╔══❖•ೋ°° ೋ•❖══╗
           
                    *SBUM*
            *Sobat Bertanya*
         *Ustadz Menjawab*

╚══❖•ೋ°° ೋ•❖══╝

*NO : 1⃣4⃣2⃣1⃣*

*Dirangkum oleh Grup Islam Sunnah | GiS*
  https://grupislamsunnah.com

  *Kumpulan Soal Jawab SBUM*
  *Silakan Klik :* https://t.me/GiS_soaljawab

═══════ ° ೋ• ═══════

  *SUAMI TIDAK PEDULI*

*Pertanyaan*
Nama: Ibu Ramai
Angkatan: T.05
Grup : 15
Nama Admin : Anis Kasim
Nama Musyrifah : Triningsih
Domisili : Pandeglang Banten

      

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه

Afwan, lebih ke curhat, tapi minta solusi dan biar hati tenang.

2007 diperkenalkan oleh teman kuliah (taaruf), tapi saya bukan dari akhwat (gadis awam).

Sedangkan suami ikhwan (PKS di kampusnya)
1 bulan kenal, melamar, 5 bulan kemudian menikah.

Harapan saya saat gadis, mempunyai suami yang membawa ke Jannah-Nya. Tanpa memandang fisik, hadapi hidup bersama, hidup apa adanya. Jika berumah tangga ingin mandiri, suka cita, suka duka bersama, buang jauh kegiatan bersama teman yang kemarin saat sendiri dan lalui kegiatan kedepan dengan harapan bersama. Ternyata jauh.

Dengar cerita, ternyata suami ikhwan pujaan akhwat.

Awal menikah (2 tahunan) saya layani suami dari mulai menyediakan makan, baju, keperluan lainnya (sekarang masing-masing dalam segala hal, kecuali masak)

1 hal yang tidak diterima oleh suami, saat saya siapkan baju ketika akan mengajar dan pergi bersama (ditolaknya). Suami hanya memakai baju dan aksesoris yang sesuai saat masih sendiri (saya anggap itu merupakan gaya tebar pesona,saya tidak rela) Seperti baju kebesaran dia kecilkan sesuai postur tubuhnya, memang saat itu tubuhnya binaraga karena rajin olahraga.

Sedangkan saya tidak dicukupkan dengan pakaian yang suami berikan (belum lebaran, belum beli baju, itu pun saya minta dan itu pun uang saya sendiri dan baju suami saya belikan).

Pakaian sehari-hari, saya dapat dari pemberian ibu dan adik-adik saya sampai saat ini. Begitu pun dengan 4 orang anak saya, pemberian dari para sepupunya.

9 tahun tinggal di rumah bekas orang tua saya (Cilegon, sekarang Pandeglang).

Saya dan suami sama-sama mengajar.
2010 diberi keturunan, sebelumnya sempat keguguran.

Setiap pagi kami antar 2 anak ke rumah orang tua, dititipkan (saya mengajar di Cilegon sedangkan suami Pandeglang). Saat itu kami masih honorer.

Semua kebutuhan sehari-hari saya dan suami saya yang handle, kebutuhan 2 anak di penuhi ortu saya (pampers, susu, sun). Honor suami cukup untuk bensin dan aksesoris motornya, karena saat itu motornya keren. Ada keranjang kanan kiri, dia lebih mementingkan motornya.

5 tahun tidak pernah memberikan honornya dan saya juga tidak tahu berapa. Setiap orang tua bertanya berapa honor suami ? Saya jawab cukup untuk bensin dan oli. Orang tua saya mengatakan untuk sabar saja.

Suami saya sama sekali tidak ada perhatian kepada anak dan istri. Yang saya tidak suka bahkan saya benci, ketika menggendong anak, dia tidak mau bajunya kotor. Jadi sampai sekarang tidak ada dari 4 anak saya menerima belaian tulus dari bapaknya.

2009 kami kecelakaan, hingga motor ringsek.
2011 mendapat fasilitas mobil avanza dari mertua untuk akomodasi suami. Bensin di tanggung mertua selama 2 tahun.

2013 suami di angkat ASN. 2014 terima gaji ASN (masih setengah, 2015 full gaji).

Uang bensin kami pinjam ke adik-adik saya, gadai kalung, kadang orang tua saya memberi dengan cuma-cuma.

2016 saya hamil anak ketiga (setiap hamil saya mabok parah, suami tidak percaya kalau orang hamil mabok. Jadi tidak ada perhatian sama sekali). Rentang waktu 2015 – 2016 saya terlilit hutang untuk memenuhi kebutuhan suami. Bensin mobil yang tidak sedikit, hutang saya ketahuan oleh keluarga saya.

Keluarga saya akan melunasi hutang tersebut, asalkan saya berhenti mengajar. Mengingat saya juga sedang hamil, agar tidak stress memikirkan hutang.

View Source


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Al-Qur'an Application

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading