╔══❖•ೋ°° ೋ•❖══╗

*SBUM*
*Sobat Bertanya*
*Ustadz Menjawab*

╚══❖•ೋ°° ೋ•❖══╝

*NO : 0⃣9⃣7⃣*

*Dirangkum oleh Grup Islam Sunnah | GiS*
https://grupislamsunnah.com

*Kumpulan Soal Jawab SBUM*
*Silakan Klik :* https://t.me/GiS_soaljawab

═══════ ° ೋ• ═══════

*Judul bahasan*
*BOLEHKAH MENGGABUNGKAN*
*PUASA SUNNAH?*

*Pertanyaan*
Nama : Salsabila
Angkatan : 01
Grup : 124
Domisili : –

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Semoga Ustadz beserta keluarga senantiasa dalam lindungan dan limpahan rahmat Allah Subhaanahu Wa Ta’ala.
Aamiin…

Afwan Ustadz izin bertanya, Apakah boleh menggabungkan niat puasa, baik puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh yang bertepatan di hari Senin-Kamis, dan puasa Daud?

جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم.

*Jawaban*

وعليكم السلام ورحمة اللّه وبركاته

بسم الله

Untuk mengetahui hal tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu kita pahami terlebih dahulu.
Yaitu memperhatikan atau melihat latar belakang disyari’atkannya ibadah tersebut, dan para ulama membagi ibadah menjadi dua.

*Pertama*
Ibadah yang maqsudah li dzatiha, artinya keberadaan ibadah merupakan tujuan utama disyari’atkannya ibadah tersebut. Sehingga ibadah ini harus ada secara khusus. Semua ibadah wajib, shalat wajib, puasa wajib, dan seterusnya masuk jenis pertama ini.

*Kedua*
Kebalikan dari yang pertama, ibadah yang laisa maqsudah li dzatiha, artinya keberadaan ibadah itu bukan merupakan tujuan utama disyari’atkannya ibadah tersebut. Tujuan utamanya adalah yang penting amalan itu ada di kesempatan tersebut, apapun bentuknya.

Setelah kita memahami bersama penjelasan di atas, baru kita masuk ke dalam pertanyaannya.

Para ulama menyebutnya ”At-Tasyrik Fin Niyah” atau ”Tadakhul An-Niyah” (menggabungkan niat).
Terdapat kaidah yang diberikan para ulama dalam masalah menggabungkan niat,

إذا اتحد جنس العبادتين وأحدهما مراد لذاته والآخر ليس مرادا لذاته؛ فإن العبادتين تتداخلان

“Jika ada dua ibadah yang sejenis, yang satu maqsudah li dzatiha dan satunya laisa maqsudah li dzatiha, maka dua ibadah ini memungkinkan untuk digabungkan”.
(’Asyru Masail Fi Shaum Sitt Min Syawal, Dr. Abdul Aziz ar-Rais, Hal. 17).
 

Dari kaidah di atas, beberapa amal bisa digabungkan niatnya jika terpenuhi 2 syarat :

*Pertama*
Amal itu jenisnya sama. Shalat dengan shalat, atau puasa dengan puasa.

*Kedua*
Ibadah yang maqsudah li dzatiha tidak boleh lebih dari satu. Karena tidak boleh menggabungkan dua ibadah yang sama-sama maqsudah li dzatiha.

Maka kesimpulannya, diperbolehkan menggabungkan puasa sunnah dengan puasa sunnah yang lain.
Tentu harus sesuai dengan kaidah dan harus memenuhi syarat-syaratnya.

والله تعالى أعلم

29 Mei 2021.

Dijawab oleh : Ustadz Muhammad Beni Apriono
Diperiksa oleh : Ustadz Yudi Kurnia, Lc.

═══════ ° ೋ• ═══════

*Tambahan dari Ustadz Yudi Kurnia, Lc.*

Boleh menggabungkan niat untuk puasa-puasa sunnah tersebut karena masing-masing dari puasa-puasa tersebut dapat mencukupi maksud puasa yang lainya.

═══════ ° ೋ• ═══════

*Official Account Grup Islam Sunnah (GiS)⁣⁣*

WebsiteGIS:
https://grupislamsunnah.com
Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
Telegram Soal Jawab: https://t.me/GiS_soaljawab
YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

View Source


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *