Ketika itu, kami masih baru keluar dari kekafiran (baru masuk Islam). Sementara …

Ketika itu, kami masih baru keluar dari kekafiran (baru masuk Islam). Sementara orang-orang musyrik memiliki sebuah pohon yang mereka gunakan untuk tempat iktikaf dan menggantungkan senjata-senjata mereka. Pohon itu dikenal dengan nama Dzatu Anwath. Lalu, ketika kami melewati pohon itu, sebagian di antara kami berkata, “Wahai Rasulullah, jadikanlah untuk kami sebuah Dzatu Anwath sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwath.” (HR. Tirmidzi)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingkari para sahabat tatkala mereka meminta kepada beliau untuk dibuatkan sebuah tempat khusus (pohon) untuk menggantungkan senjata dan mengharap berkah darinya, sebab perbuatan ini adalah termasuk kesyirikan.

Faedah hadis
Dari hadis di atas, ada beberapa pelajaran penting yang patut untuk kita renungkan, yaitu:

Pertama: Besarnya bahaya akibat tidak memahami tauhid. Sehingga, hal itu akan menyeret seseorang ke dalam perbuatan atau keyakinan syirik dalam keadaan dia tidak menyadarinya. Maka, kebodohan dalam masalah akidah adalah sangat berbahaya.

Kedua: Hadis di atas menunjukkan bahaya meniru-niru orang musyrik. Karena hal itu akan bisa menyeret kepada tindak kemusyrikan. Oleh sebab itu, tidak boleh meniru-niru (tasyabbuh) kepada mereka.

Ketiga: Mencari berkah kepada pohon, batu, dan bangunan (termasuk di dalamnya kubur-kubur wali) adalah perbuatan syirik. Karena di dalamnya terkandung pencarian berkah kepada selain Allah, entah itu ditujukan kepada batu, pohon, kubur, atau tempat-tempat keramat yang lain. Itu semua termasuk syirik. (lihat transkrip Syarh Al-Qawa’id Al-Arba’ oleh Syekh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, hal. 29)

Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan beberapa catatan berharga sebagai berikut:

Pertama: Sesembahan yang ada di masa diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beraneka ragam, tidak terbatas berupa berhala. Bahkan, di antara mereka ada yang memuja nabi dan orang saleh. Sehingga pemujaan kepada orang saleh (baca: kuburnya) termasuk perbuatan syirik yang harus diperangi.

Kedua: Keumuman perintah untuk memerangi segala jenis orang musyrik (yaitu, yang beribadah kepada selain Allah), apa pun bentuk sesembahannya, entah itu malaikat, nabi, ataupun orang saleh (wali).

Ketiga: Kebatilan penafsiran para pengagung kubur yang membatasi tafsir ayat-ayat tentang syirik hanya kepada pemujaan terhadap berhala dan (menurut mereka) hal itu tidak berlaku (bukan syirik) apabila yang dipuja adalah nabi atau orang saleh. (lihat Syarh Al-Qawa’id Al-Arba’ oleh Muhammad bin Sa’ad Al-Hanin, hal. 49)

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

Sumber: https://muslim.or.id/90840-pemujaan-kepada-makhluk.html
┅┅══❃ ✿❃══┅┅ ✿❃══┅┅

Pemujaan kepada MakhlukNabi shallallahu ‘alaihi wasallam muncul di tengah umat yang berbeda-beda dalam peribadatan. Salah satunya adalah pemujaan kepada makhluk.


View Source


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *