam maksiat. Oleh
karenanya di antara pengakuan seorang hamba adalah
tatkala dia membaca salah satu doa dzikir pagi petang,
نَا َعلَى َع ْهِد َك َوَو ْعِد َك
َ
َوأ
نَا َعْبدُ َك،
َ
تَنِي َوأ
ْن َت، َخلَقْ
َ
ًل أ
ه
ِ
لَهَ إ
ِ
ِي ًلَ إ
ْن َت َرب
َ
م أ
ه
ُه
ه
الل
بُو ُء
َ
َوأ
ي،
ه
ِنِ ْعَمتِ َك َعلَ
َك ب
بُو ُء لَ
َ
َصنَ ْع ُت، أ
َك ِم ْن َشِ ر َما
ِ
ب
ُعوذُ
َ
َما ا ْستَ َط ْع ُت، أ
ِذَ
َك ب
ل ْن َت َ
َ
ًل أ
ه
ِ
نُو َب إ
ُّ
ْغِف ُر الذ
هُ ًلَ يَ
ه
ِن
ِي فَا ْغِف ْر ِلي، فَإ
ْنب {صحيح البخاري )8 /
{(67
“ALLAHUMMA ANTA RABBI LAA ILAAHA
ILLA ANTA KHALAQTANI WA ANA ‘ABDUKA
WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA WA WA’DIKA
MASTATHA’TU A’UUDZU BIKA MIN SYARRI
18
MAA SHANA’TU ABUU`U LAKA BINI’MATIKA
‘ALAYYA WA ABUU`U LAKA BIDZANBI
FAGHFIRLI FA INNAHU LAA YAGHFIRU ADZ
DZUNUUBA ILLA ANTA (Ya Allah, Engkau adalah
Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau.
Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku
menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan
kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan
perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada-Mu dan aku akui
nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada
yang dapat mengampuni dosa selain-Mu).” (HR. Bukhari no.
6306)
Dalam doa ini seseorang mengakui bahwa dosa-dosa yang
dia lakukan belum bisa dia tinggalkan. Dan benar ada
seseorang yang berusaha untuk meninggalkan perbuatan
dosa, akan tetapi ada kondisi dimana dia belum bisa
meninggalkan dosa tersebut. Akan tetapi dia tetap
memohon ampunan kepada Allah tatkala berbuat dosa.
Contohnya adalah orang yang bekerja di tempat riba, dan
dia tahu yang dia lakukan adalah dosa. Akan tetapi karena
suatu hal dia belum bisa meninggalkannya. Dan semoga
orang-orang seperti ini kelak diberikan taufiq oleh Allah
untuk meninggalkannya.
Maka dari itu jangan di antara kita lupa untuk selalu
beristighfar. Dan istighfar yang paling utama adalah di
waktu sahur. Allah جل جلاله berfirman,
صاِدقِي َن
صاب ) ِ ِري َن َوال ه
ِر ال ه
ْس َحا
ِاْْلَ
ِري َن ب
ُم ْستَ ْغِف
ْ
ُمْنِفِقي َن َوال
ْ
قَانِتِي َن َوال
ْ
َو 17 ال
)
19
“Orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang
menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon
ampunan pada waktu sahur (sebelum fajar).” (QS.
Ali-‘Imran : 17)
ِر ُه ْم يَ ْستَ ْغِف ُرو َن )
ْس َحا
ِاْْلَ
َو 18 ب
)
“Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada
Allah).” (QS. Adz-Dzariyat : 18)
Sempatkanlah diri kita untuk bangun tengah malam
melaksanakan shalat dan memperbanyak istighfar di
waktu tersebut meskipun hanya sepuluh atau lima belas
menit.
3. Amal Salih
Kebaikan dan amal salih adalah di antara hal-hal yang
dapat menggugurkan dosa-dosa. Di antara dalil yang
menyebutkan hal ini adalah firman Allah جل جلاله
,
ه
الن
َط َرفَيِ
صََلةَ
قِِم ال ه
َ
ِل َك َوأ
ِئَا ِت ذَ
سي
ِهْب َن ال ه
َح َسنَا ِت يُذْ
ْ
ن ال
ه
ِ
ِل إ
ْي
ه
ِر َو ُزلَفاا ِم َن الل
َها
ا ِكِري َن )
ه
ِذ 114ْ )كَرى ِللذ
“Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan
petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan
baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang selalu mengingat (Allah).” (QS. Hud : 114)
Disebutkan dalam hadits-hadits yang sahih bahwa
hadits ini turun berkaitan dengan orang yang melakukan
sebuah maksiat. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata,
20
ِي
ِن
َر ُسو َل هَّللاِ، إ
َءهُ َر ُج ٌل فَقَا َل: يَا
َجا
فَ
َ
م
ه
ْي ِه َو َسل
ى هللاُ َعلَ
ه
ِ يِ َصل
ب
ه
ُكْن ُت ِعْندَ الن
قِ
َ
ًّا فَأ
َصْب ُت َحد
صَلَةُ، َ
َو َح َض َر أ ِت ال ه
َعْنهُ، قَا َل:
هُ
ْ
ل
َ
ْم يَ ْسأ
َولَ
ي، قَا َل:
ه
َعلَ
ْمهُ
ْي ِه
ى هللاُ َعلَ
ه
ي َصل
ُّ ِ
ب
ه
َضى الن
ما قَ
ه
َ، فَلَ
م
ه
ْي ِه َو َسل
ى هللاُ َعلَ
ه
ِ يِ َصل
ب
ه
ى َم َع الن
ه
َصل
فَ
َر ُسو َل هَّللاِ
ر ُج ُل فَقَا َل: يَا
ْي ِه ال ه
لَ
ِ
إ
َ
صَلَةَ، قَام
ال ه
َ
م
ه
ي ل
ه
َو َس
قِ ْم فِ
َ
ًّا، فَأ
َصْب ُت َحد
َ
ِي أ
ِن
، إ
ْي َت َمعَنَا
ه
َس قَ ْد َصل
ْي
لَ
َ
ِكتَا َب . َك هَّللاِ، قَا َل: أ
َر لَ
هَّللاَ قَ ْد َغفَ
ن
ه
ِ
قَا َل: نَعَ ْم، قَا َل: فَإ
ه َك
ْو قَا َل: َحد
ذَ ْنبَ َك، أ . {صحيح البخاري )8 /167َ {(
“Aku berada di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
kemudian seorang laki-laki mendatangi beliau dan berujar: ‘Ya
Rasulullah, Saya telah melanggar hukum had, maka tegakkanlah
atasku!’ Nabi tidak menanyainya. Ketika tiba waktu shalat pun,
ia pun ikut shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Selesai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendirikan shalat, lakilaki itu menemuinya dan berkata; ‘Ya Rasulullah, aku telah
melanggar had, maka tegakkanlah atasku sesuai kitabullah.’
Nabi bersabda: “Bukankah engkau shalat bersama kami?”
‘Benar’ Jawabnya. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: “Allah telah mengampuni
dosamu -atau dengan redaksi-mengampuni hukuman had (yang
menimpa) mu.” (HR. Bukhari 8/167 no. 6823)
Dalam riwayat yang lain disebutkan oleh Ibnu Mas’ud
radhiallahu ‘anhu,
فَذَ َكَر
َ
م
ه
ْي ِه َو َسل
ى هللاُ َعلَ
ه
تَى َر ُسو َل هَّللاِ َصل
َ
، فَأ
ْبلَةا
ةٍ قُ
َ
َصا َب ِم َن ا ْمَرأ
َ
ن َر ُجاَل أ
ه
َ
أ
ْي ِه:
ِزلَ ْت َعلَ
ْن
ُ
َه ذَ ) ِل َك لَهُ، فَأ
ه
الن
َط َرفَيِ
صَلَةَ
قِِم ال ه
َ
ن َوأ
ه
ِ
ِل إ
ْي
ه
َو ُزلَفاا ِم َن الل
ِر،
ا
ا ِكِري َن
ه
ِل َك ِذ ْكَرى ِللذ
ِئَا ِت، ذَ
سي
ِهْب َن ال ه
ر ُج ُل: َح َسنَا ِت يُذْ
ال ( ]هود: 114 ]قَا َل ال ه
متِي
ه
ُ
ِ َها ِم ْن أ
َم ْن َعِم َل ب
َي َهِذِه؟ قَا َل: ِل
ِل
أ . {صحيح البخاري ) 6 /75َ {(
“Ada seorang lelaki pernah mencium seorang wanita, lalu dia
menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengabarkannya
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka turunlah ayat:
21
“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan
petang) dan pada bagian permulaan daripada malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan
(dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat.” (QS Hud; 114). Abdullah berkata; lakilaki itu bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah ayat ini hanya
khusus untukku?” Beliau menjawab: “Ayat tersebut adalah untuk
orang-orang yang melakukannya dari ummatku.” (HR. Bukhari
6/75 no. 4687)
Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa bukan berarti
seseorang dengan gampangnya seseorang melakukan
maksiat, kemudian dia shalat maka berguguranlah
dosanya. Akan tetapi pemahaman yang benar akan hal ini
adalah tatkala seseorang melakukan dosa, menimbulkan
rasa takut di dalam hatinya, dan dia bertaubat, inabah
kepada Allah, sehingga tatkala dia telah bertaubat dan
melakukan kebaikan, maka Allah hapus dosa-dosanya
karena amal ibadahnya.
Adapun dalil-dalil dari hadits yang menjelaskan bahwa
amal kebaikan dapat mengugurkan dosa di antaranya
adalah sabda Nabi صلى الله عليه وسلم
,
َرا ٌت
ِ
لَى َر َم َضا َن، ُم َكف
ِ
َو َر َم َضا ُن إ
ُج ْمعَ ِة،
ْ
لَى ال
ِ
إ
ُج ْمعَةُ
ْ
َوال
َخ ْم ُس،
ْ
َوا ُت ال
صلَ
ال ه
َر
َكبَائِ
ْ
َب ال
ِذَا ا ْجتَنَ
ن إ
ه
ُه
/ 209َ {(م {صحيح مسلم )1 ا بَ ْينَ
“Shalat lima waktu dan shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya, dan
Ramadlan ke Ramadlan berikutnya adalah penghapus untuk dosa
antara keduanya apabila dia menjauhi dosa besar.” (HR.
Muslim 1/209 no. 233)
22
َما تَقَ
َر لَهُ
َوا ْحتِ َساباا، ُغِف
َماناا
ِي
َ َر َم َضا َن، إ
ِ ِه َم ْن َصام
ِم ْن ذَ ْنب
َ
م {صحيح
ه
د
{(16 /1( البخاري
“Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala,
maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari
1/16 no. 38)
ج
ُّ
َح
َوال
ُهَما،
َما بَ ْينَ
ِل
َرةٌ
ا
ه
لَى العُ ْمَرةِ َكف
ِ
ًل العُ ْمَرةُ إ
ه
ِ
َج َزا ٌء إ
َس لَهُ
ْي
َمْب ُرو ُر لَ
ال
هةُ
ال {صحيح البخاري )3 /2َ {(جن
“Umrah demi ‘umrah berikutnya menjadi penghapus dosa antara
keduanya dan haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.”
(HR. Bukhari 3/2 no. 1773)
ْم يَ ْرفُ ْث،
ِ فَلَ
ج َِّلله
ه
َم ْن َح
مهُ
ُّ
ُ
َولَدَتْهُ أ
ْف ُس ْق، َر َج َع َكيَ ْوِم
ْم يَ
َو { لَ
صحيح البخاري
{(133 /2(
“Barangsiapa melaksanakan haji karena Allah lalu dia tidak
berkata-kata kotor dan tidak berbuat fasik maka dia kembali
seperti hari saat dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari 2/133
no. 1521)
ِ ُر َها ا
ِرِه تُ َكف
َو َجا
ِدِه
ْهِل ِه َو َماِل ِه َوَولَ
َ
ر ُج ِل فِي أ
ال ه
فِتْنَةُ
صدَقَةُ
َوال ه
صْو ُم
َوال ه
صََلةُ
ل ه
ُي َع ِن ال ُمْن َكِر
ْه
ه
َم ْعُرو ِف َوالن
ِال
ْمُر ب
سنن الترمذي )4 /524َ {(و { اْلَ
“Fitnahnya seseorang di dalam keluarganya, hartanya, anaknya
dan tetangganya, bisa dihapus (diampuni) dengan shalat, puasa,
sedekah, amar ma’ruf dan nahi munkar.” (HR. Tirmidzi 4/524
no. 2258)
ى
ه
ِر، َحت
ها
ُك لِ ُع ْض ٍو ِمْنهُ ُع ْضاوا ِم َن الن
ِ
ْعتَ َق هَّللاُ ب
َ
، أ
َمةا
ُم ْسِل
ْعتَ َق َرقَبَةا
َ
َم ْن أ
ْر ِج ِه
ِفَ
فَ {صحيح البخاري )8 /146ْ {(ر َجهُ ب
23
“Barangsiapa membebaskan budak muslim, Allah membebaskan
setiap anggota tubuhnya karena anggota tubuh yang dibebaskannya
dari neraka, hingga Allah membebaskan kemaluannya dari
neraka, karena kemaluannya.” (HR. Bukhari 8/146 no. 6715)
َح َسنَا ِت، َك
ْ
ُك ُل ال
ْ
َح َسدُ يَأ
ال ، ْ
َخ ِطيئَةَ
ْ
تُ ْطِف ُئ ال
صدَقَةُ
َوال ه
َح َط َب،
ْ
ها ُر ال
ُك ُل الن
ْ
َما تَأ
ِر
ها
ِم َن الن
هةٌ
ُم ُجن
ِ صيَا
َوال
ُمْؤ ِم ِن،
ْ
صََلةُ نُو ُر ال
َوال ه
َر،
ها
َما ُء الن
ْ
ْطِف ُئ ال
َما يُ
َك {سنن
ابن ماجه )2 /1408{(
“Kedengkian akan memakan kebaikan sebagaimana api
memakan kayu bakar, dan sedekah akan menghapus kesalahan
sebagaimana air dapat mematikan api. Shalat adalah cahaya
seorang mukmin, sedangkan puasa adalah perisai dari api
neraka.” (HR. Ibnu Majah 2/1408 no. 4210)
Inilah di antara dalil-dalil dalam hadits yang
menunjukkan bahwa hendaknya seseorang memiliki amal
salih yang banyak. Sampai-sampai jika seseorang memiliki
amal salih yang banyak, maka Allah tidak akan
menganggap dosa-dosanya. Dalil akan hal ini adalah sabda
Nabi صلى الله عليه وسلم tentang taharah. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
ْم يُنَ جِ ْسهُ َش ْي ٌء
ِن لَ
تَْي
ه
ل
َما ُء قُ
ْ
َغ ال
إ {سنن ابن ماجه )1 /172ِ {(ذَا بَلَ
“Jika air itu mencapai dua qullah (tempayan besar) maka ia tidak
akan najis karena sesuatu.” (HR. Ibnu Majah 1/172 no. 517)
Dari hadits ini para ulama mengatakan bahwa jika ada
najis kecil jatuh pada air yang banyak, maka najis itu itdak
dianggap. Maka demikian pula dengan sebuah dosa. Jika
seseorang memiliki amalan yang banyak, maka dosadosanya yang sedikit tidak akang dianggap. Karena amal
24
diumpamakan seperti air yang bersih, sedangkan dosadosa itu seperti najis. Sehingga Allah tidak akan
menganggap dosa seseorang ketika dia memiliki amalan
yang banyak.
Dalil yang menguatkan akan hal ini adalah kisah Hathib
bin Abi Bathla’ah, salah seorang sahabat yang ikut dalam
perang badr. Perang badr yang terjadi pada tahun 2H dia
ikut sebagai anggota perang. Dia bukanlah panglima atau
orang yang berpengaruh pada perang tersebut. Sehingga
ketika kita melihat sejarah, nama beliau tidak disebutkan
dalam kisah perang badr. Seiring berjalannya waktu, pada
tahun 8H dia melakukan dosa. Dosa yang dia lakukan
adalah dia mengirim surat kepada kerabatnya di Makkah
bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم akan memerangi mereka dalam perang
fathu makkah. Dan sikap tersebut adalah sikap yang
berbahaya karena musuh akan mengetahui rencana Nabi
صلى الله عليه وسلم .Sehingga ditakutkan orang-orang Makkah akan
melakukan persiapan, sedangkan Nabi صلى الله عليه وسلم menginginkan
peperangan secara tiba-tiba. Maka tatkala Hathib
mengutus seseorang wanita untuk membawa surat
tersebut, Allah memberikan wahyu kepada Nabi صلى الله عليه وسلم akan
kejadian ini. Maka Nabi صلى الله عليه وسلم mengutus Ali bin Abi Thalib
untuk mengejar utusan tersebut. Ali bin Abi Thalib
menceritakan,
ِمقْدَادَ فَقَا َل:
ْ
َر َوال
زبَ ْي
َوال ُّ
نَا
َ
أ
َ
م
ه
ْي ِه َو َسل
ى هللاُ َعلَ
ه
َر ُسو ُل هللاِ َصل
ائْتُوا ثَنَا
بَعَ
ِنَا
نَا تَعَادَى ب
َها« فَاْن َطلَقْ
َمعَ َها ِكتَا ٌب، فَ ُخذُوهُ ِمْن
ِ َها َظِعينَةا
ن ب
ه
ِ
، فَإ
َخاخٍ
َرْو َضةَ
ةِ، فَ
َ
َمْرأ
ْ
ِال
ِذَا نَ ْح ُن ب
نَا، فَإ
َم َخْيل ِعي ِكتَا ٌب، ُ
َما
ِكتَا َب، فَقَالَ ْت:
ْ
ْخِر ِجي ال
َ
نَا: أ
ْ
ل
قُ
25
ِ ِه
تَْينَا ب
َ
ْخ َر َجتْهُ ِم ْن ِعقَا ِص َها، فَأ
َ
ِيَا َب، فَأ
ن الث
ه
ِقيَ
ْ
ْو لَتُل
َ
ِكتَا َب أ
ْ
ن ال
ه
نَا: لَتُ ْخِر ِج
ْ
ل
فَقُ
ِن
ِذَا فِي ِه: ِم ْن َحا ِط ِب ْب
َ، فَإ
م
ه
ْي ِه َو َسل
ى هللاُ َعلَ
ه
َر ى ُسو َل هللاِ َصل
لَ
ِ
إ
تَعَةَ
ْ
ِي بَل
ب
َ
أ
ى
ه
ْمِر َر ُسو ِل هللاِ َصل
َ
ِبَ ْع ِض أ
ِ ُر ُه ْم ب
هكةَ، يُ ْخب
ْه ِل َم
َ
ُم ْشِر ِكي َن، ِم ْن أ
ْ
نَا ٍس ِم َن ال
: »يَا َحا ِط ُب َما َهذَا؟«
َ
م
ه
ْي ِه َو َسل
ى هللاُ َعلَ
ه
َ، فَقَا َل َر ُسو ُل هللاِ َصل
م
ه
ْي ِه َو َسل
هللاُ َعلَ
ي
ه
َر قَا َل: ًَل تَ ْي ٍش ْع َج ْل َعلَ
ا فِي قُ
َصقا
ْ
ُمل
ا
ِي ُكْن ُت ا ْمَرأ
ِن
يَا – قَا َل َر ُسو َل هللاِ إ
ِس َها
ْنفُ
َ
ُك ْن ِم ْن أ
ْم يَ
َولَ
ُهْم،
م ْن َكا َن َمعَ ُس – َك ِم َن ْفيَا ُن: َكا َن َحِليفاا لَ
ه
َو َكا َن ِم
فَ
ِذْ
ْحبَ ْب ُت إ
َ
ِهْم، فَأ
ْهِلي
َ
ِ َها أ
َرابَا ٌت يَ ْح ُمو َن ب
ُهْم قَ
ِجِري َن لَ
ُمَها
َس ال ِب ْ
ه
ِل َك ِم َن الن
اتَنِي ذَ
َوًَل ا ْرتِدَاداا َع ْن
هُ ُكْف ارا
ْ
ل
فْعَ
َ
ْم أ
َولَ
َرابَتِي،
ِ َها قَ
ِهْم يَداا يَ ْح ُمو َن ب
ِخذَ فِي
ه
ت
َ
ْن أ
َ
ِهْم، أ
فِي
:
َ
م
ه
ْي ِه َو َسل
ى هللاُ َعلَ
ه
ي َصل
ُّ ِ
ب
ه
ْسََلِم، فَقَا َل الن
ْْلِ
ِر بَ ْعدَ ا
ُكْف
ْ
ِال
َوًَل ِر اضا ب
ِدينِي،
ِق، فَقَا َل:
ل ُمنَافِ
ْ
ْضِر ْب ُعنُ َق َهذَا ا
َ
َر ُسو َل هللاِ أ
» َصدَ َق« فَقَا َل ُع َمُر: دَ ْعنِي، يَا
َما
ُوا
ْه ِل بَ ْدٍر فَقَا َل: ا ْع َمل
َ
َع َعلَى أ
طلَ
ه
هل هللاَ ا
َو َما يُ ْدِري َك لَعَ
هُ قَ ْد َش ِهدَ بَ ْد ارا،
ه
ِن
” إ
ْن َز َل هللاُ َع
َ
” فَأ
ْر ُت لَ ُكْم
ْم، فَقَ ْد َغفَ
ِشئْتُ وا
ِخذُ
ه
َمنُوا ًَل تَت
ِذي َن آ
ه
َها ال
ُّ
ي
َ
هل: )يَا أ
ز َو َج
ه
َء( ]الممتحنة:
ْوِليَا
َ
و ُكْم أ
ه
َعدُ 1} [صحيح مسلم )4 /1941ِ {(وي َو َعدُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menugaskan saya,
Zubair, dan Miqdad. Sebelum berangkat, Rasulullah berkata:
‘Berangkatlah ke taman Khakh dan di sana ada seorang wanita
yang membawa surat. Lalu, rebutlah surat tersebut darinya!’
Kemudian kami berangkat dengan mengendarai kuda dan di sana
kami menjumpai seorang wanita. Lalu kami berkata kepadanya;
‘Keluarkanlah surat yang kamu bawa itu! ‘ Wanita itu menjawab;
‘Aku tidak membawa surat.’ Kami berkata kepadanya sambil
memberi ultimatum; ‘Kamu keluarkan surat tersebut atau kami
akan menelanjangimu dengan paksa.’ Maka ia keluarkan surat
itu dari balik sanggul rambutnya. Lalu kami bawa surat tersebut
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ternyata di
dalamnya tertulis; ‘Dari Hathib bin Abu Balta’ah untuk kaum
kafir Quraisyy Makkah tentang beberapa urusan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.’ Rasulullah bertanya; ‘Hai Hathib,
26
ada apa ini? ‘ Hathib menjawab; ‘Ya Rasulullah, janganlah
engkau tergesa-gesa marah kepada saya! Sebenarnya saya dulu
pernah akrab dengan kaum kafir Quraisyy Makkah (Kata Abu
Sufyan; ‘Hathib adalah sekutu kaum kafir Quraisyy, tetapi dia
sendiri bukan orang Quraisyy). Saya juga dulu pernah turut serta
berhijrah bersama engkau meninggalkan keluarga di kota
Makkah yang mereka dipelihara oleh kerabat mereka. Ketika
kerabat mereka sudah tidak ada lagi, maka saya ingin ada
jaminan dari mereka untuk melindungi keluarga saya. Tentunya,
saya melakukan hal ini bukan karena kafir ataupun murtad dari
agama saya. Karena, bagaimana pun juga saya tidak rela menjadi
kafir setelah masuk Islam.’ Mendengar penjelasan Iangsung dari
Hathib, Rasulullah pun bersabda: ‘Kamu benar hai Hathib.’
Tiba-tiba Umar bin Khaththab berkata; ‘Ya Rasulullah,
izinkanlah saya untuk memenggal leher orang munafik ini!’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: ‘Hai Umar,
tahukah kamu bahwasanya Hathib turut juga dalam perang
Badar. Tidakkah engkau mengetahui sesungguhnya Allah telah
memberikan keringanan bagi orang-orang yang turut dalam perang
Badar dan berfirman: ‘Silahkanlah kalian berbuat sesuka kalian,
sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian!’ Kemudian Allah جل جلاله
menurunkan ayat yang berbunyi: ‘Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai
teman-teman setia’. (QS. Al-Mumtahanah : 1).” (HR. Muslim
4/1941 no. 2494 dan HR. Bukhari 5/77 no. 3983, dengan
lafadz Imam Muslim)
Lihatlah bagaimana Hathib yang Allah ampunkan
kesalahannya karena telah melakukan amal salih yang luar
27
biasa yaitu ikut dalam perang badr. Sampai-sampai kita
katakan kalau sekiranya pahala Hathib yang ikut perang
badr seperti kumpulan air, dan jika dosanya seperti
kotoran yang dimasukkan ke dalam air tersebut, maka
kotoran tersebut jadi hilang dan melebur di dalam air.
Oleh karena itu hendaknya seseorang melakukan amal
salih sebanyak-banyaknya yang dia mampu. Perbanyaklah
shalat, karena akan ada waktu di mana seseorang akan
sudah sulit untuk shalat karena tidak memiliki kekuatan.
Perbanyaklah baca Alquran, karena akkan ada waktu di
mana seseorang akan sulit untuk membaca. Perbanyaklah
sedekah, sebelum harta yang dimiliki sudah tidak cukup
bahkan untuk diri sendiri. Milikilah amalan-amalan yang
banyak dan yang luar biasa, karena dengan begitu dosadosa kita tidak akan dianggap oleh Allah جل جلاله .Nabi صلى الله عليه وسلم juga
pernah bersabda,
م
ه
َحدٌ ِم
َ
َر أ
ها
ًَل يَ ْد ُخ ُل الن
ْن بَايَ {سنن أبي داود )4 /213َ {(ع تَ ْح َت ال هش َج َرةِ
“Tidak akan masuk neraka orang yang ikut berbaiat (kepadaku)
di bawah pohon.” (HR. Abu Daud 4/213 no. 4653)
Peristiwa ini terjadi tatkala Nabi صلى الله عليه وسلم hendak umrah pada
tahun 6H. Beliau berangkat bersama kurang lebih 1400
atau 1600 orang yang membaiat Nabi صلى الله عليه وسلم ,dan siap
membela Nabi صلى الله عليه وسلم sampai titik darah penghabisan.
Sehingga Nabi صلى الله عليه وسلم kemudian mengatakan perkataan di atas
kepada mereka semua. Ini menunjukkan bahwa amalan
mereka sangatlah luar biasa, sehingga jika mereka memiliki
28
dosa-dosa, maka Allah tidak akan menganggapnya dan
mereka tidak akan dimasukkan ke dalam neraka.
Disebutkan juga dalam hadits-hadits bahwa shalat
sunnah itu akan menutupi kekurangan-kekurang pada
shalat fardhu. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
ْت لَهُ نَافِلَ
َها ُكتِبَ
َ ْكَملَ
ْن أ
ِ
َمِة َصََلتُهُ، فَإ
ِقيَا
ْ
ال
َ
ْبدُ يَ ْوم
عَ
ْ
ِ ِه ال
و ُل َما يُ َحا َس ُب ب
ه
أ ْن َ
ِ
، فَإ
ةا
ْبِدي ِم ْن
ِجدُو َن ِلعَ
ُظ ُروا، َه ْل تَ
َمََلئِ َكتِ ِه: اْن
َها، قَا َل هَّللاُ ُسْب َحانَهُ ِل
َ ْكَملَ
ُك ْن أ
ْم يَ
لَ
ْع َما ُل َعلَى َح َس ِب
ْْلَ
ا
م تُ ْؤ َخذُ
ه
ِري َضتِ ِه، ثُ
َع ِم ْن فَ
ه
َما َضي
ِ َها
ُوا ب
َ ْكِمل
؟ فَأ
ٍ
وع
تَ َطُّ
ذَ {سنن ابن ماجه )1 /458ِ {(ل َك
“Pertama yang akan dihisab atas seorang hamba pada hari kiamat
adalah shalatnya, jika ia menyempurnakannya maka akan ditulis
baginya pahala nafilah. Jika tidak menyempurnakannya, Allah
Subhaanahu kepada malaikat-Nya, “Lihatlah, apakah kalian
mendapati ia mempunyai ibadah thathawu’? dengannya
sempurnakanlah ibadah wajibnya yang kurang, ” kemudian semua
amalan akan diperlakukan seperti itu.” (HR. Ibnu Majah
1/458 no. 1426)
Maka tatkala seseorang melakukan dosa, hendaknya dia
segera melakukan kebaikan. Kata Nabi صلى الله عليه وسلم,
ٍق
ُ
ُخل
ِ
َس ب
ها
ِق الن
َو َخاِل
ْم ُح َها،
تَ
َح َسنَةَ
ال
ِئَةَ
سي
ال ه
ِ
ِع
تْب
َ
َوأ
َما ُكْن َت،
ِق هَّللاِ َحْيثُ
ه
ات
َح َس ٍن {سنن الترمذي )4 /355{(
“Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan
ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat
menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang
baik.” (HR. Tirmidzi 4/355 no. 1987)
4. Doa Kaum Mukminin Kepadanya
29
Doa kaum mukminin kepada seseorang itu dapat
menggugurkan dosa. Contoh akan hal ini adalah doa
kaum mukminin dalam shalat jenazah. Salah satu doa yang
diajarkan Nabi صلى الله عليه وسلم untuk dibaca ketika shalat jenazah
adalah,
َوا ْر َح ْمهُ
م، ا ْغِف ْر لَهُ
ه
الل هُ، ُه
َوَو ِ س ْع ُم ْد َخلَ
َ ْكِر ْم نُ ُزلَهُ،
َوأ
َو َعافِ ِه َوا ْع ُف َعْنهُ،
ْبيَ َض
ْْلَ
ْو َب ا
ه
ْي َت الث
ه
َخ َطايَا َكَما نَق
ْ
ِ ِه ِم َن ال
َونَق
بَ َرِد،
ْ
ِ َوال
ْج
ل
ه
َما ِء َوالث
ْ
ِال
هُ ب
ْ
َوا ْغ ِسل
ْه اَل َخْي ار
َ
َوأ
ِرِه،
هُ دَا ارا َخْي ارا ِم ْن دَا
ْ
ْبِدل
َ
َوأ
هنَ َزْو اجا َخْي ارا ِس،
ْهِل ِه َو ِم َن الد
َ
ا ِم ْن أ
ِر
قَ ْب
ْ
هُ ِم ْن َعذَا ِب ال
ِعذْ
َ
َوأ
هةَ
َجن
ْ
هُ ال
ْ
ْد ِخل
َ
َوأ
ِر ِم – ْن َزْو ِج ِه،
ها
ْو ِم ْن َعذَا ِب الن
أ { َ
صحيح مسلم )2 /662{(
“ALLAHUMMAGHFIR LAHU WARHAMHU WA
‘AAFIHI WA’FU ‘ANHU WA AKRIM NUZULAHU
WA WASSI’ MUDKHALAHU WAGHSILHU
BILMAA`I WATS TSALJI WAL BARADI WA
NAQQIHI MINAL KHATHAAYAA KAMAA
NAQQAITATS TSAUBAL ABYADLA MINAD
DANASI WA ABDILHU DAARAN KHAIRAN MIN
DAARIHI WA AHLAN KHAIRAN MIN AHLIHI
WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHI WA
ADKHILHUL JANNATA WA A’IDZHU MIN
‘ADZAABIL QABRI AU MIN ‘ADZAABIN NAAR
(Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah
ia dan maafkanlah ia, muliakanlah tempat kembalinya,
lapangkan kuburnya, bersihkanlah ia dengan air, salju dan air
yang sejuk. Bersihkanlah ia dari segala kesalahan, sebagaimana
Engkau telah membersihkan pakaian putih dari kotoran, dan
gantilah rumahnya -di dunia- dengan rumah yang lebih baik -di
30
akhirat- serta gantilah keluarganya -di dunia- dengan keluarga
yang lebih baik, dan pasangan di dunia dengan yang lebih baik.
Masukkanlah ia ke dalam surga-Mu dan lindungilah ia dari
siksa kubur atau siksa api neraka).” (HR. Muslim 2/662 no.
963)
Inti dari shalat jenazah adalah doa. Oleh karenanya
dalam shalat jenazah tidak ada rukuk maupun sujud.
Shalat jenazah dibuka dengan membaca surah Al-Fatihah,
kemudian membaca shalwat kepada Nabi, kemudian
berdoa. Dan hal itu juga merupakan yang kita lakukan
ketika hendak berdoa, yaitu memuji Allah, bershalat
kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم ,lalu berdoa.
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa doa kaum
mukminin dapat menggugurkan dosa adalah hadits Nabi
صلى الله عليه وسلم
,
ِم َن ال
مةٌ
ه
ُ
ْي ِه أ
ِي َعلَ
َصل
ٍت يُ
ِ
َما ِم ْن َمي
ُكونُوا
ْن يَ
َ
ُغُو َن أ
ُم ْسِل ِمي َن، يَ ْبل
ْ
ها ِس ِم َن ال
ن
ِعُوا فِي ِه
ًل ُشف
ه
ِ
ْشفَعُو َن لَهُ، إ
، فَيَ
ِمائَة {مسند أحمد بن حنبل )3 /266 {(ا
“Tidaklah seseorang meninggal, kemudian dishalatkan oleh kaum
muslimin yang mencapai seratus orang, kemudian mereka memohon
syafa’at untuknya melainkan ia akan diberi syafaat karena
mereka.” (HR. Ahmad 3/266 no. 13830)
ْربَعُو َن َر ُجاَل، ًَل يُ
َ
ْشِر ُكو َن َما ِم ْن َر ُج ٍل ُم ْسِلٍم يَ ُمو ُت، فَيَقُو ُم َعلَى َجنَا َزتِ ِه أ
عَ ُهُم هللاُ فِي ِه
ه
ًل َشف
ه
ِ
ب {صحيح مسلم )2 /655ِ {(اهللِ َشْيئاا، إ
“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, dan dishalatkan oleh
lebih dari empat puluh orang, yang mana mereka tidak
31
menyekutukan Allah, niscaya Allah akan mengabulkan do’a
mereka untuknya.” (HR. Muslim 2/655 no. 948)
Oleh karenanya jika kita ingin agar dosa-dosa kita
diampuni, maka mintalah agar yang menshalatkan jenazah
kita kelak adalah orang-orang yang bertauhid dan tidak
mempersekutukan Allah. Oleh karenanya jangan pula
seseorang lupa untuk mendoakan kedua orang tuanya
yang telah meninggal dunia. Orang tua yang sudah tidak
bisa bagi kita untuk berbuat baik secara duniawi
kepadanya, maka yang mereka butuhkan adalah doa dari
anak-anaknya. Dan salah satu di antara ciri-ciri anak yang
salih adalah yang senantiasa mendoakan kedua orang
tuanya. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
ْو
َ
ِريَ ٍة، أ
ٍة َجا
ًل ِم ْن َصدَقَ
ه
ِ
ٍة: إ
ًل ِم ْن ثَ ََلثَ
ه
ِ
ُهُ إ
َع َمل
ْن َسا ُن اْنقَ َط َع َعْنهُ
ْْلِ
َما َت ا
ِذَا
إ
ْ
ِعل هُ
يَ ْد ُعو لَ
ٍد َصاِلحٍ
ْو َولَ
َ
ِ ِه، أ
ُع ب
ٍم يُ {صحيح مسلم )3 /1255ْ {(نتَفَ
“Apabila salah seorang manusia telah meninggal dunia, maka
terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat baginya, dan anak salih yang selalu
mendoakannya.” (HR. Muslim 3/1255 no. 1631)
5. Orang-orang yang beramal shalih untuknya
setelah dia meninggal dunia
Seseorang yang jika telah meninggal dunia, dia bisa
mengambil manfaat dari beberapa sisi. Oleh karenanya
Imam Syafi’i berkata,
يلحق الميت من فعل غيره وعمله ثَلث، حج يؤدى عنه ومال يتصدق به
عنه أو يقضى ودعاء {اْلم )4 /120{(
32
“Ada tiga perkara yang seorang mayyit diikutkan pahalanya dari
perbuatan orang lain; haji yang ditunaikan untuk mayit (badal
haji), harta yang disedekahkan atas namanya atau yang
dibayarkan dan doa.” (Al-Umm 4/120)
Ijma’ ulama mengatakan bahwa ketiga hal tersebut
pahalanya akan sampai. Adapun jika amalan itu dikerjakan
sendiri maka tidak ada khilaf akan hal itu. Oleh karenanya
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
ُهُ
َع َمل
ْن َسا ُن اْنقَ َط َع َعْنهُ
ْْلِ
َما َت ا
إ ْو ِذَا
َ
ِريَ ٍة، أ
ٍة َجا
ًل ِم ْن َصدَقَ
ه
ِ
ٍة: إ
ًل ِم ْن ثَ ََلثَ
ه
ِ
إ
يَ ْد ُعو لَهُ
ٍد َصاِلحٍ
ْو َولَ
َ
ِ ِه، أ
ُع ب
ٍم يُْنتَفَ
ِعل {صحيح مسلم )3 /1255ْ {(
“Apabila salah seorang manusia telah meninggal dunia, maka
terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat baginya, dan anak salih yang selalu
mendoakannya.” (HR. Muslim 3/1255 no. 1631)
Maka dari itu seseorang tidak akan bisa mendapatkan
hasil melainkan dari usahanya. Allah جل جلاله berfirman,
ْن َس
ْْلِ
َس ِل
ْي
ْن لَ
َ
َو َسعَى أ
ًل َما
ه
ِ
ِن إ
ا )39 )
“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa
yang telah diusahakannya.”
(QS. An-Najm : 39)
Akan tetapi ada amalan orang lain yang bermanfaat
bagi dirinya meskipun telah meninggal dunia sebagaimana
perkataan Imam Syafi’i yaitu haji dan umrah yang
diniatkan untuknya, sedekah atas namanya dan doa orang
lain terhadapanya.
33
Maka ketika ada orang tua yang memiliki anak yang
salih, kemudian anak-anak tersebut berhaji dengan niat
pahala untuk kedua orang tuanya, maka meskipun orang
tuanya telah meninggal dunia dan tidak memiliki pahala
haji, tetap dia akan mendapatkan pahala haji. Atau seorang
anak membangun masjid dan diniatkan pahalanya untuk
orang tunya, maka pahalanya akan mengalir kepada orang
tuanya. Begitupula dengan sedekah-sedekah orang lain
yang diniatkan untuknya. Dan pahala-pahala tersebut
mampu menggugurkan dosa-dosa seseorang yang telah
meninggal dunia. Inilah juga pentingnya seseorang
memiliki anak-anak yang salih dan salihah, agar kelak
mereka masih mengingat orang tuanya meskipun jika telah
meninggal dunia.
6. Syafa’at Nabi صلى الله عليه وسلم
Terlalu banyak dalil yang menunjukkan bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم
memberi syafa’at kepada umatnya. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
متِي
ه
ُ
ِر ِم ْن أ
ْه ِل ال َكبَائِ
َشفَا َعتِي ِْل {سنن الترمذي )4 /625َ {(
“Syafa’atku untuk ummatku yang berbuat dosa dosa besar.” (HR.
Tirmidzi 4/625 no. 2436)
Akan tetapi perlu diketahui bahwa ada syarat seseorang
untuk bisa mendapatkan syafaat Nabi صلى الله عليه وسلم ,yaitu tidak boleh
berbuat syirik. Oleh karenanya tatkala Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم,
َمِة؟ فَقَا َل: ” لَقَ ْد َظنَ ْن ُت، يَا
الِقيَا
َ
َشفَا َعتِ َك يَ ْوم
ِ
ها ِس ب
ْسعَدُ الن
َ
َم ْن أ
َر ُسو َل هَّللاِ،
يَا
ْي ُت ِم ْن
َ
َرأ
َما
و ُل ِمْن َك، ِل
ه
َ
َحدٌ أ
َ
َحِدي ِث أ
لَنِي َع ْن َهذَا ال
َ
ْن ًلَ يَ ْسأ
َ
َرةَ، أ
بَا ُه َرْي
َ
أ
34
ْسعَ
َ
َحِدي ِث، أ
ًل ِح ْر ِص َك َعلَى ال
ه
ِ
لَهَ إ
ِ
َمِة َم ْن قَا َل: ًلَ إ
الِقيَا
َ
َشفَا َعتِي يَ ْوم
ِ
ها ِس ب
دُ الن
ْف ِس ِه
هَّللاُ، َخاِل اصا ِم { صحيح البخاري )8 /117ْ {(ن قِبَ ِل نَ
“Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling beruntung dengan
syafaatmu padahari kiamat?” Nabi menjawab: “Hai Abu
Hurairah, saya sudah beranggapan bahwa tak seorangpun lebih
dahulu menanyakan masalah ini kepadaku daripada dirimu,
dikarenakan kulihat semangatmu mencari hadits, Manusia yang
paling beruntung dengan syafaatku pada hari kiamat adalah yang
mengucapkan laa-ilaaha-illa-llaah, dengan tulus dari lubuk
hatinya.” (HR. Bukhari 8/117 no. 6570)
Oleh karenanya orang yang ikhlas karena Allah, tidak
mengharapkan pujian dan pengakuan orang lain terhadap
amalannya, atau senantiasa menyembunyikan amalannya,
maka pasti dia adalah orang yang paling bahagia untuk
mendapatkan syafa’at Nabi صلى الله عليه وسلم kelak. Akan tetapi jika
ternyata dia melakukan kesyirikan, dia ujub, riya’ dan
memamerkan amal salihnya, maka kecil kemungkinan dia
akan mendapatkan syafa’at Nabi صلى الله عليه وسلم.
Dalam hadits lain Nabi صلى الله عليه وسلم juga bersabda,
ُت دَ ْعَوتِي
ْ
ِي ا ْختَبَأ
ِن
َوإ
ِ يٍ دَ ْعَوتَهُ،
ج َل ُك ُّل نَب
، فَتَعَ ه
َجابَةٌ
ُم ْستَ
ِ يٍ دَ ْعَوةٌ
ِل ُك لِ نَب
ِه
َمِة، فَ
ِقيَا
ْ
ال
َ
متِي يَ ْوم
ه
ِْلُ
متِي ًَل َشفَا َعةا
ه
ُ
َم ْن َما َت ِم ْن أ
َء هللاُ
ْن َشا
ِ
إ
َي نَائِلَةٌ
ِاهللِ َشْيئاا
يُ {صحيح مسلم )1 /189ْ {(شِر ُك ب
“Setiap Nabi memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi
menyegerakan doanya, dan sesungguhnya aku
menyembunyikan doaku sebagai syafa’at bagi
umatku pada hari kiamat. Dan insya Allah syafa’atku
35
akan mencakup orang yang mati dari kalangan
umatku yang tidak mensyirikkan Allah dengan
sesuatu apa pun.” (HR. Muslim no. 199)
Oleh karenanya jika seseorang ingin mendapatkan syafa’at
Nabi صلى الله عليه وسلم maka jangan melakukan kesyirikan. Karena ketika
Nabi صلى الله عليه وسلم telah memberikan syafa’at, maka dosa-dosapun
berguguran. Oleh karenanya Nabi صلى الله عليه وسلم mengatakan,
ِر ِم ْن
ْه ِل ال َكبَائِ
متِي َ
َشفَا َعتِي ِْل ه
أ {سنن الترمذي )4 /625ُ {(
“Syafa’atku untuk ummatku yang berbuat dosa dosa besar.” (HR.
Tirmidzi 4/625 no. 2436)
Jadi dosa-dosa seseorang bisa berguguran karena syafa’at
Nabi صلى الله عليه وسلم .Semoga Allah menganugerahkan kita semua
syafa’at Nabi صلى الله عليه وسلم.
7. Musibah dapat menggugurkan dosa
Sangat banyak dalil yang menunjukkan bahwa musibah
yang menimpa seseorang bisa menggugurkan dosa-dosa.
Di antaranya firman Allah جل جلاله
,
ُكْم ِم ْن
َصابَ
َ
َو َما أ
َويَ ْعفُو َع ْن َكثِيٍر )
ْيِدي ُكْم
َ
ْت أ
ِ َما َك َسبَ
ُم ِصيبَ ٍة فَب 30 )
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan
oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak
(dari kesalahan-kesalahanmu).”(QS. Asy-Syura : 30)
Ayat ini menunjukkan bahwa di setiap musibah Allah juga
akan memaafkan dosa-dosa. Jika sekiranya Allah
memberikan musibah atas setiap dosa, maka tentu kita
akan binasa. Akan tetapi Allah memberikan musibah atas
36
sebagian dosa, dan Allah mengampuni sebagian dosa yang
lain.
Nabi صلى الله عليه وسلم juga bersabda,
ذاى َوًلَ
َ
ُح ْز ٍن َوًلَ أ
َوًلَ
َهٍ م
َوًلَ
َو َص ٍب،
َص ٍب َوًلَ
َ، ِم ْن نَ
َما يُ ِصي ُب ال ُم ْسِلم
ِ َها ِم ْن َخ َطايَاهُ
هَّللاُ ب
َر
ه
ًل َكف
ه
ِ
ى ال هش {صحيح البخاري ْو َكِة يُ َشا ُكَها، إ
ه
َغٍ م، َحت
{(114 /7(
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan,
kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan
kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan
menghapus kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari 7/ 114 no.
5641)
Oleh karenanya segala perkara yang tidak kita senangi,
selama kita menghadapinya dengan baik dan bersabar,
maka akan menggugurkan dosa-dosa kita. Bahkan
terkadang Allah hanya memberikan musibah yang kecil
berupa kegelisahan kepada seorang hamba, atau Allah
memberikan memberikan musibah kecil seperti demam
untuk menggugurkan dosa seorang hamba. Oleh
karenanya dalam sebuah hadits Nabi صلى الله عليه وسلم juga mengatakan,
ِه ُب
َ، َكَما يُذْ
ِه ُب َخ َطايَا بَنِي آدَم
َها تُذْ
ه
ِن
مى، فَإ
ه
ُح
ْ
ًَل تَ ُسب َث ِي ال
ِكي ُر َخبَ
ْ
ال
َحِديِد
ال {صحيح مسلم )4 /1993ْ {(
“Janganlah kamu mencela demam, karena ia menghilangkan dosa
anak Adam, sebagaimana alat pemanas besi mampu
menghilangkan karat.” (HR. Muslim 4/1993 no. 2575)
Bukankan ketika kita menjenguk orang sakit kita juga
disunnahkan untuk mengatakan kepada mereka “Semoga
37
sakit ini menggugurkan dosa-dosamu, insyaallah”? Ini
membuktikan bahwa sakit yang kita anggap sebagai
musibah bisa menggugurkam dosa, walaupun musibah
yang menimpa kita hanya berupa kesedihan atau
kekhawatiran dan hal kecil lainnya. Oleh karenanya ketika
kita mendapatkan suatu musibah sekecil apapun, maka
hendaknya kita mengahadapinya dengan baik dan sabar,
karena dengan begitu dosa-dosa kita bisa berguguran.
Bahkan ketika seseorang senantiasa diberi musibah
demi musibah, maka kelak dia akan berjalan di akhirat
dengan tanpa dosa sama sekali. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
ر
ْبِدِه ال هش ه
ِعَ
َرادَ هَّللاُ ب
َ
ِذَا أ
َوإ
ُّْنيَا،
ج َل لَهُ العُقُوبَةَ فِي الد
ه
َر َع
ْبِدِه ال َخْي
ِعَ
َرادَ هَّللاُ ب
َ
ِذَا أ
إ
َمِة
الِقيَا
َ
ِ ِه يَ ْوم
َي ب
َوافِ
ى يُ
ه
ِ ِه َحت
ِذَ ْنب
ْم َس َك َعْنهُ ب
أ {سنن الترمذي )4 /601َ {(
“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada hambaNya,
maka Allah menyegerakan hukumannya di dunia, dan apabila
Allah menghendaki keburukan kepada hambaNya maka Allah
menahan dosanya sehingga dia terima kelak di hari kiamat.”
(HR. Tirmidzi 4/601 no. 2396)
Dalam hadits lain Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
َم ْن َر ِض َي
ْو اما اْبتَ ََل ُه ْم، فَ
ب قَ
ه
َح
َ
ِذَا أ
هَّللاَ إ
ن
ه
ِ
َوإ
ََلِء،
بَ
ْ
َج َزا ِء َم َع ِع َظِم ال
ْ
ِع َظُم ال
س ْخ ُط
َو َم ْن َس ِخ َط فَلَهُ ال ُّ
ِ ر َضا،
فَل {سنن ابن ماجه )2 /1338َ {(هُ ال
“Besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan, dan
sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka
Dia akan menguji mereka. Oleh karena itu, barangsiapa
ridla (menerima cobaan tersebut) maka baginya
38
keridhoan, dan barangsiapa murka maka baginya
kemurkaan.” (HR. Ibnu Majah 2/1338 no. 4021)
Oleh karenanya ketika seseorang menghadapi suatu
musibah sekecil apapun dengan bersabar, maka hal
tersebut akan menghapuskan dosa-dosanya dan juga
menaikkan derajatnya. Akan tetapi ketika seseorang
mendapatkan musibah dan dia bersifat marah dan tidak
senang kepada Allah جل جلاله ,maka musibah tersebut tidak akan
menghapuskan dosa-dosa dan akan menurunkan derajat
seseorang. Oleh karenanya hadapilah setiap musibah
dengan baik dan sabar.
Namun perlu diingat bahwa bukan berarti boleh
seseorang meminta musibah kepada Allah agar
digugurkan dosa-dosanya. Karena Nabi صلى الله عليه وسلم telah bersabda,
ُمو ُه
ِقيتُ
ِذَا لَ
ُوا هَّللاَ العَافِيَةَ، فَإ
َو َسل
ِو،
َء العَدُ
ْوا ِلقَا
ه
َمن
ها ُس، ًلَ تَتَ
َها الن
ُّ
ي
َ
ْم أ
سيُو ِف
ِل ال ُّ
تَ ْح َت ِظَلَ
هةَ
َجن
ن ال
ه
َ
ُموا أ
َوا ْعلَ
ِ ُروا،
فَا ْصب {صحيح البخاري )4 /
{(51
“Wahai sekalian manusia, janganlah kalian mengharapkan
bertemu dengan musuh, tapi mintalah kepada Allah
keselamatan. Dan apabila kalian telah bertemu musuh,
maka bersabarlah. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya
surga itu terletak di bawah naungan pedang-pedang.”
(HR. Bukhari 4/51 no. 2966)
Artinya adalah jangan seseorang meminta musibah kepada
Allah. Akan tetapi jika musibah menimpa seseorang, maka
hendaknya dia bersabar menghadapinya. Lebih baik Allah
39
mengampuni dosa-dosa kita dengan istighfar daripada
harus diberikan musibah. Akan tetapi terkadang ada dosadosa yang tidak Allah ampuni dengan istighfar karena
kekurang-kekurangan dari istighfar seseorang, sehingga
Allah menghapusnya dengan musibah yang ditimpakan
kepada seorang hamba.
8. Penghimpitan dalam kubur dapat menggugurkan
dosa
Ketika seseorang telah masuk ke dalam kuburnya,
orang-orang akan mengalami yang namanya fitnah kubur.
Yaitu pertanyaan yang akan diberikan oleh malaikat
Munkar dan Nakir. Malaikat Munkar dan Nakir datang
dalam keaadan berwarna hitam dan biru. Nabi صلى الله عليه وسلم
bersabda,
َحِد ِه َما
ِن يُقَا ُل ألَ
ْز َرقَا
َ
ِن أ
ْسَو َدا
َ
ِن أ
َكا
تَاهُ َملَ
َ
َح ُد ُكْم أ
َ
ْو قَا َل أ
َ
ُت أ
ِ
َمي
ْ
بِ َر ال
ِذَا قُ
إ
ِكي ُر
َّ
ُمْن َكُر َواآل َخ ُر الن
ال {سنن ا لترمذي ) 3 /375ْ {(
“Apabila mayit atau salah seorang dari kalian sudah dikuburkan,
ia akan didatangi dua malaikat berwarna hitam dan biru, salah
satunya bernama Mungkar dan yang lainnya bernama Nakir.”
(HR. Tirmidzi 3/375 no. 1071)
Kemudian setelah itu terjadi Dhagthah, yaitu dia merasa
dihimpit oleh kuburan, dan setiap orang akan mengalami
hal tersebut di kuburannya. Dalam salah satu hadits Nabi
,bersabda صلى الله عليه وسلم
َها َس ْعدُ
َجا ِمْن
َها نَ
ِجياا ِمْن
َحدٌ نَا
َ
ْو َكا َن أ
َولَ
،
ِر َض ْغ َطةا
قَ ْب
ْ
ن ِلل
ه
إ اٍذ ِ
ْب ُن {مسند ُمعَ
أحمد بن حنبل )40 /327{(
40
“Sesungguhnya di dalam kubur ada tekanan, dan jika seseorang
bisa selamat darinya maka dia adalah Sa’ad bin Mu’adz.” (HR.
Ahmad 6/55 no. 24328)
Sa’ad bin Mu’adz adalah seorang sahabat yang meninggal
karena terkena busur panah saat perang khandaq. Ketika
Nabi صلى الله عليه وسلم mengetahui berita meinggalnya, maka Nabi صلى الله عليه وسلم
berkata,
ِن ُمعَاٍذ
َمْو ِت َس ْعِد ْب
ز العَ {صحيح البخاري )5 /35ْ {(ر ُش ِل
ا ْهتَ ه
“‘Arsy bergetar sebab meninggalnya Sa’adz bin Mu’adz.” (HR.
Bukhari 5/35 np. 3803)
Dalil-dalil ini membukatikan Sa’adz bin Mu’adz adalah
orang yang sangat salih, akan tetapi tetap saja dia juga
tidak lolos dari yang namanya penghimpitan di alam
kubur. Dhagthah ini bukanlah siksa kubur, melainkan
sesuatu yang memang dialami oleh seorang mukmin di
alam kubur, sebagaiamana kelaziman hidup lainnya seperti
orang pasti akan merasakan sakratul maut ketika hendak
meninggal dunia. Dan kelaziman-kelaziman seperti itu
akan mengurangi dosa-dosa seseorang. Maka begitupula
halnya dengan orang yang masuk ke dalam kubur, dia
akan merasakan dhagthah (penghimpitan) yang keadaan itu
bisa menggugurkan dosa-dosanya. Ketika seseorang di
alam kubur bisa menjawab pertanyaan malaikat Munkar
dan Nakir dengan benar, maka dia akan mendapatkan
nikmat kubur yang di antaranya adalah diluaskannya
kuburnya sehingga dia tidak lagi merasakan dhaghthah.
41
Akan tetapi jika seseroang tidak bisa menjawabnya, maka
dia akan mendapatkan azab kubur.
9. Kondisi berat pada hari kimat bisa menggugurkan
dosa-dosa
Seseorang ketika telah dibangkitkan pada hari kiamat,
maka dia akan menglaami kondisi yang sangat berat. Nabi
,bersabda صلى الله عليه وسلم
َمِة
ِقيَا
ْ
ال
َ
ها ُس يَ ْوم – ِعبَادُ
يُ ْح َش ُر الن
ْ
ْو قَا َل: ال
أ – نَا: َ
ْ
ل
ُع َراةا ُغ ْراًل بُ ْهاما ” قَا َل: قُ
َس َمعَ ُهْم َش ْي ٌء
ْي
مسند أحمد بن حنبل ) 3 /459َ {(و َم { ا بُ ْهاما؟ قَا َل: ” لَ
“Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat –atau bersabda
dengan redaksi para hamba- dalam keadaan tidak berpakaian,
tidak berkhitan, dan tidak buhman” Lalu kami bertanya,
“Apakah buhman itu?” Beliau bersabda, “Tidak ada sesuatupun
yang kalian bawa.” (HR. Ahmad 3/459 no. 16085)
ُكو ُن
ِر ِمي ٍل، فَيَ
ى تَ ُكو َن ِمْن ُهْم َكِمقْدَا
ه
ِق، َحت
ْ
َخل
ْ
َمِة ِم َن ال
ِقيَا
ْ
ال
َ
تُ ْدنَى ال هش ْم ُس يَ ْوم
َو ِمْن ُهْم َم ْن
لَى َك ْعبَ ْي ِه،
ِ
ُكو ُن إ
ِمْن ُهْم َم ْن يَ
عَ َر ِق، فَ
ْ
ِهْم فِي ال
ْع َماِل
َ
ها ُس َعلَى قَ ْدِر أ
الن
لَى ُر ْك
ِ
ُق ُكو ُن إ
عَ َر يَ
ْ
ِج ُمهُ ال
ْ
َو ِمْن ُهْم َم ْن يُل
َوْي ِه،
لَى َحقْ
ِ
ُكو ُن إ
َو ِمْن ُهْم َم ْن يَ
بَتَْي ِه،
َجا اما
ْ
ل
إ {صحيح مسلم )4 /2196ِ {(
“Pada hari kiamat, matahari di dekatkan ke manusia hingga
sebatas satu mil. Lalu mereka bercucuran keringat sesuai amal
perbuatan mereka. Di antara mereka ada yang berkeringat hingga
tumitnya, ada yang berkeringat hingga lututnya, ada yang
berkeringat hingga pinggang dan ada yang benar-benar tenggelam
oleh keringat.” (HR. Muslim 4/2196 no. 2864)
42
Kemudian ketika tiba masa persidangan dan dihisab,
tentunya seseorang mengalami perkara yang amat berat.
Ketika itu seseorang akan dengan jelas melihat aib-aib
dirinya yang selama di dunia disembunyikan. Kemudian
seseorang juga akan mengalami hal-hal yang berat ketika
hendak melewati sirath. Dan Nabi صلى الله عليه وسلم telah bersabda
tentang sifat-sifatnya,
يُقَا ُل
َها ُشَوْي َكةٌ
ِنَ ْجٍد فِي
فِي ِه َخ َطا ِطي ُف َو َكََلِلي ُب َو َح َس ٌك تَ ُكو ُن ب
ةٌ
ه
دَ ْح ٌض َمِزل
سْي ِف.
ُّ ِم ْن ال ه
َحد
َ
َوأ
دَ ُّق ِم ْن ال هش ْعَرةِ
َ
ِج ْس َر أ
ْ
ن ال
ه
َ
س ْعدَا ُن… أ {صحيح مسلم
ال ه
{(167/1(
“Licin (lagi) mengelincirkan, di atasnya ada besi-besi pengait dan
kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri
di Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dan…Jembatannya lebih kecil
dari rambut dan lebih tajam dari pedang.” (HR. Muslim 1/167
no. 183)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
mengatakan bahwa seluruh kondisi-kondisi ini akan
mengurangi dosa-dosa seorang hamba. Oleh karenanya
tatkala melewati sirath, ada sebagain dari kaum muslimin
yang tatkala melewatinya harus tercabik-cabik badannya,
sampai-sampai dia tidak bisa berjalan kecuali dengan
perutnya. Akan tetapi hal itu tidak membuat dia masuk ke
dalam neraka, melainkan dia akan tetap sampai ke surga.
Hanya saja apa yang dia alami ketika melintasi sirath
adalah sebagai penggugur dosa-dosanya.
10. Rahmat dan ampunaan Allah tanpa sebab dari
hamba, bisa menggugurkan dosa-dosa
43
Sangat mudah bagi Allah جل جلاله untuk menggugurkan dosa
seorang hamba secara tiba-tiba karena kasih sayang Allah
kepada hambaNya. Oleh karenanya Allah جل جلاله berfirman,
َويَ ْعفُو َع ْن َكثِيٍر )
ْيِدي ُكْم
َ
ْت أ
ِ َما َك َسبَ
ُكْم ِم ْن ُم ِصيبَ ٍة فَب
َصابَ
َ
َو َم 30 ا أ
)
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan
oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak
(dari kesalahan-kesalahanmu).”(QS. Asy-Syura : 30)
Ini menunjukkan bahwa tidak ada sebab khusus untuk
Allah mengampuni kesalahan seorang hamba. Akan tetapi
rahnat dan ampunan tersebut diberikan karena kasih
sayang Allah kepada seorang hamba.
Demikianlah di antara sepuluh sebab-sebab yang
dapat menggugurkan dosa-dosa, dan semoga kita menjadi
orang-orang yang digugurkaan dosa-dosanya oleh Allah جل جلاله.
Judul Ebook:
10 Sebab Penggugur Dosa
Download PDF:
Sumber:
https://drive.google.com/drive/u/0/folders/1WBQ96RNew211cVyFVFobtMY9SXNEKwEz
Leave a Reply