Makanya ketika kemudian sudah selesai menyiapkan hidangan berbuka untuk keluarga, nanti saja dulu.. cuci-cuci piringnya, nanti saja dulu.. beres-beres dapurnya, segera shalat. Atau yang lebih aman adalah ketika dia sekedar membatalkan puasa dahulu, ini ifthor dengan thamr, jika ada dengan ruthab, lalu kemudian air putih, dan setelah itu shalat. Makan besarnya setelah shalat Magrib. Ini Insya Allah lebih aman dan lebih berhati-hati.
Yang berikutnya yang perlu kita sampaikan adalah tentang sahur. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengatakan:
_*تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً*_
“Sahurlah..sahurlah kalian, karena sejatinya di dalam sahur itu ada keberkahan”
Maka harus dipahami oleh kita semua, di antara keberkahan sahur adalah:
Satu, mengikuti sunnah Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan menyelisihi kebiasaan Ahlul kitab. Karena Ahlul kitab ketika akan berpuasa, mereka tidak makan di kala sahur, mereka makannya kapan? Mereka makannya di malam hari.
Begitu pula di antara keberkahan sahur adalah dapat membantu kita secara fisik untuk bisa melaksanakan ibadah puasa.
Begitu pula keberkahan yang lain, membantu kita untuk bisa melaksanakan shalat fajar, shalat Subuh bersama-sama. Karena rata-rata masih baru saja makan, masih apa? Masih full energinya, hingga kemudian mudah untuk diarahkan shalat.
Begitu pula diantara keberkahannya adalah mencegah sifat temperamen, mudah emosi gara-gara lapar. Seperti kata pepatah yakni ‘logistik berbanding lurus dengan logika’ atau mungkin sebaliknya. Ketika kita mungkin dalam keadaan lapar, biasanya logika ini berkurang. Maka dengan sahur ini, sejatinya kita membantu logika kita untuk tetap stabil, emosi kita tetap stabil.
Begitu pula di antara keberkahan saat sahur adalah kita bisa mendapati waktu terkabulnya doa dan kita bisa mendapati momen yang pas untuk beristighfar. Karena beristighfar di kala sahur, ini termasuk hal-hal yang dianjurkan
_*وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْاَسْحَارِ*_
Disebutkan dalam surat Ali Imran ( _dan orang-orang yang beristighfar di kala sahur_).
Dan sebaik-baik makanan ketika sahur adalah sebagaimana sebaik-baik makanan tatkala berbuka, kurma. Jadi kurma ini bukan hanya hidangan saat berbuka, hidangan puasa saat sahur. Bahkan ketika kita mengamalkan sebuah hadits dimana Ketika Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengatakan;
“Barangsiapa yang memakan 7 butir Azwa setiap harinya, dalam redaksi yang lain disebutkan di pagi hari, maka Allah akan jaga orang tersebut”.
Maka di waktu sahur ketika kita memiliki banyak kurma Ajwa, maka makanlah kurma Ajwa tersebut, insya Allah akan menjadi perisai bagi kita.
Dan disunahkan pula untuk mengakhirkan waktu sahur, karena memang demikianlah contohnya. Berkebalikan dengan berbuka, yang diminta untuk mensegerakan waktu berbuka.
Thayyib
Ini mungkin yang bisa kita sampaikan.
*والله أعلم بالصواب*
Semoga bermanfaat
*السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ*
══════ ∴ |MiG| ∴ ══════
Leave a Reply