Hari Kamis, 28 Sya’ban 1443 H / 31 Maret 2022 M
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah, MA Hafizhahullah
RAMADHAN SERIES
Halaqah 10 | Sunnah Ketika Berbuka dan Sunnah Saat Sahur
Simak materinya
https://t.me/muhibbulislamgeneration
~
*MATERI TEKS*
*بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ*
*السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ*
*الْحَمْدُ لله. الْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُولِ اللهِ الْـمُصْطَفَى وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ*
Ikhwatal iman, Ahbabkumullah
Para jamaah sekalian yang mencintai sunnah dan dicintai oleh Allah Azza wa Jalla.
Kembali kita lanjutkan audio Ramadhan series kita dan kita masuk pada materi sunnah ketika berbuka.
Kita semua tatkala sedang berpuasa, disunnahkan untuk berbuka dengan kurma. Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam sunannya,
_*كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ*_،
Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ terbiasa sebelum shalat magrib, beliau berbuka dengan ruthab. Ruthab ini kurma basah. Dan ketika ruthab ini tidak ada
_*فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ*_،
Kalau ruthab nggak ada, maka baru beliau berbuka dengan kurma yang biasa, kurma yang sudah matang. Kenapa kok beliau mendahulukan ruthab dibandingkan dengan kurma yang sudah matang? Karena tekstur dari ruthab, yang lebih menyegarkan, lebih memiliki kandungan air, dan tetap dengan kurma. Karena ruthab pun sebenarnya adalah kurma, hanya saja yang versi belum matang. Kenapa kok kurma? Karena memang telah banyak riset-riset yang dilakukan oleh para tenaga medis, bahwa kurma ini dapat dikatakan sebagai buah ataupun makanan yang ajaib, manis sebagai sumber energi. Namun manisnya adalah rasa manis yang aman, kandungannya adalah kandungan rasa manis yang mudah diserap oleh tubuh, dalam kategori yang aman.
Ketika prioritas utama Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ adalah ruthab (kurma yang basah), kalau tidak ada baru kurma yang biasa. Lalu bagaimana kalau tidak ada kurma
_*فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تُمِيْرَاتٍ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ*_
Kalau tidak ada, baru beliau berbuka dengan beberapa teguk air. Dan air di sini air putih. Maka kalau ada istilah _Berbukalah dengan yang manis_, bukan kemudian dengan teh, bukan kemudian dengan kolak dan lain sebagainya. Boleh, tidak ada masalah, karena memang hukum asal makan itu adalah perkara yang mubah. Namun ketika kemudian kita diberikan kemampuan oleh Allah Azza wa Jalla untuk bisa memiliki kurma, maka hendaklah ini dikedepankan. Silakan setelah itu kemudian memakan, mungkin snack yang lain, atau mungkin meminum kolak dan lain sebagainya. Tetapi alangkah sayangnya ketika kita diberikan kekuatan, pertolongan dan kesempatan dari Allah Azza wa Jalla untuk bisa memiliki kurma, lalu kita tidak menggunakan kurma sebagai berbuka, seakan akan kita melewatkan untuk mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, ini sunnah-sunnah beliau.
Begitu pula, termasuk yang tidak boleh dilewatkan, bagian dari sunnah ketika berbuka adalah berdoa. Dan doa puasa yang paling kuat derajat haditsnya, adalah
_*ذَهَبَ الظَّمَأُ، وابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَاللهُ*_
“Telah hilang dahaga, telah basahlah kalau hongkongan dan telah ditetapkanlah pahala. Insya Allah”
Ini adalah apa yang diucapkan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tatkala berdoa. Sehingga ketika kita berbuka, seperti yang tadi telah kita bahas, salah satu kebahagiaan bagi orang yang berpuasa adalah kebahagiaan ketika berbuka. Selain kebahagiaan ketika ia telah bisa menyelesaikan rangkaian ibadah puasa di hari tersebut. Selain ia telah ditetapkan pahala oleh Allah Azza wa Jalla.
Ketika berbuka, ketika kita mendapatkan nikmat atau kebahagiaan, maka kita berdoa dengan doa yang telah dicontohkan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, sembari meyakini bahwa basahnya kerongkongan ini merupakan nikmat, pahala yang ditetapkan ini merupakan nikmat.
GENERASI PECINTA ISLAM
Leave a Reply