Semua anugerah itu berada ditangan Allāh, baik anugerah itu berupa ilmu yang bermanfaat, amal shalih maupun akhlak yang mulia. Hal ini sebagaimana perkataan sebagian ulama salaf,
“Sesungguhnya akhlak yang baik adalah anugerah. Apabila Allāh mencintai seorang hamba maka Allāh akan menganugerahkan sebagian akhlak mulia tersebut kepadanya.”
Jadi Allāh adalah pembagi akhlak, Allāh pembagi rezeki, Allāh pembagi amal, Allāh pembagi umur dan Allāh pembagi segala hal untuk hamba.
Sehingga langkah pertama yang harus ditapakkan untuk menjadi seorang insan yang membawa kebaikan adalah penyandaran yang sempurna kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Anda tidak mungkin akan memperoleh ilmu, memperoleh pemahaman, melakukan akhlak yang mulia, tidak akan mungkin semuanya itu terjadi kecuali apabila Allāh membukakan pintunya untukmu.
Begitu juga anda tidak akan mampu melaksanakan suatu ibadah dan berbagi hal lainnya kecuali apabila Allāh membukakan pintunya untukmu.
Alangkah indahnya perkataan Mutharif bin Abdillāh bin Syikhir rahimahullāh terkait permasalahan ini. Beliau adalah salah seorang ulama tabi’in.
Beliau mengucapkan kalimat yang sangat indah:
“Seandainya hatiku dikeluarkan lalu diletakkan ditangan kiriku kemudian seluruh kebaikan didatangkan dan diletakkan ditangan kananku, maka aku tidak akan mampu meletakkan sedikitpun kebaikan pada hatiku kecuali apabila Allāh yang meletakkannya,” demikian perkataan beliau.
Seluruh perkara itu hanya ditangan Allāh. Oleh karena inilah terkadang ada manusia yang mendengarkan nasehat, mendengarkan pelajaran yang berharga untuk urusan dunia dan agama, mendengarkan pintu-pintu kebaikan, mendengarkan pintu-pintu keta’atan, disebutkan pintu-pintu kemenangan, namun malah jiwanya lari menjauh, amal tetap sedikit sedekah tetap sedikit. Memang taufiq itu hanya di tangan Allāh, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolonganNya Azza wa Jalla.
Demikian yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq dalam kunci pertama, kalau kita boleh memberikan kesimpulan bahwa kunci pertama ini adalah seorang bersandar kepada Al Fattah (الفتَّاح) seseorang harus meminta kepada Al Fattah (الفتَّاح), seseorang harus berdo’a menggunakan nama Allāh (Al Fattah /الفتَّاح) Yang Maha Pembuka, agar kita dimudahkan untuk menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Mutharif bin Abdillāh bin Syikhir tadi.
لو أخرج قلبي و جُعل في يساري وجيء بالخيرات كلها
“Seandainya hatiku ini dikeluarkan lalu diletakkan ditangan kiri kemudian didatangkan seluruh kebaikan
وجُعلت في يميني
lalu diletakkan di tangan kanan
لم أستطع أن أجعل شيئا من هذه الخيرات في قلبي
maka aku tidak akan mampu meletakkan sedikitpun dari kebaikan ini pada hatiku
إلا أن يكون الله الذي يضعه
kecuali apabila Allāh yang meletakkannya.”
Jadi kita harus bersandar kepada Al Fattah (الفتَّاح), Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Bagi yang ingin menjadi insan pembuka pintu kebaikan, penutup pintu keburukan dia harus bersandar yang sempurna kepada Al Fattah (الفتَّاح), Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Semoga pembahasan ini bermanfaat. In syā Allāh akan kita lanjutkan pembacaan kunci kedua pada pertemuan berikutnya.
Wallāhu Ta’āla A’lam bishawab.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
Dikantor Bimbingan Islām Yogyakarta
*Mari saudara muslim yang dermawan.. Sisihkan sedikit dari rezeki Anda untuk Para Penuntut ilmu Syar’i dan operasional DAKWAH dalam menyebarkan kebaikan dengan ta’awun dan infak melalui rekening berikut ini:*
| Bank Syariah Indonesia
| Kode Bank [451]
| No. Rekening : 1184242374
| a.n : APENDI
| Konfirmasi : wa.me/+6282280288925
Leave a Reply