Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah memberikan kekhususan kepada kita berupa bulan suci Ramadan sebagai ladang amal dan ketaatan. Bulan di mana pahala amal kebaikan di dalamnya dilipatgandakan dan derajat seorang muslim diangkat. Bulan di mana Allah Ta’ala menjanjikan ampunan dosa bagi siapa saja yang berpuasa karena keyakinan, keimanan, dan pengharapan pahala. Bulan di mana waktu yang ada di dalamnya lebih mulia dari waktu-waktu lainnya.
Bulan Ramadan sarat akan faedah dan pelajaran yang bisa diambil oleh seorang muslim. Di antaranya adalah perannya di dalam meningkatkan kualitas konsistensi kita dalam melakukan kebaikan dan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Membantu kita untuk memperbaiki kualitas keimanan dan keistikamahan kita.
Dengan merutinkan ibadah serta ketaatan selama tiga puluh hari berturut-turut di dalamnya, tentu akan menguatkan jiwa, meneguhkan hati, serta memperkuat anggota tubuh yang kita miliki. Harapannya adalah sifat-sifat utama tersebut tetap ada dan bertahan, meskipun Ramadan telah pergi meninggalkan kita.
Allah Ta’ala berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
Sebagian ulama menjelaskan bahwa lafaz “petunjuk bagi manusia” kembali kepada Ramadan, sehingga Ramadan adalah bulan yang akan memberikan petunjuk dan menguatkan seorang mukmin. Dengan adanya bulan Ramadan, maka akan menambah keimanan pada diri seorang mukmin dan menambah pula amalannya. Dengan adanya bulan Ramadan, bervariasi pula amal ibadah yang dilakukannya, baik itu amalan hati berupa ketakwaan dan kesabaran ataupun amalan tubuh berupa zikir, doa, bacaan Al-Qur’an, serta sedekah yang dilakukannya.
Di dalam ayat tersebut, makna hidayah dan memberikan petunjuk memliki makna ganda. Hidayah berkat kemuliaan Al-Qur’an dan hidayah berkat kemuliaan bulan Ramadan.
Hubungan antara ampunan di bulan Ramadan dan kestikamahan
Di antara tujuan utama seorang muslim ketika datang bulan Ramadan adalah mendapatkan kebebasan dari api neraka. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
إذا كانَت أوَّلُ ليلةٍ من رمَضانَ صُفِّدتِ الشَّياطينُ ومَردةُ الجِنِّ وغلِّقت أبَوابُ النَّارِ فلم يُفتَحْ منها بابٌ وفُتِحت أبوابُ الجنَّةِ فلم يُغلَقْ منها بابٌ ونادى منادٍ يا باغيَ الخيرِ أقبِلْ ويا باغيَ الشَّرِّ أقصِر وللَّهِ عتقاءُ منَ النَّارِ وذلِك في كلِّ ليلةٍ
“Jika tiba malam pertama di bulan Ramadan, maka setan-setan dan pemimpin-pemimpinnya dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan tidak ada yang dibuka, dan pintu-pintu surga dibuka dan tidak ada yang ditutup. Lalu, ada penyeru yang berseru, ‘Hai orang yang mencari kebaikan, teruskanlah. Hai orang yang mencari keburukan, berhentilah.’ Sesungguhnya Allah membebaskan orang-orang dari neraka, dan itu terjadi pada setiap malam.” (HR. Tirmidzi no. 682 dan Ibnu Majah no. 1642)
Keutamaan yang besar ini tidak bisa diraih oleh seorang muslim, kecuali apabila diiringi dengan keistikamahan dalam melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala selepas Ramadan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ؛ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ؛ نُزُلًا مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيمٍ
”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah.’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih! Dan berilah kabar gembira kepada mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Fussilat: 29-31)
Seorang tabiin bernama Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu tentang tafsir firman Allah Ta’ala, (ṡummastaqāmụ) “kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka.” Beliau menafsirkannya dengan, “Istikamah dan teguh pendirian di dalam menjalankan kewajiban kepada Allah Ta’ala.”
Keberkahan dan keutamaan bulan Ramadan tidak diraih, kecuali dengan keistikamahan. Yaitu, apabila seorang muslim menjaga kewajiban salat lima waktunya, sedekahnya, bacaan Al-Qur’annya, serta pengekangan terhadap hawa nafsunya, baik di bulan Ramadan yang mulia ini ataupun di luar Ramadan. Dan ketahuilah, tidaklah keutamaan terbebas dari api neraka ini Allah berikan kepada seseorang hamba yang hanya beribadah kepada Allah Ta’ala di bulan Ramadan saja.
Jangan sampai diri kita hanya menjadi hamba yang taat dan patuh kepada Allah Ta’ala di bulan Ramadan saja. Jadilah seorang hamba yang taat dan patuh kepada Allah Ta’ala di semua waktu yang kita miliki. Baik itu di bulan Ramadan maupun di bulan-bulan selainnya.
Baca juga: Untukmu Wahai Pencari Kebaikan, Inilah Saatnya di Bulan Ramadan
Hakikat istikamah yang sebenarnya
Mengenai makna keistikamahan yang sebenarnya, para ulama sejak zaman dahulu telah membicarakannya. Bahkan, khalifah yang pertama Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu tatkala ditanya mengenai makna istikamaah beliau mengatakan,
ألا تشرك بالله شيئا
“Hendaknya engkau tidak menyekutukan Allah dengan suatu apa pun.”
Imam Ibnu Rajab rahimahullah di dalam kitab Jami’ Al-‘Ulum Wa Al-Hikam mengatakan,
“(Istikamah) yaitu berjalan di atas jalan yang lurus, mencakup di dalamnya melakukan ketaatan, baik itu yang nampak maupun yang tidak, serta mencakup juga meninggalkan larangan-larangan Allah Ta’ala.” (Jami’ Al-‘Ulum Wa Al-Hikam, hal. 193)
Imam Ibnu Hajar rahimahullah di dalam kitab Fathu Al-Bari juga mengatakan mengenai makna istikamah ini,
الاستقامة كناية عن التّمسّك بأمر اللّه تعالى فعلا وتركا
“Istikamah merupakan istilah lain dari berpegang teguh dengan perintah-perintah Allah, baik yang berupa perintah untuk melakukan ketaatan maupun larangan untuk melakukan sebuah perbuatan.” (Fathu Al-Bari, 13:257)
Dari sini, dapat kita ambil pelajaran bahwa keistikamahan yang akan mengantarkan seorang hamba untuk medapatkan kemenangan di bulan Ramadan adalah keistikamahan yang membuat dirinya konsisten di dalam melakukan ketaatan kepada Allah di semua waktunya. Bahkan, ketika Ramadan itu telah pergi meninggalkannya.
Semoga Allah Ta’ala menjadikan salah satu hamba-Nya yang dapat mengambil pelajaran di bulan Ramadan ini, menjadikan bulan Ramadan ini sebagai momentum untuk bertobat dan menata kembali bangunan keistikamahan kita dalam beribadah kepada-Nya. Amin, ya Rabbal ‘alamin.
Baca juga: Ramadan: Bulan Perbaikan Akhlak
***
Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.
Artikel: Muslim.or.id
Leave a Reply