Sifat Darah Istihadhah Yang Perlu Diketahui
Sifat Darah Istihadhah Yang Perlu Diketahui
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Sifat Darah Istihadhah Yang Perlu Diketahui, selamat membaca.
Pertanyaan:
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Izin bertanya terkait dengan jarak waktu haidh bagi wanita sebenarnya berjarak berapa hari dari haidh di bulan ini ke bulan selanjutnya, Karena saya beberap kali mengalami haidh 2 kali dalam sebulan dengan jarak lebih dari 15 hari dari satu haidh ke haidh selanjutnya.
Bagaimana menghukum darah yang keluar itu setelah 15 hari suci lalu keluar darah apakah dihukumi sebagai darah Istihadhah?
جزاك اللهُ خيراً
(Ditanyakan Oleh Santri Mahad Bimbingan Islam)
Jawaban:
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in
Kita mempermisalkan, apabila ada seorang wanita memiliki kebiasaan haidh selama 6-7 hari atau 10-12 hari di waktu tertentu pada setiap bulannya, maka darah yang keluar setelahnya dianggap darah Istihadhah (darah sakit), sehingga ia tetap shalat dan puasa. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Ummu Habibah:
امْكُثِى قَدْرَ مَا كَانَتْ تَحْبِسُكِ حَيْضَتُكِ ثُمَّ اغْتَسِلِى وَصَلِّى
“Tahanlah dirimu (dari shalat) selama kadar haidhmu, setelah itu mandilah dan shalatlah.” (HR. Muslim no. 504).
Apabila ia tidak memiliki kebiasaan haidh dengan jumlah hari tertentu dan di waktu tertentu, maka ia harus membedakan dengan jeli darah yang keluar tersebut, apakah darah haidh atau darah Istihadhah?
Darah haidh biasanya memiliki sifat berwarna merah kehitaman, kental, dan bau busuk, maka ia meninggalkan shalat dan puasa.
Sedangkan darah Istihadhah umumnya berwarna merah, encer, dan tidak bau, maka ia tetap shalat dan puasa. Hendaknya ia membersihkan kemaluanya dan menggunakan pembalut kemudian berwudlu’ yaitu berwudhu’ setiap kali akan shalat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepada Fatimah binti Abi Hubaisy:
إِذَا كَانَ دَمُ الْحَيْضِ فَإِنَّهُ دَمٌ أَسْوَدُ يُعْرَفُ فَإِذَا كَانَ ذَلِكَ فَأَمْسِكِى عَنِ الصَّلاَةِ فَإِذَا كَانَ الآخَرُ فَتَوَضَّئِى وَصَلِّى
“Apabila darah haidh, maka darah itu berwarna hitam sebagaimana diketahui (oleh wanita), apabila darah itu ternyata demikian, maka tinggalkan shalat. Apabila darah itu berwarna lain, maka berwudhu’lah dan shalatlah.” (HR. Abu Dawud no. 261).
Sehingga dalam masalah seperti ini kita harus bersikap cerdas sekaligus perlu berhati-hati, jangan melakukan hubungan suami istri sampai flek darah haid benar-benar hilang. Apabila istri memang yakin hari ke-8 tidak ada lagi darah haid, maka hubungan suami istri adalah tidak berdosa.
Tidak masalah juga berapa lama jarak haid yang satu ke haid yang lain, yang penting ciri-ciri dan tanda jenis darahnya (haid atau Istihadhah) telah terbedakan dengan jelas.
Referensi:
Kitab Mulakhas Fiqhi, Syeikh Shalih Al Fauzan, hal. 44.
Baca selengkapnya:
Wallahu Ta’ala A’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fadly Gugul, S.Ag. حافظه الله
Leave a Reply