Hari Selasa, 03 Ramadhan 1443 H / 05 April 2022 M
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah, MA Hafizhahullah
RAMADHAN SERIES
Halaqah 13 | Bukan Alasan untuk Bermalas-malasan
Simak materinya
https://t.me/muhibbulislamgeneration
~
*MATERI TEKS*
*بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ*
*السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ*
*الْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُولِهِ الْـمُصْطَفَىوَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ*
Ikhwataliman Ahbabkumullah.
Para jama’ah sekalian yang mencintai sunnah dan dicintai oleh Allah Azza wa Jalla.
Sebagian diantara kita menjadikan lemah, letih dan lesunya saat berpuasa sebagai dalih atau sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Tidak mengerjakan ini, tidak mengerjakan itu, meminta udzur ini, meminta udzur itu, tidak memaksimalkan kebaikan ini, tidak memaksimalkan kebaikan itu. Maka tentu saja ini sesuatu yang keliru
Seorang mukmin tidak semestinya demikian. Seorang mukmin sudah semestinya mengerjakan amalan dengan sebaik-baiknya, apalagi ketika berpuasa. Sudah seharusnya seorang mukmin mengingat apa yang Nabi ﷺ firmankan, apa yang Nabi ﷺ sabdakan
_*إن اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُتْقِنَهُ*_
“Sejatinya Allah itu suka apabila salah seorang diantara kalian tatkala beramal, tatkala mengerjakan sesuatu maka dia menuntaskannya, maka ia mengerjakan dengan sebaik-baiknya”
Inilah seharusnya seorang mukmin!
Ada lagi di antara kita yang menjadikan laparnya kita, hausnya kita sebagai dalih ketika sedang emosi, ketika sedang emosi, ketika mungkin sedang tidak sabar dan lain semisalnya. Ini salah!!! Karena disebutkan dalam hadits, dimana Nabi ﷺ mewanti wanti
_*إِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ*_
“Apabila diantara kalian sedang berpuasa, maka janganlah kalian mengatakan kata-kata yang sia-sia, kata-kata yang keji. Atau jangan pula kalian meninggikan suara, yakni emosi. Dan ketika ada di antara kalian yang mencaci atau menyerang, maka hendaklah ia mengatakan ‘Sejatinya aku adalah orang yang berpuasa’
Jadi tidak ada alasan ketika sedang lapar atau haus, lalu kemudian seakan-akan boleh emosi, seakan-akan boleh untuk mencaci dan lain sebagainya. Ini keliru.
Kita ketika sedang berpuasa, yang ada di benak kita adalah bagaimana melakukan amalan yang terbaik dan bagaimana kita bisa menjauhi perbuatan yang buruk. Kita melakukan amalan yang terbaik karena ganjarannya besar dan kita menjauhi potensi-potensi dari amalan yang buruk karena kita khawatir, kita keluar dari bulan suci Ramadhan, namun ternyata kita tidak mendapatkan apa-apa.
Maka diantara yang tidak boleh dilupakan adalah istighfar. Orang yang puasa sangat memerlukan hal ini, sangat memerlukan istighfar. Dengan istighfar ia dapat menyempurnakan apa-apa yang kurang dari puasanya. Ia pun juga bisa meraih rahmat Allah dengannya. Ia pun bisa menutup amal salehnya dengan istighfar tersebut.
Ada sebuah atsar dari Abu Hurairah رضي الله عنه, bahwa ghibah itu merobek pahala puasa. Sedangkan istighfar menambal pahala puasa.
Belum lagi di sana ada perkataan dari Hasan Al Bashri rahimahullah, beliau mengatakan
_*أكثِروا مِنَ الاستِغْفارِ فإنَّكم لا تَدْرُونَ مَتى تنزلُ الرَّحمة*_
‘Perbanyaklah istighfar karena kalian tidak tahu kapan rahmat Allah itu turun’
Menunjukkan bahwa istighfar dapat mengundang rahmatnya Allah. Belum lagi syariat menyerukan kita untuk banyak beristighfar dikala sahur. Allah Ta’ala mengatakan
*وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ*
“Dan di akhir akhir malam, mereka memohon ampun (ini beristighfar kepada Allah)
(QS. Adz-Dzaariyat: 18)
Ikhwatalimam, Ahbabkumullah. Ketika kita benar-benar ingin memaksimalkan puasa, hal yang perlu untuk kita lakukan pula adalah kita berusaha untuk mentafakkuri apa syariat puasa.
GENERASI PECINTA ISLAM
Leave a Reply