InsyaAllāh pada pertemuan kali ini kita akan mengambil sedikit pelajaran dari muqaddimah atau pendahuluan yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq Al-Badr di kitab kecilnya ini.
Syaikh menyebutkan di dalam muqaddimahnya yang dimaksud _lapang dada adalah rasa puas serta rasa tenang dan hilangnya rasa tidak nyaman serta masalah dari hati kita dan terus menerus merasa bahagia di dalam kehidupan yang mulia dan baik._
Jadi tidak hanya rasa lapang dada ini bersifat sementara, namun terus menerus. Ketika Allāh datangkan rasa lapang dada ini kepada kita, baik kita dalam keadaan susah, sedih, maupun dalam keadaan kita diberi kenikmatan, dada kita ini terus merasa lapang dada. Kita ini terus merasa puas dan tenang dengan apa yang telah Allāh berikan. Walaupun yang Allāh berikan sedikit, walaupun yang Allāh berikan belum sesuai dengan keinginan kita.
Namun hakikat dari lapang dada yang sebenarnya di sini adalah _rasa lapang dada yang benar-benar kita menerima semua takdir yang Allāh berikan, menerima semua hal yang Allāh berikan kepada kita, baik itu nikmat yang sedikit, nikmat banyak, atau Allāh berikan cobaan kepada kita, namun dada kita bisa merasa lapang kalau Allāh berikan rasa lapang dada ini kepada kita._
Lalu Syaikh melanjutkan penjelasannya, dan _jika Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah memberikan rasa lapang dada ini kepada seorang hamba maka itu tanda Allāh telah memudahkan urusannya_ sehingga terwujudlah pada hamba tersebut maslahat-maslahat baik pada agama dan dunianya.
Sehingga akan mudah baginya untuk melaksanakan ibadah, melaksanakan ketaatan, dimungkinkan baginya untuk selalu konsisten di dalam melakukan maslahat atau di dalam melakukan kebaikan, dan akan terjamin pula keturunannya.
Dari sini bisa kita ketahui bahwa _rasa lapang dada yang benar adalah rasa lapang dada yang akan mewujudkan seorang hamba yang dia terus konsisten di dalam beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, bukan lapang dada yang menjadikan seorang hamba terkecoh atau lalai di dalam melakukan ibadah._
Karena banyaknya rezeki yang dia dapatkan, bukannya bertambah imannya atau bertambah rajin melakukan shalat, namun dia malah lalai dari melaksanakan shalat lima waktu karena sibuk dengan dunia dan sibuk dengan apa yang dia dapatkan dari rezeki. Sehingga, semua yang dianggap karunia bukanlah hakikat dari rasa lapang dada. Kenapa? Ini sudah menjadikan hatinya lalai dan ini bukan rasa lapang dada yang sebenarnya.
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
*Mari saudara muslim yang dermawan.. Sisihkan sedikit dari rezeki Anda untuk Para Penuntut ilmu Syar’i dan operasional DAKWAH dalam menyebarkan kebaikan dengan ta’awun dan infak melalui rekening berikut ini:*
| Bank Syariah Indonesia
| Kode Bank [451]
| No. Rekening : 1184242374
| a.n : APENDI
| Konfirmasi : wa.me/+6282280288925
Kami mengucapkan terima kasih dan Jazaakumullahu Khairan atas donasi dan infak yang telah diberikan oleh para Donatur/Muhsinin. “Barakallahu fii Maalikum Wa ahliikum”
•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•
Share on WhatsAppWhatsApp Messenger: More than 2 billion people
in over 180 countries use WhatsApp to stay in touch with friends and
family, anytime and anywhere. WhatsApp is free and offers simple, secure,
reliable messaging and calling, available…
Leave a Reply