╔══❖•ೋ°° ೋ•❖══╗

*SBUM*
*Sobat Bertanya*
*Ustadz Menjawab*

╚══❖•ೋ°° ೋ•❖══╝

*NO : 1⃣1⃣0⃣*

*Dirangkum oleh Grup Islam Sunnah | GiS*
https://grupislamsunnah.com

*Kumpulan Soal Jawab SBUM*
*Silakan Klik :* https://t.me/GiS_soaljawab

═══════ ° ೋ• ═══════

*Judul bahasan*
*BAGAIMANA CARA AGAR SHALAT*
*MENJADI KHUSYU’?*

*Pertanyaan*
Nama : Nur Rahmah
Angkatan : 01
Grup : 139
Domisili : –

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Bagaimana cara agar shalat khusyu’, karena kebanyakan dalam shalat, pikiran melayang-layang, kadang muncul urusan kerjaan, anak, dan lain-lain.

جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم

*Jawaban*

وعليكم السلام ورحمة اللّه وبركاته

بسم الله

Sebelum kita tahu cara mendapatkan kekhusyu’an dalam shalat, maka kita pahami terlebih dahulu, apa yang dimaksud dengan khusyu’.

Secara bahasa, kata khusyu’ (خشوع) berasal dari kata khasya’a (خشع) yang artinya adalah as-sukun (السكون) : tenang dan at-tadzallul (التذلل) : menunduk karena merasa hina.

Disebutkan dalam Al-Qur’an :

خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ

“Dalam keadaan mereka menundukkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka”.
(QS. Al-Ma’arij : 44).

Al-Qurthubi mengatakan bahwa khusyu’ adalah :

هَيْئَة فيِ النَّفْسِ يَظْهَرُ مِنْهاَ فيِ الجَوَارِحِ سُكُون وَتَوَاضُع

“Keadaan di dalam jiwa yang nampak pada anggota badan dalam bentuk ketenangan dan kerendahan. Qatadah mengatakan tentang khusyu’ :

الخُشُوعُ فيِ القَلْبِ هُوُ الخَوْفُ وَغَضُّ البَصَرِ فيِ الصَّلاَةِ

“Khusyu’ di dalam hati adalah rasa takut dan menahan pandangan dalam shalat”.

Dan seorang yang shalat dengan khusyu’ bukanlah orang yang shalat dengan menutup mata, menutup telinga dan menutup diri dari keadaan lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, justru orang yang shalatnya khusyu’ itu adalah orang yang sangat peduli dan sadar atas apa yang terjadi pada dirinya, lingkungannya serta situasi yang ada saat itu.

Lalu bagaimana khusyu itu? Maka kita harus melihat bagaimana Rasulullah.

Karena Rasulullah adalah orang yang paling khusyu’ dalam shalat. Maka definisi dan standarisasi khusyu’ yang benar hanyalah semata-mata yang paling sesuai dengan shalat beliau.

Kita tidak dibenarkan untuk membuat definisi dan standar shalat khusyu’ sendiri menurut logika serta khayal kita. Sebab nanti akan muncul ribuan bahkan jutaan definisi shalat khusyu’ yang sangat beragam bahkan satu dengan lainnya saling bertolak-belakang.

Karena klo kita mau lihat Rasulullah, ada kalanya ketika itu Rasul shalat sambil menggendong bayi, mempercepat shalatnya ketika mendengar tangisan bayi bahkan diperbolehkan membunuh kalajengking.

Dengan semua fakta di atas, masihkah kita akan mengatakan bahwa shalat khusyu’ itu harus selalu berupa kontemplasi ritual tertentu?

Haruskah shalat khusyu’ itu membuat pelakunya seolah meninggalkan alam nyata menuju alam ghaib tertentu, lalu bertemu Allah seolah pergi menuju sidratil muntaha bermi’raj?

Benarkah shalat khusyu’ itu harus membuat seseorang tidak ingat apa-apa di dalam benaknya, kecuali hanya ada wujud Allah saja? Benarkah shalat khusyu’ itu harus membuat seseorang bersatu kepada Allah?

Kalau kita kaitkan dengan realita dan fakta shalat Rasul sendiri, tentu semua asumsi itu menjadi tidak relevan, sebab Rasul yang memang tugasnya mengajarkan kita untuk shalat, ternyata shalatnya tidak seperti yang dibayangkan.

Beliau tidak pernah ‘kehilangan ingatan’ saat shalat. Beliau tidak pernah memanjangkan shalat saat jadi imam shalat berjamaah, kecuali barangkali hanya pada shalat Shubuh atau Isya’ karena fadhilahnya.

Maka shalat khusyu’ itu adalah shalat yang mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, baik dalam sifat, rukun, aturan, cara, serta semua gerakan dan bacaannya. Bagaimana Rasulullah melakukan shalat, maka itulah shalat khusyu’.

والله تعالى أعلم

1 Juni 2021.

View Source


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *