Pemahaman Salaf – Ustadz Dr Syafiq Riza Basalamah MA

Pemahaman Salaf – Ustadz Dr Syafiq Riza Basalamah MA

Silahkan bergabung dan mendapatkan tulisan, audio, video serta jadwal kajian Ust. Dr. Syafiq Riza Basalamah di :

Facebook :
Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah M.A / https://www.facebook.com/SyafiqRizaBasalamahOfficial

Instagram :
https://www.instagram.com/syafiqrizabasalamah_official/

Twitter :
@ustadzsyafiq https://twitter.com/ustadzsyafiq

Telegram :
Syafiq Riza Basalamah Official / @SRB_Official
https://t.me/SRB_Official

Website :
http://syafiqrizabasalamah.com/

source


Comments

16 responses to “Pemahaman Salaf – Ustadz Dr Syafiq Riza Basalamah MA”

  1. Alhamdulillah Barokallahu fiikum ustadz

  2. Afwan akhi admin, text nya salah "…yg sesuai dng mazhab" pdhl ustadz blg "…yg sesuai dng manhaj salaf"

  3. Alhamdulillah in syaa Allah ilmu yg berkah untuk kami semua Barakallahu fiik ustaz 🤲🌻

  4. Barakallahu fiikum Ustadz

  5. BARAKALLAH FII KUM YA USTAD, JAZAKALLAH KHAIR USTAD RIZA

  6. Mulia dgn manhaj salaf

  7. subhaanalloh
    alhamdulillah

  8. Assalamu"alaikum kasih pencerahan ustad, bagaimana dengan tarawih di mesjid yang tidak di contohkan🥺🙏

  9. semoga Allah subhanahu wa ta'ala senantiasa memberikan kita semua hidayah dan taufiqNya diatas manhaj salaf serta dijaga agar istiqomah dan dimatikan dalam keadaan husnul khotimah aamiin

  10. 1. ALQURAN -SUNNAH
    2. PEMAHAMAN SAHABAT
    Pertama, dahulu saya pernah demam pembaharuan ketika belajar di kampus. Jargon generasi baru waktu itu adalah pembaharuan dan pemurnian ajaran Islam awal abad 19 yang gaungnya kemana-mana waktu itu : KEMBALI KE QURAN DAN HADIST. Maksudnya, bukan berdasarkan kitab-kitab ulama dan madzab-madzab dalam ilmu fikh. Jargon "Kembali Quran-Hadits" itu juga gonta-ganti. Misalnya, belakangn menjadi Kembali Ke Quran-Sunnah (karena pengertiannya lebih luas), Pemahaman Sahabat, genesasi Salafus Sholih, Salafi, Hijrah dll.

    Tetapi kembali ke Quran-Hadits atau Sunnah itu kadang hanya dipahami "sebagai jargon" saja, bahkan orang yang baru belajar agama sebulan dua bulan di doktrin begitu "kesan"-nya juga sudah sangat islami dan merasa paling murni atau merasa paling benar islamnya.

    AlQuran itu isinya lebih makro (mencakup, garis besar) ketimbang hadits. Namun demikian hadits itu sesungguhnya penjelas atau tafsir dari Quran, tetapi kadang hadist juga akan disalahkan seandainya dianggap bertentangan dengan AlQuran, alasannya hadits itu bukan wahyu, walaupun haditsnya juga shahih. Ini akibat kajian-kajian langsung Quran-Hadits tanpa melalui ulama. Katakanlah, belajar mandiri dengan membaca secara otodidak "melalui terjemahan-terjemahan" dari AlQuran atau Hadits. Ini karena saya pernah mengalami begitu.

    Kalau ditarik kesimpulan premis-premis, kendatipun Alquran lebih tinggi tetapi justru dihadits lah kita menemukan makna dari tafsir yang sebenarnya (karena memang penjelas AlQuran oleh Nabi). Tetapi itupun juga sangat rentan disalahpahami kalau kita kaji mandiri secara langsung AlQuran-Hadits itu. Maksudnya setelah mengaji kepada ulama dibidang itu (ahlinya) ternyata pemahaman kita yang langsung Quran-Hadits itu masih jauh dari kebenarannya.

    Katakanlah, Quran-Hadits harus dipahami dengan ilmu alat seperti nahwu, sharaf, ushul, ba'di, ma'ani, bayan, fikih, asbabun nuzul, tafsir, nasikh-mansukh dll baru kita akan menemukan kebenarannya. Tetapi itu hal tidak mungkin tanpa belajar atau bimbingan dari ulama.

    Jargon pemurnian Islam satu abad yang lalu "kembali ke quran dan hadits" — yang diteriakkan para generasi pembaharuan ternyata juga masih mentah, prakteknya, ujung-ujungnya juga nanti akan membuka kitab-kitabnya ulama kalau sulit memahami maksud atau tidak menemukan solusi. Jadi sangatlah penting -ilmu-ilmu alat dan petunjuk ulama, tanpa itu ternyata pemahannya malah fatal semakin jauh dari yang dimaksud sebenarnya.

    Kedua, tentang PEMAHAMAN SAHABAT kalau sering dijadikan dalil atau tameng oleh orang-orang yang hidupnya jauh sekali jaraknya dengan para sahabat, wah …. itu kurang pas sepertinya dalam mendalil. Apalagi zaman sahabat belum ada kitab-kitab, belum ditulis. Hadist Nabi saja baru ditulis pada zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz (Dinasti Umayyah) jauh setelah hampir satu abad Nabi meninggal. Lalu dari mana kita orang paling kemudian (sekarang) mengklaim ikut atau tahu pemahaman sahabat?

    Pemahaman ulama-ulama kyai2 kuno dulu adalah yang paling tahu tentang nabi adalah shahabat. Yang paling tahu tentang shahabat adalah tabi'in. Yang paling tahu tentang tabi'in adalah tabi'ut tabi'in. Yang paling tahu tentang tabiut tabiin adalah ulama-ulama generasi salafush shalih.

    Jadi belajar agama sanadnya harus bersambung tidak memutus mata rantai hanya karena sudah ada kitab hadits bukhari atau quran sudah dicetak. Ini untuk menghindari kesalahpahaman hanya karena kita secara leterlek menerjemahkan tulisan kitab. Tetapi harus kita tanyakan kepada ahlinya (guru, ulama) yang tentunya bersambung dari ulama2 sebelumnya sampai sahabat. Itulah kita bisa mengetahui pemahaman sahabat yang sebenarnya tidak cukup hanya berhenti melalui tulisan yang ditulis pendapat ulama-ulama mutakhir atau belajar melalui media (youtube, internet dan yang semisalnya) yang biasanya hanya berhenti pada membaca buku-buku (terjemahan?) atau kajian-kajian kitab tanpa merunut sanad dari ahlinya darimana ilmu itu diperoleh secara bersambung (estafet). 💯d

  11. Jazakallahhukhoiron ustad ilmunya

  12. Makanya perlu bersanad, guru antum siapa beguru kesiapa. Kalau modal sok baca2 kitab ulama dan main comot2 doang ya brabe hasil nya 😅

  13. Aamiin..mulia dengan manhaj NU!!!!

  14. Terus apakah kamu bertemu langsung dengan para sahabat dan tabiin?
    Ya tentu lewat guru lah…
    Ucapanmu seolah menafikan peran para guru dan ustadz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Al-Qur'an Application

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading