Mengapa Aku Tidak Bahagia?Saudaraku, adakah manusia yang tidak menginginkan keba…

Mengapa Aku Tidak Bahagia?

Saudaraku, adakah manusia yang tidak menginginkan kebahagian dunia?

Bahkan orang-orang beriman dengan naluri kemanusiaannya pun tidak dapat mengelak dengan keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan tersebut. Pemahaman tentang kebahagiaan akhirat yang menjadi tujuan kiranya tidak serta merta mengubur hasrat manusiawi yang menginginkan kecukupan baik dari sisi harta, tahta, istri salehah, keturunan dan segala pernak-pernik duniawi lainnya.

Sebab kita tahu bahwa dengan harta, sedekah, dan zakat dalam jumlah banyak dengan mudah kita keluarkan. Maka ampunan Allah pun mudah untuk diperoleh. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ

“Sedekah itu akan memadamkan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api” (HR. Tirmidzi no. 614).

Melalui tahta atau jabatan yang strategis, celah untuk dapat berlaku adil dan memberikan kemanfaatan bagi manusia lainnya dengan leluasa bisa kita lakukan sehingga kelak di akhirat mendapatkan naungan Allah Ta’ala, sebagaimana sabda Nabi Shallahualaihi wasallam,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ …

“Tujuh orang yang akan dinaungi Allah pada hari yang tiada naungan selain naungan-Nya: (1) Seorang imam (pemimpin) yang adil …” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bersama istri salehah yang setia mendampingi kita dalam suka dan duka, maka menjalani kehidupan dengan satu tujuan untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat mudah kita peroleh,

Selengkapnya: https://muslim.or.id/68891-mengapa-aku-tidak-bahagia.html


View Source

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Al-Qur'an Application

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading