Adab Penghafal Al Qur'an : Mengeraskan Suara Ketika Membaca Al Qur'an

Adab Penghafal Al Qur’an : Mengeraskan Suara Ketika Membaca Al Qur’an – Ustadz Dr Syafiq Riza Basalamah MA

Silahkan bergabung dan mendapatkan tulisan, audio, video serta jadwal kajian Ust. Dr. Syafiq Riza Basalamah di :

Facebook :
Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah M.A / https://www.facebook.com/SyafiqRizaBasalamahOfficial

Instagram :
https://www.instagram.com/syafiqrizabasalamah_official/

Twitter :
@ustadzsyafiq https://twitter.com/ustadzsyafiq

Telegram :
Syafiq Riza Basalamah Official / @SRB_Official
https://t.me/SRB_Official

Website :
http://syafiqrizabasalamah.com/

source

13 Comments

  1. Di masjid NU biasanya kalo ada jamaah masbuk atau kalau ada yang sholat berjamaah kloter dua harus lomba keras bacaan sama yang mimpin doa/dzikir setelah sholat… Ya kalah lah, pake mikrofon kok dilawan.

  2. Keras boleh, asal benar, jelas dan merdu (tidak sembarangan), dan bukan dengan pengeras suara TOA (karena mengganggu orang2 yg sdg membaca Al-Qur'an juga/sholat, dsb, di tempat lain).

  3. Sedikit sharing…

    Tadarus Al-qur'an merupakan sebuah amal ibadah.

    Tapi perlu diperhatikan lagi, segala hal punya batasan termasuk ibadah.

    Saya ambil contoh, kisah juraij pemuda yang tidak menjawab panggilan ibunya karena sedang shalat(sunnah). Di akhir kisahnya kita diberi tahu bahwa sikap dia terhadap ibunya adalah salah.

    Karena sholat sunnah hukummnya sunnah sedangkan memenuhi panggilan ibu wajib, jadi harus mendahulukan yang wajib dari sunnah.

    Masalah baca Al-qur'an, kita melakukannya karena itu perintah tuhan.

    Akan tetapi ada juga perintah ilahi yang melarang kita untuk mengganggu atau menyakiti orang lain dalam bentuk apapun. Dan diantaranya adalah mengeraskan suara bacaan al-Qur'an di saat yang tidak tepat.

    Seperti di saat ada orang tidur,atau ada orang yang sedang shalat sehingga mengganggu konsentrasinya dll.

    Membaca Al-qur'an masih
    bisa melakukannya tanpa harus menggunakan mic/suara yang keras.

    Lalu masalah ibu yang melempar al-qur'an.

    Ibu tsb mungkin salah, dan respon tidak terima melihat al-qur'an diperlakukan demikian adalah tanda keimanan seseorang.

    tapi apa yang dilakukan ibu tsb tidak sampai taraf seperti orang kafir yang melempar al-qur'an sambil melecehkannya.

    Kalau kita teliti kembali dalam al-qur'an, hal seperti ini pernah terjadi yaitu saat nabi musa kembali setelah pergi 40 hari menerima wahyu dan membawa lembaran lembaran berisi wahyu (secara garis besar seperti ini) beliau melemparkan lembaran tersebut dlm keadaan tidak sadar karena terbawa amarah melihat kaumnya berbuat syirik sepeninggalnya.

    Wallahu a'lam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Al-Qur'an Application

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading