Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthāni rahimahullāh
Halaqah 08: Dusta Secara Umum
Telegram: https://t.me/ilmusyar1
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله و صلاة وسلم على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، و لَاحول ولاقوة الا بالله أما بعد
Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Kembali kita akan melanjutkan pembahasan dari Risalah Āfātul Lisān Fī Dhau’il Kitābi was Sunnah ( آفات اللسان في ضوء الكتاب والسُّـنَّة) Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthāni rahimahullāhu ta’āla.
Pada kesempatan kali ini kita membahas seputar:
*︎ DUSTA SECARA UMUM (الكذب على وجه العموم)*
*• Poin Pertama | Hukum Berdusta (حكم الكذب)*
Imam An-Nawawi rahimahullāh pernah berkata berbagai dalīl baik dari Al-Qur’an maupun Hadīts Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam hingga ijma’ kaum muslim dengan tegas menyatakan bahwa dusta merupakan perbuatan yang diharamkan.
Di mana dusta merupakan perbuatan yang buruk dan keji, cukuplah hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam berikut ini sebagai alasan untuk menjauhkan diri dari perbuatan dusta.
Di mana beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
_”Ciri atau tanda orang munafik ada tiga yaitu jika berbicara dusta, jika berjanji ia ingkar dan jika diberi amanat dia kiamat.”_
(Hadīts shahīh riwayat Al-Bukhāri nomor 6095)
*• Poin Kedua | ( التر هيب ) Ancaman Bagi Orang yang Berdusta Secara Umum*
Maksud dari kalimat العموم di sini adalah baik kedustaan atas nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla, atas nama Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam atau kedustaan-kedustaan yang lain.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔولٗا
_”Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya.” (QS. Al-Isrā’: 36)”_
Dalam sebuah hadīts yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Mas’ūd radhiyallāhu ‘anhu, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ، حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
_”Sesungguhnya kejujuran akan membimbing kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan senantiasa membimbing ke surga, dan sesungguhnya jika seseorang senantiasa berlaku jujur nantinya ia akan dicatat sebagai seorang yang jujur, dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan kepada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka dan sesungguhnya jika seseorang selalu berlaku dusta sehingga nantinya ia dicatat sebagai seorang pendusta.”_
(Hadīts shahīh riwayat Al-Bukhāri nomor 6094)
Kemudian dalam shahīh Imam Al-Bukhāri rahimahullāh pernah membawakan sebuah hadīts yang diriwayatkan oleh sahabat Hakim bin Hazām radhiyallāhu ‘anhu.
Di mana Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda:
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُوِرَكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
_”Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyār (خِيَار) yaitu pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan jual beli selama keduanya belum berpisah._
_Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam melanjutkan, “Jika keduanya jujur dan menampakkan barang dagangannya sebagaimana adanya, maka keduanya diberkahi dalam jual belinya apabila keduanya menyembunyikan dan berdusta maka akan hilang keberkahan jual belinya.”_
(Hadīts shahīh riwayat Al-Bukhāri dan Muslim)
Dalam hadīts lain Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga bersabda:
Leave a Reply