Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthāni rahimahullāh
Halaqah 07: Berkata Atas Nama Allāh Tanpa Ilmu
Telegram: https://t.me/ilmusyar1
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله و صلاة وسلم على رسول الله أما بعد
Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Kembali kita akan melanjutkan pembahasan dari Risalah Āfātul Lisān fī Dhau’il Kitābi was Sunnah ( آفات اللسان في ضوء الكتاب والسُّـنَّة), karya Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthāni rahimahullāhu ta’āla.
Kali ini kita memasuki bab baru dari risalah ini yaitu:
*︎ BERKATA ATAS NAMA ALLĀH TANPA ILMU (القول على الله بغير علم)*
Bab ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama ialah seputar berdusta atas nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan Rasul-Nya shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Penulis membawakan pembahasan yang pertama yaitu:
⑴ Definisi Dusta
Imam An Nawawi rahimahullāh pernah berkata, menurut madzhab Ahlus Sunnah definisi dusta adalah mengabarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Baik disengaja ataupun tidak. Akan tetapi jika tidak disengaja maka ia tidaklah berdosa.
⑵ Ancaman terhadap seseorang berdusta atas nama Allāh dan Rasul-Nya shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Ikhwani Fīdīn rahimani wa rahimakumullāh.
Tidak diragukan lagi berdusta atas nama Allāh dan Rasul-Nya merupakan perkara yang lebih buruk serta lebih besar dosanya dari dusta yang lainnya. Terdapat banyak dalīl dalam masalah ini, di antaranya adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبٗا لِّيُضِلَّ ٱلنَّاسَ بِغَيۡرِ عِلۡمٍۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
_”Siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allāh untuk menyesatkan orang-orang tanpa pengetahuan?” Sesungguhnya Allāh tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.”_
(QS. Al An’ām: 144)
Dalam ayat yang lain, Allāh berfirman:
وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَٔايَٰتِنَا وَٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡأٓخِرَةِ وَهُم بِرَبِّهِمۡ يَعۡدِلُونَ
_”Dan jangan engkau ikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, dan mereka mempersekutukan Tuhan.”_
(QS. Al An’ām:150)
Dan masih banyak ayat-ayat lain yang menjelaskan ancaman bagi mereka yang berani berdusta atas nama Allāh Ta’āla dan Rasul-Nya shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Dalam sebuah hadīts shahīh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda:
لاَ تَكْذِبُوا عَلَىَّ، فَإِنَّهُ مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ فَلْيَلِجِ النَّارَ
_”Janganlah kalian berdusta atas namaku, dan barangsiapa berdusta atas namaku maka hendaknya dia bersiap untuk memasuki neraka.”_
(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 106)
Suatu ketika shahabat Az Zubair radhiyallāhu ‘anhu pernah ditanya oleh putra beliau, “Mengapa aku jarang melihatmu menceritakan hadīts-hadīts Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, tidak seperti orang lain.”
Kemudian beliau menjawab, “Sejatinya aku senantiasa menyertai Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam akan tetapi aku pernah mendengar Beliau bersabda:
مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
_Barangsiapa yang dengan sengaja berdusta atas namaku maka hendaknya ia persiapkan tempat duduknya di neraka.”_
(Hadīts shahīh riwayat Ibnu Mājah nomor 37)
Hadīts dengan makna yang serupa juga banyak diriwayatkan oleh shahabat lain di antaranya oleh shahabat Anas bin Mālik, Abu Hurairah dan Salamah bin Al Aqwa radhiyallāhu ‘anhum.
Dalam hadīts yang lain Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga pernah bersabda:
“Sesungguhnya di antara kebohongan yang besar adalah bila seseorang mengaku sebagai anak dari orang yang bukan bapaknya atau seorang mengaku melihat sesuatu dalam mimpi padahal tidak bermimpi apapun atau seseorang mengatakan sesuatu atas nama Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam apa yang tidak disabdakan.”
Leave a Reply