“Seorang mukmin tidak semestinya merasa puas dengan kebaikan yang ia dengarkan hingga kehidupannya berujung masuk ke dalam surga.” (HR. Tirmidzi, no. 2687; Ibnu Hibban, no. 903; Ibnu ‘Adi dalam Al-Kamil, 3:981; Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab, 1176. Sanad hadits ini ada Darroj bin Abu As-Samh, ia adalah perawi yang dhaif).
Dalam hadits ini disebutkan bahwa orang yang tak pernah merasa puas dalam hal ilmu merupakan tanda keimanan dan sifat orang beriman. Oleh karena itu, para ulama ketika ditanya, “Sampai kapan engkau menuntut ilmu?” Jawab mereka, “Ilal mamaat, sampai mati.”
‘Abdullah bin Mubarak ditanya, “Sampai kapan engkau mendengar hadits?” Jawab beliau, “Ilal mamaat, sampai mati.”
Imam Ahmad ditanya, “Sampai kapan engkau menulis hadits dari seseorang?” Jawab beliau, “Ilal maut, sampai mati.”
Imam Ahmad rahimahullah juga pernah berkata, “Aku benar-benar akan terus menuntut ilmu hingga aku masuk kubur.”
‘Abdullah bin Bisyr Ath-Thaqoni berkata, “Aku berharap ketika maut datang, tinta masih di sisiku. Semoga pena dan tintaku tidak lepas dariku.”
Sebagian ulama ditanya pula, “Sampai kapan seseorang pantas untuk belajar?” Jawaban mereka adalah, “Sampai mereka pantas untuk hidup.”
Al-Hasan Al-Bashri ditanya oleh seseorang yang usianya 80 tahun, “Apakah saya masih pantas belajar?” Imam Al-Hasan Al-Bashri menjawab, “Selama ia layak hidup, maka ia layak juga untuk belajar.”
Perkataan-perkataan di atas dinukil dari Miftah Daar As-Sa’adah, 1:278-279.
—————-
#Manhaj #manhajsalaf #posterdakwah #posterdakwahsunnah #ilmu #ilmusyari
Lebih dari 100 Keutamaan Orang Berilmu dari Kitab Miftah Daar As-Sa’adah (Bagian 01)Berikut adalah ringkasan dari pembahasan Ibnul Qayyim dari kitab Miftah Daar As-Sa’aadah mengenai keutamaan orang berilmu. Simak disini
Leave a Reply