Ayah Abū bakar pun menjawab, “Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak d…

Ayah Abū bakar pun menjawab, “Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allāh dan anda adalah utusan Allāh.”

*Contoh lain:*

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga pernah meletakkan tangan Beliau pada pundak salah seorang shahabat junior yang masih sangat muda (Mu’ādz bin Jabbal radhiyallāhu ‘anhu).

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata kepada Mu’ādz, “Sungguh aku mencintaimu, jangan pernah tinggalkan do’a ini pada akhir shalatmu.

اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

_”Ya Allāh, tolonglah aku agar selalu berdzikir mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu.”_

(Hadīts shahīh riwayat Abu Daud dan Ahmad)

Sungguh beda sekali cara seperti ini dengan cara orang yang berbicara kepada anak kecil, seakan-akan berbicara kepada anak kecil.

Dia mengatakan, “Hai anak kecil, hai orang bodoh, hai….” Dan lain sebagainya. Kata-kata yang kasar akan membuat hati tertutup dan jiwa akan lari. Sehingga orang yang ingin menggapai predikat sebagai pembuka pintu kebaikan hendaknya menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji.

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sendiri telah bersabda:

إنما بُعثتُ لأُتَمِّمَ صالحَ الأخلاقِ

_”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”_

Demikian yang disampaikan oleh syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta’āla pada kunci ke-8 ini. Yaitu “seseorang memiliki akhlak yang mulia kepada seluruh manusia.”

Ketika berbicara seseorang hendaknya merendah, tidak meninggikan diri sendiri, tidak mengotot, dan akhlak-akhlak buruk lainnya. Hendaknya dia merendah ketika berbicara kepada orang lain. Karena walaupun kebaikan yang kita sampaikan ketika disampaikan dengan cara kasar dan keras, akan membuat jiwa lari dan membuat hati tertutup. Seseorang tidak akan tergerak untuk mengikuti apa yang kita sarankan kepadanya.

Belajarlah menjadi orang yang bisa merendah dihadapan orang lain, walaupun orang yang kita hadapi adalah orang yang sangat banyak kesalahannya (yang sangat bahaya kesalahannya). Tetap harus merendah, apalagi yang kita hadapi adalah masyarakat awam yang mereka ngaji saja terkadang tidak bisa.

Mereka akan melihat yang pertama kali akan melihat kepada akhlak yang menyampaikan, kalau akhlaknya baik dia akan tergerak mengikuti, tapi kalau yang menyampaikan kebenaran akhlaknya tidak baik, orang awam yang kadang membaca Al Qur’ān saja tidak tahu tidak akan tergerak mengikutinya.

Semoga Allāh memudahkan kita untuk memiliki akhlak yang mulia dihadapan seluruh manusia.

Wallāhu Ta’āla A’lam bishawab.

وصلى الله على نبينا محمد

Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
Dikantor Bimbingan Islām Yogyakarta

*Mari saudara muslim yang dermawan.. Sisihkan sedikit dari rezeki Anda untuk Para Penuntut ilmu Syar’i dan operasional DAKWAH dalam menyebarkan kebaikan dengan ta’awun dan infak melalui rekening berikut ini:*

| Bank Syariah Indonesia
| Kode Bank [451]
| No. Rekening : 1184242374
| a.n : APENDI
| Konfirmasi : wa.me/+6282280288925


View Source


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *