╔══❖•ೋ°° ೋ•❖══╗

*SBUM*
*Sobat Bertanya*
*Ustadz Menjawab*

╚══❖•ೋ°° ೋ•❖══╝

*NO : 0⃣9⃣5⃣*

*Dirangkum oleh Grup Islam Sunnah | GiS*
https://grupislamsunnah.com

*Kumpulan Soal Jawab SBUM*
*Silakan Klik :* https://t.me/GiS_soaljawab

═══════ ° ೋ• ═══════

*Judul bahasan*
*REFERENSI ASY-SYAIKH AL-ALBANI*
*RAHIMAHULLAH MENDALAMI ILMU HADITS*

*Pertanyaan*
Nama : Karina Annisa Y
Angkatan : 01
Grup : 051
Domisili : –

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته

Dari mana sumber atau referensi Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah mendalami ilmu hadits sedangkan di negaranya cenderung pada Mazhab Hanafi?

جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم

*Jawaban*

وعليكم السلام ورحمة اللّه وبركاته
بسم الله

Pertanyaan yang sangat bagus sekali dari Ukhti Karina Annisa hafizhakillah.

Baarakallahu fiikum.

Barangkali yang ditanyakan Ukhti sebenarnya adalah apa, bagaimana dan dari siapa Syaikh Al-Albani rahimahullah belajar serta mendalami ilmu hadits?

Sebab kalau pertanyaan hanya dari mana sumber atau referensi Syaikh Al-Albani rahimahullah mendalami ilmu hadits? Tentu saja jawabannya adalah dari para ulama ahli hadits dan dari kitab-kitab Musthalahul Hadits, dirayah, riwayah dan rijal-rijal hadits.

Untuk lebih jelas dan terangnya kami nukilkan penjelasan dari Ustadz Mubarak Bamuallim hafizhahullah di dalam buku ‘Biografi Syaikh Al-Albani: Mujaddid dan Ahli Hadits Abad Ini’ halaman 16-20 beliau Menjelaskan:

Al-Albani rahimahullah berkata:

“Bahwasanya nikmat Allah yang dianugerahkan kepadaku sangat banyak, aku tidak mampu menghitungnya. Di antara nikmat-nikmat itu ada dua hal yang sangat penting:

*Yang pertama* hijrah ayahku ke negeri Syam dan *yang kedua* aku diajari sebuah profesi yang Dimilikinya yaitu keterampilan mereparasi jam. Adapun yang pertama (hijrah ke negeri Syam), telah memudahkanku untuk belajar bahasa Arab, seandainya kami tetap di Albania aku kira tidak akan mempelajarinya walaupun hanya satu huruf. Padahal tiada jalan menuju Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah ﷺ kecuali dengan bahasa Arab.

Sedang yang kedua (keahlian dalam mereparasi jam) telah memberi aku waktu senggang yang aku isi dengan menuntut ilmu, serta kesempatan beberapa jam setiap hari untuk mengunjungi perpustakaan “Zhahiriyyah.” Seandainya aku terus menekuni upaya untuk menjadi seorang pandai kayu, tentunya akan menyita seluruh waktuku. Akibatnya tertutuplah jalan-jalan di hadapanku untuk mencapai ilmu, yang mana setiap penuntut ilmu harus menyiapkan banyak waktu”.

Setelah meninggalkan profesinya sebagai tukang kayu, Al-Albani rahimahullah mulai menekuni profesi ayahnya dalam mereparasi jam hingga menjadi seorang yang ahli di bidangnya. Pada waktu yang bersamaan timbul dalam dirinya minat baca yang luar biasa hingga beliau pernah berkata: “ Pada awal-awal usiaku aku membaca apa saja yang pantas dan yang tidak pantas dibaca.”

Selanjutnya ia berkata: “Sesuatu yang telah diatur oleh Allah Ta’ala dan sebagai kasih sayang-Nya kepadaku, setelah aku beralih profesi dan mendampingi ayahku, aku miliki banyak peluang. Aku mohon izin kepada ayahku untuk menghadiri kajian-kajian di masjid Bani Umayyah. Suatu ketika di waktu senggang, Allah mentakdirkan bagiku bertemu dengan seorang Mesir. Pekerjaannya membeli kitab-kitab lama lalu dipajangnya pada sebuah toko kecil miliknya yang terletak di depan pintu barat masjid. Aku sering menghampiri buku-buku tersebut dan menemukan kisah-kisah yang kusukai, kupinjam darinya dengan memberi upah lalu mengembalikannya.

Suatu hari aku jumpai beberapa edisi majalah “Al-Manar” di antara kitab-kitab pajangannya. Ketika kubaca, aku dapati sebuah tulisan Sayyid Rasyid Ridha (seorang ulama hadits terkenal di Mesir -pen). Ia membahas sisi positif kirab Ihya’ Ulumuddin’ karya al-Ghazali, dan mengkritiknya dari beberapa segi seperti masalah Tasawwuf dan hadits-hadits dha’if.

View Source


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *