Pemujaan matahari dan bulanAllah Ta’ala berfirman,وَمِنۡ ءَایَـٰتِهِ ٱلَّیۡلُ وَ…

Pemujaan matahari dan bulan
Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنۡ ءَایَـٰتِهِ ٱلَّیۡلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُۚ لَا تَسۡجُدُوا۟ لِلشَّمۡسِ وَلَا لِلۡقَمَرِ وَٱسۡجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِی خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمۡ إِیَّاهُ تَعۡبُدُونَ

“Di antara tanda kebesaran Allah adalah malam dan siang, matahari dan bulan, maka janganlah kalian sujud kepada matahari atau kepada bulan. Akan tetapi, sujudlah kepada Allah yang telah menciptakan itu semua, jika kalian benar-benar beribadah hanya kepada-Nya.” (QS. Fushshilat: 37)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan maksud dari ayat, “Janganlah kalian sujud kepada matahari atau kepada bulan. Akan tetapi, sujudlah kepada Allah yang telah menciptakan itu semua.” Beliau rahimahullah berkata, “Janganlah kalian mempersekutukan hal itu dengan-Nya. Karena tidaklah berguna ibadah kalian kepada-Nya, jika kalian juga beribadah kepada selain-Nya. Sebab, Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya.” (lihat Tafsir al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 182 cet. Dar Thaibah)

Pemujaan malaikat dan nabi
Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا یَأۡمُرَكُمۡ أَن تَتَّخِذُوا۟ ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةَ وَٱلنَّبِیِّـۧنَ أَرۡبَابًاۗ

“Dan dia (rasul) tidaklah memerintahkan kalian untuk menjadikan malaikat dan para nabi sebagai sesembahan.” (QS. Ali ‘Imran: 80)

Ibnu Juraij dan sekelompok ulama tafsir yang lain menjelaskan bahwa maksud dari ayat ini adalah, “Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah memerintahkan kalian untuk menjadikan malaikat dan para nabi sebagai sesembahan, sebagaimana halnya yang dilakukan oleh kaum Quraisy dan Shabi’in yang berkeyakinan bahwa malaikat adalah putri-putri Allah. Tidak juga sebagaimana kaum Yahudi dan Nasrani yang berkeyakinan tentang ‘Isa Al-Masih dan ‘Uzair seperti apa yang mereka ucapkan (bahwa mereka adalah anak Allah, pent).” (lihat Ma’alim At-Tanzil, hal. 220 oleh Al-Baghawi)

Pemujaan orang saleh
Dalil bahwasanya ada di antara mereka yang memuja orang-orang saleh adalah firman Allah,

أُو۟لَـٰۤىِٕكَ ٱلَّذِینَ یَدۡعُونَ یَبۡتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلۡوَسِیلَةَ أَیُّهُمۡ أَقۡرَبُ وَیَرۡجُونَ رَحۡمَتَهُۥ وَیَخَافُونَ عَذَابَهُۥۤۚ

”Mereka itu (yang diseru selain Allah) justru mencari kedekatan diri kepada Allah, siapakah di antara mereka yang paling bisa dekat dengan-Nya dan berharap rahmat-Nya serta takut akan siksa-Nya.” (QS. Al-Isra’: 57)

Ibnu ‘Abbas dan Mujahid menafsirkan, bahwa yang dimaksud ‘yang diseru selain Allah’ di dalam ayat ini adalah ‘Isa, ibunya (Maryam), ‘Uzair, malaikat, matahari dan bulan, serta bintang-bintang. Mereka semua mencari kedekatan diri atau kedudukan yang mulia di sisi Allah. Adapun Ibnu Mas’ud menafsirkan bahwa yang dimaksud oleh ayat ini adalah kejadian yang menimpa orang musyrikin Arab masa silam yang menyembah kepada jin, kemudian ternyata jin yang mereka sembah masuk Islam, sedangkan mereka tidak mengetahuinya. Sementara mereka terus bertahan di atas kesyirikannya. Maka, Allah pun mencela perbuatan mereka dengan turunnya ayat ini. (lihat Ma’alim At-Tanzil, hal. 746)

Pemujaan batu dan pohon
Dalil bahwasanya ada di antara mereka yang beribadah kepada pohon dan batu adalah firman Allah,

أَفَرَءَیۡتُمُ ٱللَّـٰتَ وَٱلۡعُزَّىٰ وَمَنَوٰةَ ٱلثَّالِثَةَ ٱلۡأُخۡرَىٰۤ

“Bagaimanakah pendapat kalian tentang Latta, ‘Uzza, dan Manat sesembahan yang ketiga.” (QS. An-Najm: 19-20)

Latta dahulunya adalah sosok lelaki yang suka mencampur gandum dengan daging untuk disedekahkan kepada para jemaah haji. Ketika lelaki saleh ini meninggal, maka orang-orang pun menjadikan kuburnya sebagai tempat ibadah. Adapun ‘Uzza adalah sebuah pohon keramat yang dikelilingi dengan bangunan dan kain penutup. Sementara Manat adalah batu putih besar yang berukir dan disembah oleh para penduduk Tha’if. (lihat Syarh Al-Qawa’id Al-Arba’, hal. 48 oleh Muhammad bin Sa’ad Al-Hanin)

Adapun dalil terjadinya pemujaan kepada pohon di dalam As-Sunnah adalah hadis Abu Waqid Al-Laitsi radhiyallahu ’anhu. Abu Waqid Al-Laitsi radhiyallahu ’anhu berkata, “Suatu ketika, kami pergi bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menuju Hunain.


View Source


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *