Orang yang bisa menjadi mahram dalam safar bagi seorang wanita syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
1. Orang tersebut adalah mahram bagi Muslimah yang bersafar
Orang yang boleh menemani safar haruslah merupakan mahram bagi Muslimah yang bersafar. Ini jelas dalam hadits di atas. Para ulama mendefinisikan mahram:
المَحرَم هو الزوج وكل من يحرم عليه الزواج من المرأة على التأبيد بنسب أو رضاع أو مصاهرة
“Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi selamanya, baik karena hubungan nasab, persusuan maupun mushaharah (hubungan pernikahan)”
Dan yang dimaksud mahram bagi wanita dalam hal ini adalah dari kalangan laki-lakinya, semisal: ayahnya, saudara laki-lakinya, anaknya, kakeknya, pamannya dan semisalnya.
Adapun safar bersama wanita yang lain tanpa mahram dari kalangan laki-laki, atau wanita safar bersama teman-temannya sesama wanita, maka ini tidak diperbolehkan. Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan:
ليس للمرأة السفر بدون محرم، ولو تعدد وجود النساء، فليس لهن السفر إلا بمحرم ولو كن جماعة
“Tidak boleh wanita bersafar tanpa mahram, walaupun jumlah wanita yang safar tersebut banyak. Tidak boleh bagi mereka bersafar kecuali dengan mahram, walaupun bersama-sama. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam: “Tidak boleh wanita bersafar kecuali dengan mahramnya“. Maka tidak boleh para wanita tersebut bersafar tanpa mahram” (Sumber: https://binbaz.org.sa/fatwas/6206).
2, 3. Baligh dan berakal
Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan:
أدنى سن يكون به الرجل محرماً للمرأة هو البلوغ ، وهو إكمال خمسة عشر سنة ، أو إنزال المني بشهوة ، أو إنبات الشعر الخشن حول الفرج ويسمى العانة . ومتى وجدت واحدة من هذه العلامات الثلاث صار الذكر بها مكلفاً ، وجاز له أن يكون محرماً للمرأة ، وهكذا وجود واحدة من الثلاث تكون بها المرأة مكلفة وتزيد المرأة علامة رابعة وهي الحيض ، والله ولي التوفيق
“Usia minimal seorang lelaki agar bisa dianggap sebagai mahram bagi seorang wanita adalah usia baligh. Yaitu usia 15 tahun atau ketika sudah keluar air mani karena syahwat. Atau dengan tumbuhnya bulu kemaluan yang dinamakan dengan al aanah. Jika terdapat salah satu dari tiga tanda tersebut maka ia menjadi lelaki yang mukallaf dan boleh menjadi mahram bagi si wanita. Demikian juga pada wanita, jika ditemukan salah satu dari tiga tanda tersebut, maka ia menjadi wanita yang mukallaf. Namum bagi wanita ada tambahan satu tanda yaitu haid. Wallahu waliyyut taufiq” (Sumber: http://www.binbaz.org.sa/fatawa/672).
Al Lajnah Ad Daimah ditanya, “ada sekolah di Mesir yang memfatwakan kepada murid-muridnya bahwa jika seorang lelaki menikah dengan wanita sedangkan lelaki ini memiliki anak-anak dari istri pertama, maka tidak boleh berhaji dengan istri ayahnya yang kedua tersebut. Apakah ini benar?”. Mereka menjawab:
يصلح أولاد الزوج البالغين العاقلين أن يكونوا محرمًا لزوجة أبيهم في السفر للحج وغيره، سواء كانت أمًّا لهم أم ضرة لأمهم
“Anak-anak dari suami yang sah, yang baligh dan berakal, boleh menjadi mahram bagi sang istri untuk bersafar dalam rangka haji atau yang lainnya. Baik wanita tersebut ibu kandung mereka, ataupun ibu tiri” (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah no. 8663 juz 17 hal. 318).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan:
ويشترط أن يكون المحرم بالغاً عاقلاً، فالصغير والمجنون لا يكفيان لجواز السفر معهما. وعلى هذا فإذا لم تجد المرأة محرما لم يجب عليها الحج؛ لأنها لا تستطيع إليه سبيلا
“Disyaratkan mahram itu harus baligh dan berakal. Anak kecil dan orang gila tidak cukup untuk membolehkan safarnya seorang wanita bersama mereka. Oleh karena itu jika seorang wanita tidak bisa mendapatkan mahram baginya maka ia tidak wajib berhaji. Karena ia tidak termasuk orang yang mampu menempuh perjalanan ke baitullah” (Majmu’ Fatawa war Rasail, no.24/422)
4,5. Muslim dan terpercaya
Disyaratkan yang menjadi mahram dalam safar adalah orang yang terpercaya dan amanah.
Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/11183-safar-bagi-wanita-bag-4-siapakah-mahram-dalam-safar.html
Silakan di-share…
كيفية الجمع بين تربية الأبناء وبين الزوجة الثانية
الجواب:
ما سمعت الله يقول: فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ [التغابن:16]، لَا يُكَلِّفُ