*SBUM*
*Sobat Bertanya*
*Ustadz Menjawab*
╚══❖•ೋ°° ೋ•❖══╝
*NO : 8⃣0⃣3⃣*
*Dirangkum oleh Grup Islam Sunnah | GiS*
https://grupislamsunnah.com
*Kumpulan Soal Jawab SBUM*
*Silakan Klik :* https://t.me/GiS_soaljawab
═══════ ° ೋ• ═══════
*Judul bahasan*
*MENIKAHI*
*ORANG YANG*
*BEDA MANHAJ*
*Pertanyaan*
Nama : N
Angkatan : 3
Nama Admin : Fitria Junita
Nama Musyrifah : Nurjannah
Grup : 03
Domisili : Padang
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saya mau bertanya Ustadz,
Jadi begini, saya dikenalkan dengan suami saya oleh kenalan yang bisa dibilang baik agamanya. Dan kebetulan saya berhutang budi juga padanya. Suami saya belum mengenal manhaj dan memang menyatakan diri netral perihal agama sejak awal. Sebetulnya hal ini membuat saya sangat ragu untuk menikah dengannya. Tapi kenalan tersebut berhasil meyakinkan saya. Lalu saya juga jadi tertarik dengan suami saya, karena kecocokan secara kepribadian. Ditambah dia sayang dan patuh kepada kedua orang tuanya. Dan ibunya juga orang yang taat beragama. Namun setelah menikah, banyak hal-hal yang mengganjal di hati saya terutama terkait cara pandangnya terhadap kehidupan ini. Seperti menunda punya anak karena takut keuangan pas-pasan/kekurangan, walau gajinya lebih dari cukup dan saya juga bekerja (tapi sebagian besar gaji saya digunakan untuk bantu orang tua).
Dan dia mengakui sebetulnya dari dulu tidak ingin punya anak. Karena tidak ingin membesarkan anak di Indonesia. Dan lebih prefer mengadopsi anak yang kurang beruntung. Dan hal lain yang dipertanyakan secara agama yang tidak perlu saya sebutkan semua. Perbedaan cara pandang ini membuat saya gelisah dan terus kepikiran. Kadang juga membuat saya takut dan tidak ada ketentraman di hati saya. Kemudian beberapa saat lalu, karena saya semakin gelisah tentangnya. Saya coba cari tahu tentang suami saya di internet. Dan saya menemukan dia pernah menulis soal perbuatan dosa yang dilakukannya pada 8 tahun yang lalu. Ini benar-benar membuat saya shock. Saya meminta dia segera menghapus dan bertekad menjadi lebih baik. Di satu sisi saya merasa bersalah karena sudah mengorek masa lalunya, kejadian 8 tahun lalu. Tapi di sisi lain, saya masih merasa gelisah, apakah dia sudah benar-benar menyadari ini dosa dan serius bertaubat. Kalau saya tidak mengetahui ini, apakah dia akan menganggapnya sebagai hal remeh saja dan bukan aib?
Apakah yang harus saya lakukan sebagai istrinya, Ustadz?
Apakah lebih baik memaafkan saja, melupakan itu dan menjadi biasa-biasa saja walau ada ganjalan di hati?
Dan bagaimana saya mengatasi kegelisahan yang saya rasakan dalam rumah tangga saya ini ?
Mohon Atas Nasehatnya Ustadz.
جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم.
*Jawaban*
وعليكم السلام ورحمة اللّه وبركاته
بسم الله
1. Yang harus dilakukan adalah memberitahu dan menasehatkan kepada suami bahwa salah satu tujuan dalam pernikahan adalah untuk memperbanyak keturunan.
Sebagaimana hal itu sabda nabi shalallahu a’lahi wassalam
تزوجوا الولود والودود وإني مكاثر بكم الأمم
Maka carilah atau nikahilah perempuan yang subur dan yang penyanyang, yang mana aku ingin membanggakan jumlah kalian dengan umat yang lain. (H.R Ahmad dan Ibnu Hibban).
Kalaupun sendaianya ada niat ingin mengadopsi anak, akan tetapi hal ini tidak menghalangi untuk merawat anak kandung sendiri.
karena pahala yang Allah sediakan bagi orang tua yang merawat anak dan mendidik nya itu sangat besar.
Dan belum lagi anak itu merupakan aset terbesar bagi orang tua tatkala orang tua sudah berpindah ke alam kubur.
إذا مات ابنُ آدمَ انقطع عملُه إلا من ثلاثٍ: صدقةٍ جاريةٍ، وعلمٍ ينتفعُ به، وولدٍ صالحٍ يدعو له (رواه مسلم).
Apabila anak adam sudah meninggal maka terputus semua amalannya kecuali tiga perkara diantara nya adalah anak yang sholeh yang selalu mendoakan nya. (H.R muslim).
Doa anaklah yang orang tua harapakan ketika mereka meninggal.
Leave a Reply