Banyak dari manusia tertipu dan terlena. Mereka mengira bahwa kebahagiaan terletak pada banyaknya harta dan keturunan, atau tercapainya ketenaran dan jabatan. Menganggap jika ia miskin dan tidak memiliki jabatan, ia tidak akan berbahagia. Sungguh, semua persepsi ini salah dan keliru. Karena, Allah Ta’ala sendiri yang mengingatkan kepada kita bahwa semua kebahagiaan yang ada di dunia ini adalah kebahagiaan semu dan menipu. Allah Ta’ala berfirman,
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kamu, serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)
Mirisnya lagi, banyak dari kaum muslimin yang menjadikan popularitas dan kemewahan sebagai tolok ukur kebahagiaannya. Mereka sangat mengimpikan untuk menjadi orang terkenal, influencer, ataupun yang semisalnya. Banyak juga yang memperkaya diri dengan cara-cara yang bertentangan dengan syariat dan ajaran Islam ini. Mereka lupa bahwa kebahagiaan abadi hanya ada di surga. Kebahagiaan abadi tersebut harganya mahal dan tidak dapat diperoleh, kecuali jika menaati Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Surga, tempat kebahagiaan abadi
Muslim yang beriman kepada Allah Ta’ala haruslah yakin dan percaya bahwa kesenangan dan kebahagiaan yang kekal lagi abadi adalah kesenangan di surga. Karena, itulah yang Allah Ta’ala janjikan kepada kaum mukminin yang beriman dan bertakwa kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ أُكُلُهَا دَآئِمٞ وَظِلُّهَاۚ تِلۡكَ عُقۡبَى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْۚ وَّعُقۡبَى ٱلۡكَٰفِرِينَ ٱلنَّارُ
“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa ialah (seperti taman) yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Buahnya tak henti-henti dan (demikian pula) naungannya. Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa. Dan tempat kesudahan bagi orang-orang yang kafir ialah neraka.” (QS. Ar-Ra’d: 35)
Allah Ta’ala juga berfirman,
يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِنْ ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الأنْفُسُ وَتَلَذُّ الأعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas dan gelas-gelas. Dan di dalam surga itu terdapat segala apa (kenikmatan) yang diinginkan oleh hati dan sedap (dipandang) mata, dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az-Zukhruf: 71)
Allah Ta’ala juga memberikan kabar gembira bagi para sahabat yang ikut berhijrah dan berjihad dengan harta dan diri mereka bahwa mereka akan mendapatkan nikmat yang kekal lagi abadi di surga. Allah Ta’ala berfirman,
يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَّهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُّقِيمٌ
“Tuhan mereka memberi kabar gembira kepada mereka dengan memberikan rahmat dari-Nya, keridaan, dan surga. Mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya.” (QS. At-Taubah: 21)
Dari ayat-ayat tersebut, seharusnya seorang muslim menyadari bahwa kesenangan dan kebahagiaan di dunia tidak ada yang abadi. Sehingga, ia tidak terlalu mengejarnya dan berlebih-lebihan di dalam mengusahakannya. Sebaliknya, ia harus semangat dan giat untuk mewujudkan kebahagiaannya yang abadi di akhirat nanti.
Islam adalah jalan menuju kebahagiaan abadi
Bagaimana caranya mendapatkan kesenangan abadi yang Allah janjikan tersebut?
Menjadi seorang muslim yang baik adalah satu-satunya jalan untuk mengejar dan meraih kebahagiaan abadi di dalam surga. Bagaimana caranya? Yaitu, dengan mengikuti ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, serta taat dan tunduk terhadap setiap perintah dan syariat yang beliau sampaikan dari Allah Ta’ala. Suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya oleh sahabat Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu,
يا رسولَ اللهِ، أخبِرْني بعملٍ يُدخِلُني الجنَّةَ، ويباعدني منَ النَّارِ
“Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka!”
Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لقد سألتَ عن عظيمٍ، وإنَّهُ ليسيرٌ علَى من يسَّرَه اللهُ عليه، تعبدُ اللهَ ولا تشرِكُ بِه شيئًا، وتقيمُ الصَّلاةَ، وتؤتي الزَّكاةَ، وتصومُ رمضانَ، وتحجُّ البيتَ، ثمَّ قالَ: ألا أدلُّكَ علَى أبوابِ الخيرِ؟ الصَّومُ جُنَّةٌ، والصَّدَقةُ تطفئُ الخطيئةَ، كَما يطفئُ الماءُ النَّارَ،وصلاةُ الرَّجلِ في جوفِ اللَّيلِ، ثمَّ تلا: تَتَجَافَى جُنُوبُهُم عَنِ الْمَضَاجِعِ) حتَّى بَلغَ: يَعمَلونَ) ثمَّ قال: ألا أُخبِرُك بِرأسِ الأمرِ ، وعمودِه، وذِروَةِ سَنامِه؟ قلت: بلَى، يا رسولَ اللهِ، قال: رأسُ الأمرِ الإسلام، وعمودُه الصَّلاةُ، وذِروةُ سَنامِهِ الجِهادُ، ثمَّ قال: ألا أخبرُك بمِلاكِ ذلِك كلِّه؟ قلتُ: بلَى، يا نبيَّ اللهِ، فأخذَ بلسانِهِ، وقال: كُفَّ عليكَ هذا، فقُلتُ: يا نبيَّ اللهِ، إِنَّا لمؤاخَذونَ بما نتَكلَّمُ بِه؟ قال: ثَكلتكَ أمُّكَ يا معاذُ، وَهل يَكبُّ النَّاسَ في النَّارِ علَى وجوهِهِم، أو علَى مناخرِهم، إلَّا حصائدُ ألسنتِهم
”Sungguh, engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar. Namun, sungguh hal tersebut sangatlah mudah dikerjakan bagi yang dimudahkan Allah. Yaitu, engkau hanya beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, menegakkan salat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, dan menunaikan ibadah haji.” Kemudian, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan, ”Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah tameng. Sedekah itu memadamkan (menghapuskan) kesalahan seperti air memadamkan api. Dan salatnya seseorang pada tengah malam.” Lalu, beliau membaca (ayat) (yang artinya), “’Lambung-lambung mereka jauh dari tempat tidurnya.’ (QS. As Sajdah : 16) sampai pada firman-Nya, ‘Yang telah mereka kerjakan.’”
Kemudian, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bersabda, “Maukah engkau aku beritahu pokok urusan agama ini, tiangnya, dan puncak tertingginya?” Aku mengatakan, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan, “Pokok segala urusan adalah Islam. Tiangnya adalah salat. Dan puncak tertingginya adalah jihad.” Kemudian, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maukah aku beritahu tentang sesuatu yang bisa menguatkan semua itu?” Aku menjawab, “Tentu, wahai Nabi Allah.” Maka, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memegang lisannya (lidahnya) dan bersabda, “Tahanlah (jagalah) ini!” Aku bertanya, ”Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa disebabkan apa yang kita ucapkan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Alangkah sedihnya ibumu kehilanganmu wahai Muadz, bukankah manusia itu dilemparkan ke dalam neraka dengan wajah tersungkur tidak lain disebabkan hasil panen (apa yang mereka peroleh) dari lisan-lisan mereka?” (HR. Tirmidzi no. 2616)
Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga menjanjikan surga bagi umatnya yang taat dan patuh terhadap syariat Islam,
كُلُّ أُمَّتي يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ إِلَّا مَن أَبَى، قالوا: يا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَن يَأْبَى؟ قالَ: مَن أَطَاعَنِي دَخَلَ الجَنَّةَ، وَمَن عَصَانِي فقَدْ أَبَى.
“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk memasukinya.” Ada seseorang yang bertanya, “Siapakah orang yang enggan tersebut wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Barangsiapa menaatiku, akan masuk surga. Barangsiapa tidak taat kepadaku, sungguh dia orang yang enggan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 7280)
Tidaklah seorang muslim mengikuti setiap ajaran yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu menjalankan seluruh perintah yang datang darinya dan meninggalkan seluruh perbuatan yang dilarang olehnya, kecuali ia termasuk umatnya yang dijanjikan surga. Dan tidaklah seseorang membangkang serta tidak menaati syariat yang beliau sampaikan, kecuali ia akan dimasukkan ke dalam neraka yang panasnya abadi. Naudzubillahi min dzalik.
Baca juga: Kebahagiaan di Balik Ahli Quran
Beberapa amalan yang menjadi jalan cepat ke surga
Begitu besarnya keinginan beliau agar seluruh umatnya masuk ke dalam surga, sampai-sampai di beberapa kesempatan, beliau sebutkan tentang beberapa amalan yang akan menjadi jalan cepat bagi seorang muslim untuk menuju surga. Beberapa di antaranya adalah:
Pertama, menuntut ilmu yang berkaitan dengan syariat Islam
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699)
Hadis ini menunjukkan betapa besarnya keutamaan yang didapatkan oleh seseorang yang menuntut ilmu agama. Dan hal ini bukan tanpa alasan. Dengan belajar dan menuntut ilmu, seorang muslim akan lebih mengenal agamanya. Dengan belajar dan menuntut ilmu juga, seorang muslim dapat beribadah sesuai dengan tata cara yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kedua, menjadi mukmin yang bertakwa dan berakhlak mulia
Suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya perihal perbuatan apa yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga dan neraka. Beliau kemudian menjawab bahwa perbuatan yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga adalah,
تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
“Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.”
Adapun perbuatan yang banyak memasukkan seseorang ke dalam neraka adalah,
الْفَمُ وَالْفَرْجُ
“(Perkara yang disebabkan karena) mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi no. 2004, Ibnu Majah no. 4246 dan Ahmad no. 9085)
Ketiga, mengelola emosi dan tidak mudah marah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memberikan nasihat kepada salah satu sahabatnya,
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ.
“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk surga.” (HR. At-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Ausath no. 2374. Disahihkan oleh Syekh Al-Albâni dalam Shahîh Al-Jâmi’ish Shaghîr no. 7374 dan Shahîh At-Targhîb wat-Tarhîb no. 2749.)
Bukan berarti seorang muslim tidak boleh marah dan meluapkan emosinya. Hanya saja, marah yang ada pada dirinya hendaknya diletakkan di tempat yang semestinya. Jangan sampai digunakan untuk memukul istri atau pembantunya, menyerang atau menghardik muslim lainnya tanpa ada alasan. Hendaknya marah dan emosi yang ia rasakan dilampiaskan tatkala agama Allah Ta’ala dihinakan. Ia marah tatkala aturan Allah dilanggar. Muslim yang memiliki sifat seperti inilah yang berhak mendapatkan surga Allah Ta’ala.
Semoga Allah Ta’ala mengumpulkan kita semua di surganya yang penuh akan keutamaan dan kenikmatan, yang kekal abadi lagi tak pernah sirna. Saudaraku, jangan pernah bosan untuk berdoa dan meminta kepada Allah Ta’ala untuk diberikan surga dan dihindarkan dari neraka. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الْجَنَّةَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، قَالَتِ الْجَنَّةُ: اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ اسْتَجَارَ مِنَ النَّارِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، قَالَتِ النَّارُ: اللَّهُمَّ أَجِرْهُ مِنَ النَّارِ
”Siapa saja yang meminta surga sebanyak tiga kali, maka surga akan berkata, ’Ya Allah, masukkanlah dia ke dalam surga.’ Dan siapa saja yang memohon perlindungan dari neraka sebanyak tiga kali, maka neraka akan berkata, ’Ya Allah, lindungilah dia dari neraka.’” (HR. Tirmidzi no. 2572, An-Nasa’i no. 5521, Ibnu Majah no. 4340, dan Ahmad no. 13173)
Wallahu A’lam bisshawab.
Baca juga: Sumber Kebahagiaan Abadi
***
Penulis: Muhammad Idris, Lc.
Artikel: Muslim.or.id
Leave a Reply