Sebagian Orang “Merasa” Sudah Banyak beramal dan sudah banyak berbuat baik, merasa Sudah Bertakwa, merasa dirinya Suci sehingga ia pun merasa Allah tidak mungkin Mengadzabnya. Hilang darinya rasa “takut” kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga) !!? Tiada yg merasa ‘Aman’ dari adzab Allah, Kecuali Orang-Orang Yang MERUGI” (QS. Al-A’raf [7]: 99)
Ayat ini Menakut-nakuti supaya seorang hamba itu “Tidak pernah” Merasa AMAN Dengan “Keimanan” yg Dimilikinya. Akan tetapi dia senantiasa takut dan khawatir apabila dirinya “Didera” Ujian yang dapat MELEMAHKAN IMANNYA dan tidak ada kepastian bahwa dia itu akan SELAMAT.
Al-Hasan Al-Bashri رحمه الله berkata :
المؤمن يعمل بالطاعات وهو مُشْفِق وَجِل خائف، والفاجر يعمل بالمعاصي وهو آمن
“Seorang MUKMIN” Melakukan Berbagai amal ketaatan, tetapi ia tetap takut (akan Siksaan Allah). Sedangkan “ahli maksiat” itu melakukan “BERBAGAI” kemaksiatan, tetapi ia selalu merasa aman (dari murka Allah)” (Tafsir Ibnu Katsir QS.Al-A’raf: 99)
Ibnu Mas’ud رضي الله عنه berkata :
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ
“Sesungguhnya seorang “MUKMIN” akan memandang dosa2nya ‘seakan-akan’ dia sedang duduk di bawah gunung, & Takut jika Gunung tersebut jatuh Menimpanya. Dan seorang yang Faajir (orang yg selalu melakukan dosa) memandang dosa2nya seperti seekor LALAT yang sedang lewat pada Hidungnya” (HR. Bukhari no. 6308)
Manshur bin Ammar رحمه الله berkata :
أعقل الناس محسن خائف، و أجهل الناس مسيء آمن
“Orang yang paling Berakal adalah orang yg berbuat baik “namun” ia tetap merasa takut. Sedangkan orang yg paling bodoh adalah orang yang berbuat Dosa, namun ia merasa aman” (Bustaanul Waa’izin 82)
Di antara bentuk merasa aman dari siksa dan hukuman dari Allah Ta’ala adalah :
(1). Seseorang yg hatinya ‘tenang2’ saja tidak Takut kepada adzab dan hukuman Allah. Maka ia pun akan ‘terus menerus’ dalam Kesesatan dan Kemaksiatannya.
(2). Tertipu; MERASA dirinya orang yang ‘akidahnya’ Kuat, ‘ibadahnya’ Benar, serta Lurus Manhajnya, hingga merasa semua ibadahnya diterima, dosa2nya Diampuni, dan akan mati di atas ‘Husnul Khatimah’, sehingga Ketika Bermaksiat pun merasa tidak terlalu Mengganggu Keimanannya.
Abdullah bin ‘Aun رحمه الله berkata :
لا تثق بكثرة العمل، فإنك لا تدري أيقبل منك أم لا، ولا تأمن ذنوبك فإنك لا تدري هل كفرت عنك أم لا؛ لأن عملك مغيَّبٌ عنك كله لا تدري ما الله صانع به
“Janganlah engkau itu Percaya Diri pada ‘Banyaknya Amal’, Karena Sesungguhnya engkau Tdk mengetahui apakah amalmu diterima atau tdk? Dan janganlah engkau merasa aman dari Dosa-Dosamu, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui apakah dosa2mu dihapuskan (diampuni) atau tidak ? Dikarenakan semua amalmu itu tidak diketahui olehmu. Engkau Tidak mengetahui apa yang akan Allah perbuat dengannya” (Rasaa-il Ibnu Rajab IV/440)
(3). Menggampangkan Allah Ta’ala ; dia bermaksiat dengan niatan untuk Taubat sesudahnya. Sehingga “Ringan” berbuat durhaka / menggampangkan taubatnya.
Imam Ibnul Jauzi رحمه الله berkata :
“Ketahuilah, salah satu Bentuk ‘Ujian’ yg paling Besar adalah ‘tertipunya’ seorang hamba dgn “merasa” aman dan selamat dari “Adzab” setelah ia melakukan dosa. Sesungguhnya Balasan itu akan datang kemudian. Dan salah satu balasan yang paling besar adalah “KETIDAKTAHUAN” seseorang terhadap balasan…” (Shaidul Khaathir hal 314)
(4). Istidraj; seseorang yg mendapatkan dunia yg melimpah, padahal bermaksiat kepada Allah & semakin jauh dari ajaran agama. Dia pun “merasa” sebagai orang yang baik, dan berada di atas kebenaran dengan banyaknya dunia yang dia miliki.
Ustadz Najmi Umar Bakkar
Telegram BIS: https://t.me/ilmusyar1
* Grup Whatsapp* :https://bit.ly/grupbis
Silakan disebar Artikel ini dengan tidak menambah atau mengurangi isi tulisan dan yang berkaitan dengannya
┅┅══❃ ✿❃══┅┅ ✿❃══┅┅
Leave a Reply