وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًۭا
_”Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaha: 114)._
_Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullāh berkata mengenai ayat ini (QS. Thaha: 114),_
ayat ini mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu karena sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidaklah memerintahkan Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali tambahan ilmu.
Jadi Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak meminta _Nabi Muhammad untuk berdoa untuk ditambahkan harta maupun hal-hal yang bersifat duniawi._ Namun Allāh Subhānahu wa Ta’āla memerintahkan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk berdoa agar Allāh Subhānahu wa Ta’āla menambahkan ilmu kepada Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Adapun yang dimaksud dengan ilmu di sini (وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًۭا) adalah ilmu syar’i bukan ilmu yang berkaitan dengan ilmu duniawi.
Lalu Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman,
وَمَا كَانَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا۟ كَآفَّةًۭ ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍۢ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌۭ لِّيَتَفَقَّهُوا۟ فِى ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُوا۟ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوٓا۟ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
_”Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin semuanya pergi ke medan perang. Mengapa sebagian dari mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan ilmu agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah: 122)._
Di sini Allāh Subhānahu wa Ta’āla memerintahkan kepada sebagian umat Islam untuk mendalami ilmu agama Islam sehingga dia dapat mengingatkan kaumnya, memberikan peringatan kepada kaumnya jika kaumnya sedang terjebak di dalam jurang kesesatan maupun kebodohan.
Lalu apa kaitan antara menuntut ilmu dengan kelapangan dada?
Syaikh Abdurrazaq hafidzahullāh menuturkan semakin banyak seorang hamba memperoleh ilmu syar’i yang bersumber dari Al-Qur’ān maupun As-Sunnah,
_maka semakin bertambah pula kadar kelapangan dadanya dan membaik pula keadaan dirinya. Karena pada prinsipnya ilmu syar’i meninggikan derajat seorang hamba, membahagiakannya serta merupakan sebab kesuksesannya di dunia serta di akhirat._
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَـٰتٍۢ
_”Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Mujadilah: 11)._
Bersama semua itu, menuntut ilmu adalah Surga bagi penuntutnya di dalamnya terdapat taman yang penuh dengan bunga yang bisa kita petik dengan mudahnya.
Oleh karena itu bisa kita jumpai juga sebagian ulama menamai karya mereka di bidang ilmu syar’i dengan apa yang mereka yakini menjadi salah satu sifat dari ilmu syar’i ini.
Contohnya ada ulama yang menulis kitab dengan judul Raudhatul Uqala yang artinya adalah taman-taman pakar ilmu karena meyakini bahwa ilmu syar’i ini adalah taman-taman yang menyejukkan.
Lalu ada juga kitab yang bernama Bustanul ‘Arifin (kebun orang-orang yang berilmu) ada juga kitab yang sangat terkenal dengan nama Riyadhush Shalihin (taman-taman orang Shalih) karena hakikat ilmu adalah menggembirakan, _hakikat ilmu adalah menentramkan sebagaimana atau selayaknya sebuah taman dan lain sebagainya,_ dari nama-nama yang menunjukkan akan makna yang diyakini seorang penuntut ilmu terhadap ilmu.
Maka menuntut ilmu adalah sebuah keutamaan yang besar terlebih di zaman seperti saat ini di mana Allāh Subhānahu wa Ta’āla menakdirkan kita hidup di zaman yang penuh fitnah, penuh dengan hal-hal yang melalaikan. Sehingga orang yang diberikan Allāh Subhānahu wa Ta’āla kesempatan untuk menuntut ilmu syar’i maka itu adalah keutamaan yang sangat agung.
Leave a Reply