Kitāb Kaifa Takuunu Miftaahan Lil Khoir Halaqoh 04: Kunci Ketiga Ilmu Yang Berm…

Kitāb Kaifa Takuunu Miftaahan Lil Khoir
Halaqoh 04: Kunci Ketiga Ilmu Yang Bermanfaat
Telegram: https://t.me/ilmusyar1

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة اما بعد

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Pada kesempatan kali ini (in syā Allāh) kita akan membaca kunci atau langkah ketiga yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta’āla dalam dalam Kitāb: كيف تكون مفتاحاً للخير (Bagaimana Anda Menjadi Seorang Pembuka Kunci Kebaikan).

Beliau Berkata:

“KUNCI KETIGA: ILMU YANG BERMANFAAT.”

Yang dimaksud ilmu yang bermanfaat di sini adalah ilmu yang bersumber dari Al Qur’ān dan Sunnah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Ilmu adalah pondasi yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin menjadi pintu bagi kebaikan.

Orang yang tidak memiliki ilmu, tidak akan mungkin bisa membedakan antara pintu kebaikan dengan pintu keburukan. Ia tidak akan mampu membedakan antara yang benar dan salah. Ia tidak akan mampu membedakan antara yang sunnah dan bid’ah. Ia tidak akan mampu membedakan jalan petunjuk dan jalan kesesatan. Ia tidak akan mampu menghindarkan diri dari kesalahan, hal ini terjadi karena ia tidak memiliki ilmu.

Dulu pernah ada pepatah, “Bagaimana mungkin orang yang tidak tahu apa yang harus dihindari dapat terhindar darinya?”

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ

Katakanlah wahai Muhammad, “Ini adalah jalanKu, aku berdakwah kepada Allāh di atas bashirah.”

(QS. Yusuf: 108)

Bashīrah (بَصِيرَةٍ) adalah ilmu yang bermanfaat. Maka barangsiapa yang tidak memiliki ilmu yang bermanfaat maka ia tidak akan mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dia tidak akan mampu membedakan mana yang merupakan jalan petunjuk dan mana yang merupakan jalan kesesatan.

Allāh Ta’āla berfirman :

أَفَمَن يَمۡشِي مُكِبًّا عَلَىٰ وَجۡهِهِۦٓ أَهۡدَىٰٓ أَمَّن يَمۡشِي سَوِيًّا عَلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ

“Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup yang lebih terbimbing (dalam kebenaran) ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?”

(QS. Al Mulk: 22)

أَفَمَن يَعۡلَمُ أَنَّمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَ ٱلۡحَقُّ كَمَنۡ هُوَ أَعۡمَىٰٓۚ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ

“Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanya orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.”

(QS. Ar Ra’d : 19)

قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ

Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”

(QS. Az Zumar: 9)

Barangsiapa yang ingin menjadikan dirinya sebagai pembuka pintu-pintu kebaikan maka hendaknya dia bersemangat mencari ilmu yang bermanfaat, hendaknya ia sangat perhatian dan teliti dengan ilmu-ilmu tersebut.

Ada sebuah hadīts yang menjelaskan hal ini, hadīts ini diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi bahwa Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa berangkat di pagi hari dalam rangka menuntut ilmu maka Allāh akan bukakan satu pintu surga baginya.”

Sanad hadīts ini lemah. Cukuplah bagi kita hadīts yang shahīh dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagaimana yang disebutkan oleh Abū Darda radhiyallāhu ‘anhu dan selain beliau.

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allāh akan mudahkan baginya satu jalan menuju surga.”

Jadi, ilmu adalah pondasi dasar yang sangat penting, sebuah modal besar dalam permasalahan ini. Agar seseorang dapat menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan ia harus sangat perhatian dengan ilmu yang bermanfaat ini.

Ketika seseorang tidak memiliki ilmu, bisa jadi ia akan masuk dalam hal-hal yang merupakan kesesatan, merupakan kebid’ahan, merupakan hawa nafsu dalam keadaan ia merasa telah melakukan kebaikan.


View Source


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *