Istiqomah Adalah Anugerah Ilahiyyah | Almanhaj

Istiqomah Adalah Anugerah Ilahiyyah | Almanhaj


SEPULUH KAIDAH PENTING TENTANG ISTIQOMAH

Kaidah Pertama: Istiqomah adalah anugerah Ilahiyyah dan hadiah Rabbaniyyah

Didalam ayat-ayat yang sangat banyak dari Kitabullah Subhanahu wa Ta’ala, Allah Azza wa jalla sering kali menyandarkan kepada dirinya Hidayah (petunjuk -pent) kepada jalanNya yang lurus. Bahwa setiap perkara semua ada ditanganNya Azza wa Jalla yang mana Allah memberi petunjuk kepada siapa yang di kehendakiNya dan menyesatkan siapa yang di kehendakiNya. Di tangan Allah lah hati-hati setiap hambaNya, siapa yang di kehendaki maka dia ditetapkan berada dijalanNya dan siapa yang di kehendaki maka dia di palingkan dari jalanNya.

Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى: وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُوا مِنْ دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوهُ إِلَّا قَلِيلٌ مِنْهُمْ وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا٦٦ وَإِذًا لَآتَيْنَاهُمْ مِنْ لَدُنَّا أَجْرًا عَظِيمًا٦٧ وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا [النساء: 66-68]

Dan Sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: “Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu”, niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. dan Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka). Dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, Dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus“. [an-Nisaa/4; 66-68].

Maka Hidayah (petunjuk) kepada jalanNya itu ada ditangan Allah Azza wa Jalla, Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى: فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا [النساء: 175]

Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. dan menunjuki mereka kepada jalan yang Lurus (untuk sampai) kepada-Nya“. [an-Nisaa/4: 175].

Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى: وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ [يونس: 25]

Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam) “.[Yunus/10: 25].

Allah Ta’ala juga berfirman:

قال الله تعالى: وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ مَنْ يَشَإِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ [الأنعام: 39]

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya, dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus“. [al-An’am/6: 39].

Allah Azza wa jalla juga berfirman:

قال الله تعالى: ﴿وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ﴾ [النور: 46]

Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus “. [an-Nuur/24: 46].

Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى: ﴿إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ٢٧ لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ٢٨ وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ٢٩﴾ [التكوير: 27-29]

Al Qur’aan itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.. dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam“.[at-Takwir/81: 27-29].

Masih banyak ayat yang semakna dengan ini, maka dari itu bisa diambil kesimpulan bahwa Hidayah itu, semuanya ada di tangan Allah Azza wa jalla yang Allah Ta’ala berikan kepada siapa yang dikehendaki dari hambaNya.

Oleh karena ini saya jadikan hal tersebut sebagai kaidah pertama tentang istiqomah. Dan pondasinya tidak lain adalah menghadap kepada Allah Ta’ala dengan penuh kejujuran untuk bisa meraihnya karena semuanya ada ditanganNya dan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah pemberi petunjuk kepada jalanNya yang lurus.

Bukankah diantara do’a yang paling sering nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ucapkan adalah.

يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

Wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati-ku diatas agama-Mu

Inilah yang dimaksud dengan kokoh diatas istiqomah

قالت أمُّ سَلَمة : فقُلْتُ يَا رَسُولَ الله! أَوَ إِنَّ القُلُوبَ لَتَتَقَلَّبُ؟ قَالَ: نَعَمْ؛ مَا مِنْ خَلْقِ الله مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ بَشَرٍ إِلاَّ أَنَّ قَلْبَهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الله، فَإِنْ شَاءَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ أَقَامَهُ، وَإِنْ شَاءَ أَزَاغَهُ»

Ummu Salamah semoga Allah meridhoinya pernah berkata: “Saya pernah bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, Wahai Rasulallah! Apakah hati itu bisa terbolak balik? Beliau menjawab: “Iya, Tidak ada seorangpun dari anak cucu Adam kecuali hatinya itu berada diantara jari-jemarinya Allah, jika Allah menghendaki maka di tetapkan pada (jalanNya), jika Allah menghendaki maka di palingkan (dari jalanNya )“. HR Ahmad no: 26576. at-Tirmidzi no: 3522 dan Beliau menghasankannya. Lihat ash-Shahihah al-Albani no: 2091.

Istiqomah itu ada di tangan Allah, siapa yang menginginkannya maka mintalah kepadaNya, dan bersungguh-sunguhlah di dalam memintanya. Dan telah tsabit (tetap) di dalam Shahih Muslim dari haditsnya Aisyah semoga Allah meridhoinya, bahwasannya dia pernah di tanya: “Dengan suatu (bacaan) apakah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam itu memulai sholat malamnya? Maka Aisyah menjawab: “Jika Beliau bangun pada malam hari maka beliau memulai bacaan sholat malamnya dengan membaca:

اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِى لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ.

Ya Allah, Tuhan Jibrail, Mikail dan Israfil, pencipta langit dan bumi. Wahai, Tuhan yang mengetahui perkara yang ghaib dan perkara yang nampak. Engkau yang menghukumi di antara hamba-hambamu atas apa yang mereka perselisihkan. Tunjukanlah aku kepada kebenaran apa yang menjadi perselihan dengan seizinMu. Sesungguhnya Engkau Maha yang memberi petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus“.

Dengan do’a inilah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam membacanya pada setiap malam ketika Beliau memulai sholat malamnya:

إنَّك تَهدِي مَنْ تَشَاءُ إِلى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Sesungguhnya Engkau Maha yang memberi petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus“.

Manakala inilah yang di cari yaitu meminta hidayah kepada Allah Azza wa jalla yang merupakan hal yang paling besar dan yang paling mulia untuk selalu dicari maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan kepada para hambaNya agar mereka meminta hidayah serta petunjuk kepada jalanNya yang lurus, yang mana hal tersebut rutin berulang-ulang dalam sehari semalam, semua itu ada di dalam surat al-Fatihah, Allah berfirman:

قال الله تعالى: ﴿اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ٦ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ٧﴾ [الفاتحة: 6-7]

Tunjukilah Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat“. [al-Fatihah/1: 6-7]

Sebagian ulama mengatakan: “Hendaknya orang-orang awam memperhatikan do’a ini, ketika dia mengatakan:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ المسْتَقِيمَ

Tunjukilah Kami jalan yang lurus“.

Maka kamu sekarang sedang menyeru kepada Allah Ta’ala dengan do’a yang Allah wajibkan atasmu sebanyak tujuh kali dalam sehari semalam sebanyak bilangan raka’at dalam sholat wajib”.

Oleh karena itu hendaknya seorang muslim selalu menghadirkan dalam hatinya bahwa kalimat tersebut adalah suatu do’a. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah mengatakan: “Saya telah meneliti do’a apa yang paling bermanfaat, maka saya temukan bahwa do’a tersebut adalah meminta pertolongan diatas ridho Ilahi, kemudian saya melihat bahwa itu semua ada di dalam surat al-Fatihah dalam sebuah ayat yang berbunyi:

قال الله تعالى: ﴿إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ٥﴾ [الفاتحة: 5]

Hanya Engkaulah yang Kami ibadahi, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan“. [al-Fatihah/1:5][1]

Beliau melanjutkan:

 أُمِرَ العبد بدوام دعاء الله سبحانه بالهداية إلى الاستقامة

Seorang hamba diperintahkan untuk selalu membiasakan meminta kepada Allah Azza wa jalla jalan hidayah kepada keistiqomahan“.[2]

Maka pada intinya kamu selalu di tuntut mulai dari dirimu sendiri agar senantiasa terbiasa dengan do’a yang agung ini, berdo’a kepada Allah untuk mendapat hidayah agar selalu ditetapkan di dalam istiqomah. Yang mana itu ada dalam surat al-Fatihah.

Adalah Imam Hasan al-Basri jika membaca firman Allah Ta’ala :

قال الله تعالى: ﴿إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا…﴾ [الأحقاف: 13]

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah..” [al-Ahqaaf/46: 13].

Beliau lalu berdo’a:

اللَّهُمَّ أنتَ ربَّنا فارزُقْنا الاستقامَةَ

Ya Allah Engkaulah Rabb kami, berilah kami rizki untuk selalu di atas keistiqomahan[3]

[Disalin dari عَشْرُ قَوَاعِدَ فِي الاسْتِقَــامَةِ   (edisi Indonesia : Sepuluh Kaidah Penting Tentang Istiqomah). Penulis Prof. DR. Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr  Penerjemah Abu Umamah Arif Hidayatullah, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com]
_______
Footnote
[1] Madariju Saalikin Ibnul Qoyim 1/78
[2] Iqtidho’u Shirothol Mustaqiim 1/83.
[3] Atsar di riwayatkan oleh Imam ath-Thabari dalam tafsirnya 21/465



Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *