Seuntai Wasiat untuk Penuntut Ilmu (Bag. 4)

Seuntai Wasiat untuk Penuntut Ilmu (Bag. 4)

Wasiat keempat: Berdakwah

Wasiat keempat adalah apabila engkau sudah meminta kepada Allah dengan tulus agar istikamah dalam agama ini, lalu serius mempelajari agama ini, terutama yang berkaitan dengan pokok-pokok agama, kemudian setelah itu semangat dalam beramal, maka hiasi hal-hal tersebut dengan mahkota nasihat keempat. Yaitu, menjadi dai yang mengajak kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mengajak kepada Allah adalah salah satu sebab keistikamahan pengajaknya.

Berbahagialah bagi orang yang senang dan semangat menjadi sebab keselamatan orang lain. Karena balasan amal sesuai dengan jenis amalan. Amalan ini akan menjadi salah satu sebab Allah ‘Azza Wajalla memberikan keselamatan kepadanya. Maka, minta tolonglah kepada Allah Ta’ala dan tunaikan hak Allah yang wajib kau tunaikan. Demi Allah, wahai saudaraku sekalian, hak Allah yang wajib kita tunaikan sangat besar. Salah satunya adalah kita mengajak orang lain kepada-Nya, menjelaskan agama Allah ‘Azza Wajalla kepada manusia. Ini adalah salah satu amalan yang dicintai Allah.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًۭا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَـٰلِحًۭا…

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan …” (QS. Fussilat: 33)

Pertanyaan dalam ayat tersebut adalah pertanyaan retoris yang tak butuh jawaban. Maknanya adalah tidak ada seorang pun yang ucapannya lebih baik dari orang yang mendapat hidayah lalu berusaha agar orang lain mendapat hidayah juga. Yang demikian adalah seorang dai yang mengajak kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Demi Allah, wahai saudaraku sekalian, mengajak orang lain kepada Allah adalah murni pilihan dari Allah. Jangan sangka bahwa itu karena kekuatan, karakter, keuletan, dan kefasihan dirimu. Bukan, melainkan pilihan dari Allah. Allah ‘Azza Wajalla, Dialah yang memilihmu berada di level ini, yaitu menjadi dai yang mengajak kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Menerangi manusia dengan kebenaran dan menunjukkan jalan hidayah. Ini murni taufik (dari Allah), saudaraku sekalian. Jika engkau diberi taufik bisa menjalankan hal itu, maka ucapkan syukur alhamdulillah. Ini adalah jalannya para Nabi ‘alaihimush shalatu wassalam. Ini adalah jalan Nabi Muhammad ﷺ,

قُلْ هَـٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۚ

Katakanlah (Muhammad), ‘Inilah jalanku. Aku mengajak (kamu) kepada Allah.’” (QS. Yusuf: 108)

Oleh karena itu, kalau engkau ingin menjadi pengikut sejati Nabi Muhammad bin Abdullah ﷺ, maka inilah jalannya. Siapa yang siap?

Bersungguh-sungguhlah menjelaskan agama Allah, jelaskan kebenaran, perintahkan kebaikan, dan cegah kemungkaran. Berilah nasihat kepada hamba-hamba Allah ‘Azza Wajalla. Sebab, bentuk ibadah kepada Allah yang terbaik adalah menasihati hamba-hamba Allah. Nabi ﷺ meringkas definisi agama dalam satu kata, beliau bersabda,

الدين النصيحة

Agama adalah nasihat.” [1]

Ini adalah dalil yang menunjukkan pentingnya masalah ini, wahai saudara-saudaraku sekalian. Salah satu sebab istikamah dalam agama ini adalah mengajak kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan serius dalam melakukan hal itu.

Ketahuilah (semoga Allah menjagamu) bahwa apabila engkau diberi kemudahan dalam pintu dakwah, mengajak kepada Allah Jalla Wa‘ala, maka ketahuilah di luar sana banyak tipu daya setan yang akan menghampirimu. Salah satu yang paling dahsyat adalah sangkaan bahwa saat ia sedang mengajak, menasihati, mengarahkan keluarga, tetangga, atau orang lain secara umum, dengan sangkaan “dunia dakwah yang membutuhkannya”. Semua hal perlu kehadirannya. Tidak, wahai hamba Allah. Bukan begitu. Agama Allah ‘Azza Wa Jalla tetap ditolong denganmu atau tanpamu. Agama ini adalah agama Allah.

Kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita

Oleh sebab itu, ajaklah orang lain kepada Allah dan tanamkan dalam hati bahwa engkau butuh berdakwah, bukan dakwah yang membutuhkanmu. Adalah engkau yang butuh karunia Allah. Adalah engkau yang butuh menuntaskan kewajibanmu. Adalah engkau yang perlu menunaikan kewajiban yang telah diwajibkan oleh Allah kepadamu, yaitu mengajak orang lain kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Oleh karena itu, waspadalah dari sangkaan-sangkaan keliru semacam ini. Demikian itu merupakan waham setan yang terlintas di benak seseorang, sehingga ia menduga bahwa orang-orang membutuhkannya dan dunia dakwah membutuhkannya. Bukan demikian, wahai saudaraku. Engkaulah yang membutuhkan dakwah. Jika engkau mengira manusia dan dunia dakwah membutuhkanmu, lebih baik duduk saja di rumah. Agama tidak membutuhkanmu. Duduklah. Akan tetapi, berdakwahlah apabila engkau yakin bahwa kemampuan berdakwah merupakan murni karunia Allah kepadamu dan engkaulah yang butuh untuk mengajak manusia kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ajaklah orang lain dengan kasih sayang

Wahai saudaraku sekalian, salah satu karakteristik ahli sunah adalah penuh kasih sayang. Hati mereka dipenuhi rahmat kepada para hamba Allah Jalla Wa‘ala. Ada sebuah kaidah cemerlang yang dirumuskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah rahimahullah,

أهل السنة أعلم بالحق وأرحم بالخلق

Ahli sunah adalah golongan yang paling mengenal kebenaran dan paling berkasih sayang kepada yang lain.

Hal selaras juga telah dijelaskan Rasul kita ﷺ ketika mengutus sekumpulan orang yang mengajak kepada tauhid. Beliau mengutus Mu’adz dan Abu Musa radhiyallahu ‘anhuma. Mereka adalah dai yang mengajak kepada tauhid di daerah Yaman. Apa yang diperintahkan Nabi ﷺ kepada mereka berdua?

يَسِّروا ولا تُعَسِّروا

Berilah kemudahan, jangan persulit.

Ini adalah bentuk kasih sayang. Ringankanlah dakwah.

بَشِّروا ولا تُنَفِّروا

Berilah kabar gembira, jangan buat mereka lari.[2]

Jangan persulit urusan mereka. Dekatkan manusia kepada kebenaran. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sebagaimana terdapat pada Sahih Bukhari, ketika mendatangi Nabi ﷺ mengadu bahwa kabilah Daus menolak kebenaran, maka bersabdalah Nabi yang sayang terhadap umat ini ﷺ,

اللهم اهدِ دَوْسًا وأتِ بهم

Ya Allah, berilah petunjuk kepada kabilah Daus, dan bawalah mereka (ke Madinah).[3]

Sehingga, ahli sunah adalah golongan yang berkasih sayang kepada setiap orang, baik kawan maupun lawan, bahkan kepada yang belum beriman. Mengapa? Sebab ia tahu bagaimana nasibnya jika seorang yang belum beriman meninggal di atas kekufurannya. Sehingga, ia berbelas kasih kepadanya, mengajaknya, menunjukkannya, dan berusaha menyelamatkannya dari azab Allah ‘Azza Wajalla.

Baca juga: Jangan Menjadi Penuntut Ilmu yang Angkuh dan Sombong

Dakwahi orang terdekat

Ini adalah karakteristik ahli sunah wal jamaah dan hamba-hamba Allah yang ikhlas. Bahwa hati mereka adalah hati yang berkasih sayang. Oleh sebab itulah, mereka bersungguh-sungguh. Dan orang yang paling utama mendapat kasih sayangmu, wahai hamba Allah, adalah orang-orang terdekatmu, keluargamu.

Saudaraku sekalian, sebagian orang semangat berdakwah, tetapi tidak memberikan petunjuk bagi orang-orang di sekitarnya. Pandangannya selalu ke arah orang-orang yang jauh, padahal ada masalah besar yang terjadi di orang-orang terdekatnya, sementara ia tidak tau dan lalai. Orang yang paling berhak mendapat kebaikanmu adalah orang-orang yang paling dekat denganmu, keluargamu. Mereka adalah kedua orang tuamu, anak-anakmu, istrimu, sanak saudaramu, dan tetanggamu.

Nabi ﷺ sebagaimana diriwayatkan di Shahih Muslim mengabarkan bahwa penduduk surga itu ada tiga golongan. Perhatikan ucapan yang penting dari Rasulullah ﷺ ini, beliau bersabda,

وَأَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ

Penduduk surga ada tiga: 1) pemerintah yang adil, suka bersedekah, dan diberi taufik; 2) seseorang yang berkasih sayang dan berhati lembut kepada setiap sanak saudara dan muslim; 3) dan orang yang bersih, menjaga diri dari dosa, serta memiliki keluarga.[4]

Demi Allah, orang akan takjub dengan ucapan yang luar biasa ini. Apakah engkau menginginkan surga? Berikut ini terdapat tiga sifat.

Nabi ﷺ menyebutkan sifat pertama, yaitu:

ذو سُلْطانٍ مُقْسِطٌ مُصَدَّقٌ مُوَفَّقٌ

pemerintah yang adil, suka bersedekah dan diberi taufik.

Kedua, beliau bersabda,

وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ

“seseorang yang berkasih sayang dan berhati lembut kepada setiap sanak saudara dan muslim.”

Kasih sayang dan kelembutan hati tersebut tidak hanya berupa membantu dalam bentuk harta atau makanan, walaupun hal itu adalah hal yang sangat mulia. Akan tetapi, ada bentuk kasih sayang yang lebih besar, yaitu berkasih sayang agar dia tidak tersentuh azab Allah ‘Azza Wajalla. Berusaha menyelamatkannya dari murka Allah Jalla Wa’ala.

Yang terakhir, beliau bersabda,

وَعَفِيْفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُوْ عِيَالٍ

Dan orang yang bersih, menjaga diri dari dosa, serta memiliki keluarga.

Tiga jenis golongan ini disabdakan oleh Nabi ﷺ bahwa mereka penduduk surga.

Kesimpulan

Sehingga, inilah empat hal yang aku wasiatkan padamu (semoga Allah menjagamu):

Pertama: Berdoa kepada Allah dengan tulus agar meneguhkanmu dalam agama ini.

Kedua: Bersungguh-sungguh dalam belajar.

Ketiga: Bersungguh-sungguh dalam beramal.

Keempat: Bersungguh-sungguh dalam berdakwah mengajak kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Bergembiralah dengan hal-hal tersebut. Sebab, Allah Subhanahu Wa Ta’ala Mahamulia. Pembendaharaan-Nya melimpah. Dia yang dapat memberikan orang selain dirimu menjadi berilmu, baik, bertakwa, dan saleh, maka Dia juga mampu memberimu. Maka, berharaplah pada Rabbmu agar memberikan kebaikan dan berprasangkalah pada Rabbmu hal-hal yang baik.

Nabi ﷺ mengabarkan dari Rabbnya Jalla Wa‘ala sebagaimana dalam Shahih Muslim, bahwasanya Allah berfirman,

أنا عند ظنِّ عَبدي بي  فَلْيَظُنَّ بِي مَا شَاءَ

Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Maka, berprasangkalah kepada-Ku sesuai dengan yang diinginkan.[5]

Kita berprasangka kepada Allah akan banyak hal-hal baik. Kita berprasangka kepada-Nya Subhanahu Wa Ta’ala agar meneguhkan kita di atas agama ini hingga kita menjumpai-Nya dan agar kita berpisah dari dunia ini dalam keadaan bertauhid dengan ikhlas dan mengikuti Nabi kita Muhammad ﷺ dengan tulus. Kita berprasangka kepada Allah Jalla Wa‘ala bahwasanya Dia adalah Tuhan yang patut kita bertakwa kepada-Nya dan yang berhak memberi ampun. Dia adalah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Maka, kita berprasangka bahwa Allah Ta’ala akan memberi rahmat-Nya pada kita saat kita menemui-Nya di kampung akhirat kelak.

Semoga Allah Jalla Wa‘ala menyayangi kita dengan rahmat-Nya dan menganugerahkan kita keteguhan dalam agama ini hingga bertemu dengan-Nya. Semoga Allah Ta’ala memenuhi hati kita dengan rasa cinta kepada-Nya, memenuhi lisan kita dengan berzikir kepada-Nya, dan memberikan kita taufik untuk menaati-Nya. Semoga Allah menggunakan kita dalam perkara yang Dia ridai dan menjadikan kita termasuk tentara yang menolong agama-Nya. Sesungguhnya Rabb kita Maha Mendengar doa.

Semoga Allah melimpahkan selawat dan salam serta keberkahan kepada hamba dan utusan-Nya, Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan segenap sahabatnya.

[Selesai]

Kembali ke bagian 3: Seuntai Wasiat untuk Penuntut Ilmu (Bag. 3)

***

Penulis: Faadhil Fikrian Nugroho

Artikel: Muslim.or.id

 

Catatan kaki:

[1] HR. Muslim no. 55.

[2] HR. Bukhari no. 3038 dan Muslim no. 1733.

[3] HR. Bukhari no. 2937.

[4] HR. Muslim no. 2865.

[5] HR. Ahmad no. 16016, Ad-Darimi no. 2731, dan Ibnu Hibban no. 633.

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *