(1). Imam Sufyan bin Uyainah رحمه الله brkta :
مَنْ كَانَتْ مَعْصِيَتُهُ فِي الشَّهْوَةِ فَارْجُ لَهُ التَّوْبَةَ، فَإِنَّ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ عَصَى مُشْتَهِيًا فَغُفِرَ لَهُ، وَإِذَا كَانَتْ مَعْصِيَتُهُ فِي كِبْرٍ فَاخْشَ عَلَى صَاحِبِهِ اللَّعْنَةَ، فَإِنَّ إِبْلِيسَ عَصَى مُسْتَكْبِرًا فَلُعِنَ
“Barangsiapa maksiatnya karena syahwat, maka harapkanlah taubat untuknya, karena Adam ‘alaihissalam telah bermaksiat karena mengikuti syahwat, lalu dia diampuni. Namun bila maksiatnya karena kesombongan, maka khawatirkanlah laknat bagi pelakunya, karena Iblis maksiat dngn menyombongkan dirinya, lalu dia dilaknat” (Shifatus Shafwah I/426)
(2). Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
“Tiada penjara yang lebih sempit daripada penjara hawa nafsu, dan tiada belenggu yang lebih sulit untuk dilepas daripada belenggu syahwat” (Ad-Daa’ wad Dawa’ hal 125)
“Bagaimana akan disebut berakal, orang yg telah menjual Surganya dengan syahwat yang hanya sesaat !?” (Al-Fawaa-id hal 65)
“Jika sabar seseorang dapat mengalahkan hawa nafsu & syahwat, maka dia menyerupai Malaikat. Apabila hawa nafsu dan syahwat dapat mengalahkan kesabarannya, maka dia telah menyerupai syaithan. Apabila nalurinya seperti makan, minum & seks mengalahkan kesabarannya, maka dia telah menyerupai hewan” (‘Uddatus Shaabiriin hal 213)
Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
