𝗦𝗕𝗨𝗠
𝗦𝗼𝗯𝗮𝘁 𝗕𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮
𝗨𝘀𝘁𝗮𝗱𝘇 𝗠𝗲𝗻𝗷𝗮𝘄𝗮𝗯
╚══꧁✿✿°°°°✿✿꧂ ══╝
𝗡𝗢 : 1⃣7⃣0⃣7⃣
𝗗𝗶𝗿𝗮𝗻𝗴𝗸𝘂𝗺 𝗼𝗹𝗲𝗵 𝗚𝗿𝘂𝗽 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗦𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵 | 𝗚𝗶𝗦
https://grupislamsunnah.com
𝗞𝘂𝗺𝗽𝘂𝗹𝗮𝗻 𝗦𝗼𝗮𝗹 𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯 𝗦𝗕𝗨𝗠
𝗦𝗶𝗹𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗞𝗹𝗶𝗸 : https://t.me/GiS_soaljawab
═══════゚・:✿:・゚═══════
𝗦𝗜𝗞𝗔𝗣 𝗞𝗜𝗧𝗔 𝗦𝗔𝗔𝗧 𝗜𝗠𝗔𝗠 𝗠𝗘𝗠𝗕𝗔𝗖𝗔 𝗤𝗨𝗡𝗨𝗧 𝗗𝗔𝗡 𝗦𝗜𝗞𝗔𝗣 𝗦𝗔𝗔𝗧 𝗧𝗘𝗧𝗔𝗡𝗚𝗚𝗔 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗔𝗗𝗔𝗞𝗔𝗡 𝗧𝗔𝗛𝗟𝗜𝗟𝗔𝗡
Nama: Ida Rochida
Angkatan: 05
Grup : 23
Nama Admin : Ummu Rizka
Nama Musyrifah : Lia Emylda
Domisili : Bandung
𝗣𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮𝗮𝗻
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Afwan Ustadz, ana ingin bertanya.
1⃣ Hampir setiap hari di saat subuh, saya selalu sholat berjamaah di masjid.
Yang saya tanyakan;
Bagaimana sikap kita saat imam membacakan do’a Qunut ?
Apakah saya mengikuti imam atau diam saja ?
2⃣ Beberapa orang tetangga di lingkungan rumah, melaksanakan tahlil 7 hari, 40 hari, kadang di rumah atau di masjid.
Bagaimana sikap kita Ustadz ?
Mohon penjelasannya Ustadz.
جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم.
𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯𝗮𝗻
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله أما بعد.
Bismillah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa Rosulillah, Amma ba’du;
1.Masalah mengaminkan imam yg qunut terus menerus dalam sholat subuh sudah menjadi silang pendapat dari menek moyang kita terdahulu, para ulama madzhab pun mereka berbeda pendapat seerti Imam Abu Hanifah rohimahullah Beliau membidahkanya ,Adapun Imam Ahmad bin hambal rohimahullah sebagai ahli hadis Beliau juga menganggap hadis qunut subuh dhoif justru malah menguatkan hadis qunut witir.Namun Beliau menyarankan mengaminkan jika ada yg bermakmum kepada imam yg berqunut subuh.
Pendapat yang rajih –Wallahu a’lam– adalah pendapat Hanafiyah, yaitu makmum tidak mengikuti imam, karena qunut subuh terus-menerus tersebut tidak disyari’atkan di dalam shalat, sehingga makmum tidak perlu mengikuti imamnya.
Lantas apa yg kita perbuat saat imam membaca qunut,?
Jika imam membaca qunut lantas kita pun tidak menyimak bacaan qunut tersebut walaupun tidak mengamininya.Kita bisa membaca doa itidal yg panjang untuk memuji Allah Ta’alaa,
Seperti doa yg diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu’anhu, ia berkata:
ان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم إذا رفَع رأسَه مِن الرُّكوعِ قال: *ربَّنا لك الحمدُ، مِلْءَ السَّمواتِ والأرضِ، ومِلْءَ ما شِئتَ مِن شيءٍ بعدُ، أهلَ الثَّناءِ والمجدِ، أحقُّ ما قال العبدُ، وكلُّنا لك عبدٌ، اللهمَّ لا مانعَ لِما أعطَيتَ، ولا مُعطيَ لِما منَعتَ، ولا ينفَعُ ذا الجَدِّ منك الجَدُّ*
“Biasanya Rasulullah shallallahu’ alaihi wasallam jika mengangkat kepalanya dari rukuk beliau mengucapkan: sami’allohu liman hamidah allohumma robbanaa lakal hamdu mil-as samaawaati wa mil-al ardhi wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du, ahlats tsaa-i wal majdi, ahaqqu maa qoolal ‘abdu, wa kulluna laka ‘abdun, Alloohumma laa maani’a limaa a’thoyta, wa laa mu’thiya limaa mana’ta, wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu (Allah mendengar orang yang memujidnya. Ya Allah segala puji bagiMu, pujian sepenuh langit, sepenuh bumi, sepenuh apa yang Engkau inginkan lebih dari itu semua, wahai Dzat yang memiliki semua pujian dan kebaikan. Demikianlah yang paling berhak diucapkan oleh setiap hamba. Dan setiap kami adalah hambaMu. Ya Allah tidak ada yang bisa menghalangi apa yang Engkau berikan. Dan tidak ada yang bisa memberikan apa yang Engkau halangi. Dan segala daya upaya tidak bermanfaat kecuali dengan izinMu, seluruh kekuatan hanya milikMu)” (HR. Muslim no. 477).
Tetapi walaupun demikian, perbedaan pendapat dalam sikap makmum ini tidak boleh menjadikan kaum Muslimin saling membenci dan berpecah belah karenanya.
Leave a Reply