Ustadz Muhammad Idris, Lc
Join Telegram* :https://t.me/ilmusyar1
* HALAQAH 2 :* DADA YANG ALLAH SEMPITKAN
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب الـعـالـمـيـن والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أما بعد
Ikhawaniy wa Akhawatiy, Saudara Saudariku kaum Muslimin di manapun berada, semoga kita semua dilimpahkan rahmat oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Lalu Syaikh melanjutkan, adapun jika Allāh _Subhānahu wa Ta’āla_ menyempitkan hati seorang hamba maka urusan hamba tersebut akan menjadi kacau sehingga ia tidak dapat melaksanakan kewajibannya dan aktifitas kesehariannya tidak akan mengarah kepada kebaikan, bahkan ia akan selalu merasa khawatir, gundah, dan sedih.
Itu adalah seperti yang kita sampaikan sebelumnya bahwa ketika _Allāh memberikan beberapa nikmat kepada seorang hamba dan seorang hamba tersebut menjadi lalai dan terkecoh karena pemberian Allāh ini, maka disitu bukan rasa lapang dada namun itu adalah kesempitan hati, kesempitan dada yang Allāh berikan kepada dia berupa ujian._
Apakah dengan adanya nikmat ini dia akan terus menerus lalai ataukah ketika dia mendapatkan rezeki ini, mendapatkan nikmat ini, dia akan bersemangat di dalam beribadah kepada Allāh _Subhānahu wa Ta’āla._? Maka bisa kita ambil kesimpulan bahwasanya lapang dada adalah sebab terbesar yang dapat menolong seorang hamba di dalam mencapai tujuannya serta meraih semua keinginannya.
Maka dari itu ketika Allāh _Subhānahu wa Ta’āla_ memerintahkan Nabi-Nya Musa _alayhissalām_ pergi untuk menemui Fir’aun dalam rangka mendakwahinya dan memberikan peringatan kepadanya, bahkan konsekuensi dari kecongkakannya Musa _alayhissalām_ berdoa menengadahkan wajahnya ke langit.
رَبِّ ٱشۡرَحۡ لِي صَدۡرِي ۞وَيَسِّرۡ لِيٓ أَمۡرِي
Nabi Musa alayhissalām berdoa, _”Wahai Rabbku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah semua urusanku.”_ (QS. Thaha: 25-26)
Karena tidak ada yang bisa membantu Nabi Musa _alayhissalām_ untuk dia bersemangat menjalankan perintah Allāh kecuali Allāh _Subhānahu wa Ta’āla_. Maka dari itu ketika kita mengetahui bahwa sumber lapang dada itu dari Allāh bukan dari nikmat atau bukan dari banyaknya harta atau banyaknya keturunan kita, maka kita terus meminta kepada Allāh _Subhānahu wa Ta’āla_ untuk dilapangan dada kita sehingga menerima semua yang Allāh berikan kepada kita, menerima semua perintah Allāh _Subhānahu wa Ta’āla_ tanpa membantahnya. Dan ini yang dicontohkan Nabi Musa _alayhissalām_ ketika beliau diperintahkan oleh Allāh _Subhānahu wa Ta’āla_ untuk mendakwahkan agama ini kepada Fir’aun yang congkak.
Dan Allāh _Subhānahu wa Ta’āla_ juga berfirman,
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
_”Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu wahai Muhammad?”_ (QS. Al-Insyirah: 1).
Dari sini bisa kita ketahui juga bahwa sumber lapang dada itu dari Allāh _Subhānahu wa Ta’āla_. Bukan dari kekayaan harta benda di dunia ini. Tidak! Harta benda itu tidak kita bawa sampai mati, sedangkan rasa lapang dada jikalau Allāh telah tanamkan kepada hati kita walaupun kita tidak mendapatkan banyak harta di dunia ini, itu akan membuat hati kita lega, kita akan menerima, dan kita meyakini bahwa semua amalan kita walaupun belum diganjar oleh Allāh _Subhānahu wa Ta’āla_ dengan kenikmatan di dunia, itu akan digantikan dengan kenikmatan yang lebih besar di akhirat kelak. Dan itulah hakikat rasa lapang dada yang sebenarnya.
Lalu dari kedua ayat ini bisa _kita simpulkan bahwa lapang dada ini murni karunia dan pemberian dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang mana hanya Allāh berikan kepada yang ia kehendaki sehingga lapang dada adalah salah satu sebab terbesar dari hidayah. Dan menyia-nyiakan rasa lapang dada yang Allāh berikan kepada kita adalah salah satu sebab kesesatan._ Sebagaimana lapangnya dada adalah seutama-utamanya kenikmatan, maka menyia-nyiakannya adalah seberat-beratnya ujian.
Leave a Reply