Fanatik buta ini sebagaimana yang terjadi sekarang ini pada orang-orang sufi dan quburiyun (pengagung kuburan), ketika mereka disampaikan dalil-dalil yang shahih dan diajak kepada kebenaran, mereka berhujjah dan berargumen dengan perkataan-perkataan tokoh-tokoh mereka, syaikh-syaikh mereka, atau nenek moyang mereka.
4. Meniru-niru ciri khas orang kafir (tasyabbuh)
Sikap meniru-niru ciri khas orang kafir, baik dari kalangan ahlul jahiliyah, ahlul kitab atau pun para penyembah berhala juga merupakan penyebab timbulnya banyak kebid’ahan. Bahkan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengisyaratkan hal ini memiliki peran yang besar dalam terjadinya kebid’ahan:
خرجنا مع رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ إلى حُنينٍ ونحن حُدثاءُ عهدٍ بكفرٍ وللمشركين سدرةٌ يعكفون عندَها وينُوطون بها أسلحتَهم يُقالُ لها ذاتُ أنواطٍ فمررنا بسدرةٍ فقلنا : يا رسولَ اللهِ اجعلْ لنا ذاتَ أنواطٍ كما لهم ذاتُ أنواطٍ فقال صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ: اللهُ أكبرُ إنها السننُ قلتم والذي نفسِي بيدِه كما قالت بنو إسرائيلَ لموسَى: اجعلْ لنا إلهًا كما لهم آلهةٌ؛ لتركَبُنَّ سنَنَ مَن كان قبلَكم
“kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menuju Hunain. ketika itu kami baru lepas dari kemusyrikan (baru masuk Islam). Dan orang-orang musyrik itu memiliki pohon yang dijadikan tempat i’tikaf dan menggantungkan senjata-senjata mereka. Pohon tersebut dinamai Dzatu Anwath. Kami pun lalu melewati sebuah pohon. Maka kami berkata: ‘Wahai Rasulullah, jadikan bagi kami Dzatu Anwath sebagaimana orang musyrik juga punya Dzatu Anwath’. Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Allahu Akbar! Itu adalah bagian dari kebiasaan (jahiliyah). Kalian telah mengatakan seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Nabi Musa: jadikan bagi kami sesembahan sebagaimana mereka juga punya sesembahan’. Sungguh kalian kelak akan mengikuti kebiasaan orang-orang terdahulu” (HR. At Tirmidzi no.2180, ia berkata: “hasan shahih”)
Dalam hadits ini dinyatakan bahwa sikap meniru-niru kebiasaan orang kafir dan musyrik membuat sebagian Bani Israil dan para sahabat Nabi meminta sebuah permintaan yang buruk, yaitu meminta dibuatkan sesuatu yang bisa untuk diibadahi dan ngalap berkah di sana.
Dan inilah yang terjadi di zaman ini, yaitu kebanyakan kaum Muslimin meniru-niru kebiasaan orang kafir kemudian diadopsi dalam kemasan Islam sehingga jadilah amalan-amalan yang bid’ah dan bahkan sebagiannya menjerumuskan dalam kesyirikan.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan hidayah kepada kita dan kaum Muslimin secara umum agar senantiasa berjalan di jalan-Nya yang lurus dan terhindar dari jalan-jalan yang menyimpang.
Penulis: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id
[ Disarikan dari kitab Al Irsyad ila Shahihil I’tiqad, karya Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan, hal.381-383, cetakan Darus Shahabah]
•┈┈┈┈•✿❁✿•┈┈┈┈•