╔══❖•ೋ°° ೋ•❖══╗
           
                    *SBUM*
            *Sobat Bertanya*
         *Ustadz Menjawab*

╚══❖•ೋ°° ೋ•❖══╝

*NO : 1⃣5⃣1⃣9⃣*

*Dirangkum oleh Grup Islam Sunnah | GiS*
  https://grupislamsunnah.com

  *Kumpulan Soal Jawab SBUM*
  *Silakan Klik :* https://t.me/GiS_soaljawab

═══════ ° ೋ• ═══════

  *FENOMENA HIJRAH YANG SALAH*

*Pertanyaan*
Nama : Hamba Allah
Angkatan: 02
Grup : 70
Nama Admin : –
Nama Musyrifah : –
Domisili :-

      

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه

Semoga ustadz dalam keadaan sehat dan selalu dalam lindungan Allah ﷻ.

Izin bertanya Ustadz,

Jadi, di kota kami sedang marak terjadi fenomena di mana ikhwan (yang sudah mengaji dengan aqidah yang in syaa Allah lurus) keluar dari pekerjaannya dengan dalih keluar dari zona nyaman dan bertawakal.

Afwan, yang terjadi setelah itu kebanyakan istri yang pontang panting bekerja. Entah dengan usaha kuliner (memasak dan sebagainya). Atau berjualan, hingga perabot rumah juga jadi dijual untuk mencukupi kebutuhan financial rumah tangga. Khususnya kebutuhan anak yang masih kecil-kecil, yang tidak memungkinkan diminta sabar dan berpuasa.

Sementara banyak dari yang ikhwan, memang benar mereka keluar rumah. Namun kadang sebatas kajian atau kumpul teman kajian atau yayasan dakwah di cafe atau warung.

Tak jarang mereka pulang malam dan tidak membantu keadaan istri yang bekerja sambil mengurus anak-anak.

Dan ketika istri kewalahan dan kelelahan dengan pekerjaannya, suami mengajukan taadud. Istrinya diminta mencarikan untuknya.

Ada pula yang berniat taadud dengan perempuan kaya dengan niat untuk menafkahi istri (pertama).

Kasus seperti ini sangat banyak, sungguh memprihatinkan karena pada akhirnya yang terkena imbas negatif adalah kajian, manhaj, dan sunnah. Allahulmusta’an.

Itu sebabnya banyak juga dari teman-teman akhawaat yang tidak mendapat izin menikah dengan ikhwan kajian.

Bukan karena financial yang sedikit, tapi karena orang tua tidak ingin melihat putrinya menjadi tulang punggung keluarga dan diperlakukan buruk atau tidak adil seperti yang terjadi pada teman-teman kajiannya.

Mohon nasehatnya Ustadz.
Khususnya bagi ikhwan ikhwan yang belum juga bekerja, karena terinspirasi keluar dari zona nyaman tersebut.

Bismillah…
Billah Ustadz ana sangat prihatin dengan keadaan teman-teman akhawaat yang menikah dengan ikhwan-ikhwan yang maa syaa allah rajin kajian. Tapi istri mereka menjadi tulang punggung keluarga. Subhanallah.
Alhamdulillah suami ana termasuk yang tidak terpengaruh dengan teman-teman kajiannya, gaji tidak UMR pun alhamdulillah mencukupi.

Waliyyaudzubillah semoga kami dan akhawaat wa ummahaat yang lain atau mungkin yang belum menikah terhindar dari fenomena istri menjadi tulang punggung keluarga. Serta diperlakukan tidak adil (teraniaya) seperti itu.

Semoga yang belum menikah dikaruniai jodoh terbaik dunya wal akhirat hingga jannah, menjaga kehormatan manhaj dan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.

Mohon atas nasehatnya Ustadz.

جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم.

*Jawaban*

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والصلام على رسول الله اما بعد.

Fenomena semacam ini, sebenarnya sudah banyak menjangkiti ikwan yang salah paham dalam memahami makna hijrah. Mereka memaknai hijrah dengan meninggalkan seluruh aktifitas dunia, dan hanya sibuk dengan kajian dan akhirat saja. Pemahaman semacam ini salag dan keliru. Karna para ikwan apalagi yang sudah menjadi pemimpin bagi kelurganya, maka memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang besar bagi keluarganya.

والرَّجلُ في أهلِ بيتِهِ راعٍ وهوَ مسؤولٌ عن رعيَّتِهِ.

“Dan suami pemimpin didalam rumah nya dan akan dimintai pertanggung jawaban dari yang dia pimpin ” (HR. BUKHROY dan MUSLIM).

View Source


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *