كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
_”Cukuplah seseorang dianggap berbohong apabila dia menceritakan segala sesuatu yang ia dengar.”_
(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 5)
Imam Mālik rahimahullāh pernah menuturkan:
“Ketahuilah bahwa seseorang tidak akan selamat jika ia menceritakan segala sesuatu yang ia dengar dan ia juga tidak akan pernah menjadi seorang pemimpin.”
Ungkapan serupa pernah disampaikan oleh Abdurrahman bin Mahdi rahimahullāh.
⑶ Perbedaan berdusta atas nama Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan berdusta pada selainnya.
Setidaknya ada lima poin yang dijelaskan oleh pengarang rahimahullāh.
• Poin Pertama | Berdusta atas nama Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam merupakan perbuatan yang jauh diharamkan dan merupakan tindakan yang sangat buruk akan tetapi pelakunya tidak sampai pada derajat kafir kecuali dia menghalalkan hal tersebut, ini merupakan pendapat mayoritas ulama.
• Poin Kedua | Imam Abu Muhammad Al Juwaini rahimahullāh berpendapat bahwa siapa saja yang berdusta atas nama Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dengan sengaja maka ia telah kufur.
Alasannya ialah, jika seseorang dengan sengaja berdusta dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam telah menghalalkan suatu perbuatan padahal sejatinya hal tersebut diharamkan maka secara tidak langsung dia telah menghalalkan sesuatu yang diharamkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Di mana hal tersebut merupakan sebuah kekufuran, akan tetapi pendapat beliau ini dibantah oleh para ulama.
• Poin Ketiga | Ibnu Hajar rahimahullāh pernah menuturkan dosa berdusta atas nama Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam amatlah besar, sedangkan dusta selainnya kecil. Sehingga dalam hal ini berbeda meskipun keduanya terancam dengan api neraka.
Namun keadaannya tidaklah sama, bisa jadi keduanya berada dalam neraka yang sama. Akan tetapi orang yang berdusta atas nama Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam akan tinggal lebih lama dari pelaku dusta biasa.
Terlebih lagi dalam hadīts sebelumnya
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menggunakan kalimat: فليتبوأ , yang mana mengisyaratkan makna tinggal dalam jangka waktu yang cukup panjang, bahkan secara sepintas menunjukkan orang tersebut akan tinggal dalam neraka selamanya.
Sebab Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak menyebutkan tempat tinggal lain dalam hadīts tersebut, hanya saja berbagai dalīl lain yang tak terbantahkan menunjukkan bahwa orang yang kekal di dalam neraka hanyalah orang yang kafir.
Ikhawani Fīdin rahimani wa rahimakumullāh.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda:
إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ
_”Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta atas nama orang lain.”_
(Hadīts shahīh riwayat Muslim)
• Poin Keempat | Barangsiapa yang berdusta atas nama Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam maka ia telah fasik dan secara otomatis seluruh hadīts yang ia riwayatkan akan tertolak dan tidak akan bisa dijadikan sebagai hujjah.
• Poin Kelima | Berdusta atas nama Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sejatinya merupakan bentuk kedustaan atas nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebab Allāh Subhānahu wa Ta’āla pernah berfirman:
وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ ۞ إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ
_”Dan tidaklah dia (Muhammad) mengucapkan sesuatu berdasarkan hawa nafsu. Ucapannya itu tiada lain adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.”_
(QS. An Najm: 3-4)
Oleh karenanya siapapun yang berani berdusta atas nama Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam maka ia terancam dengan firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
قُلۡ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَفۡتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ لَا يُفۡلِحُونَ
_Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allāh niscaya dia tidak akan beruntung.”_
(QS. Yūnus: 69)
صلى اللّٰه على نبينا محمّد و على آله وصحبه و سلم
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Leave a Reply