*SBUM*
*Sobat Bertanya*
*Ustadz Menjawab*
╚══❖•ೋ°° ೋ•❖══╝
*NO : 1⃣6⃣3⃣1⃣*
*Dirangkum oleh Grup Islam Sunnah | GiS*
https://grupislamsunnah.com
*Kumpulan Soal Jawab SBUM*
*Silakan Klik :* https://t.me/GiS_soaljawab
═══════ ° ೋ• ═══════
*MENGHADAPI KEDZALIMAN*
*Pertanyaan*
Nama: Hartini
Angkatan : T. 06
Grup : 012
Nama Admin : Nisa & Zuniati
Nama Musyrifah : Zatriana
Domisili : Jawa Barat
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه
Afwan Ustadz izin bertanya.
Apakah dilarang melaknat orang yang telah mendzalimi kita ?
Meskipun kita telah diam tidak membalas kedzalimannya. Namun yang bersangkutan tetap menganggu kita. Entah apa motivasinya, meski kita tidak mengenal yang bersangkutan.
Apakah mencela perbuatan buruk orang lain setelah kita berulangkali mengingatkan, namun tidak dimengerti oleh yang bersangkutan.
Lalu apakah hubungan hal tersebut dengan janji Allah ﷻ ” Tidak ada hijab antara Allah ﷻ dengan do’a orang yang di dzalimi ?”
Bagaimana solusi jika kebaikan kita belum mencukupi untuk mendidik yang bersangkutan (tetap dzalim) ?
Mohon pencerahannya Ustadz.
جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم.
*Jawaban*
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والصلام على رسول الله اما بعد.
Orang yang teraniaya atau dizalimi maka antara ia dengan Allah tidak ada pembatas sebagaimaa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اِتَّقِ دَعْوةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
“Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniyaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan)“. [Shahih Muslim, kitab Iman 1/37-38].
Maka berbahayalah balasan bagi orang yang zalim
Contoh balasan di akhirat adalah akan diqishash pada hari kiamat, disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bertanya :
أَتَدْرُونَ مَا المُفْلِسُ؟ قَالُوا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لَيْسَ لَهُ دِرْهَمَ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ: إِنَّ المُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي وَقَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يَقْضِيَ مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
Artinya : “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”.
Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda”.
Nabi bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dikalangan ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala sholat, puasa, dan zakat, tapi ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan, sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa orang yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya, kemudian diapun dicampakkan kedalam neraka”.
(H.R. Muslim)
Apabila dia memaafkan, maka Allah justru akan memberikan kemuliaan kepadanya. Keutamaan ini telah diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui sabdanya,
وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا
“Kemuliaan hanya akan ditambahkan oleh Allah kepada seorang hamba yang bersikap pemaaf.”
(HR. Muslim (2588)
Berdasarkan hadits di atas kemuliaan yang diperoleh dari sikap memaafkan itu (tentu) lebih disukai dan lebih bermanfaat bagi dirinya, daripada kemuliaan yang diperoleh dari tindakan pelampiasan dendam. Kemuliaan yang diperoleh dari pelampiasan dendam adalah kemuliaan lahiriah semata, namun mewariskan kehinaan batin.
Leave a Reply