Mengapa Islam Agama yang Benar? (Bag. 2)

Mengapa Islam Agama yang Benar? (Bag. 2)

Alasan ketiga: Akidah yang jelas dan selaras dengan akal dan fitrah

Konsep ketuhanan dalam Islam adalah konsep ketuhanan yang  logis dan sesuai fitrah, berbeda dengan agama-agama lainnya. Meskipun agama Yahudi dan Kristen mengklaim bahwa mereka mempercayai agama monoteisme yang mempercayai keesaan Tuhan, tetapi dalam praktiknya, mereka menyekutukan Allah dalam berbagai bentuk dan memberikan sifat-sifat yang tidak layak kepada Allah Subhānahu Wa Ta’āla.

Sebagai contoh, dalam Taurat yang telah mereka ubah, disebutkan bahwa Allah mencari-cari Adam saat ia bersembunyi setelah makan buah, lalu Allah memanggilnya. Berikut ayatnya:

“Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan istrinya itu terhadap Tuhan Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi, Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya, ‘Di manakah engkau?’” (Kejadian 3, ayat 8-9.)

Pada ayat di atas, Tuhan disifatkan dengan berjalan di dalam taman dan tidak mengetahui posisi hamba-Nya sehingga harus bertanya, ‘Di manakah engkau?’ Subhanallah, Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan.

Sedangkan konsep ketuhanan agama Kristen yang dianut mayoritas umatnya tidak kalah absurd, yaitu konsep ketuhanan trinitas. Trinitas adalah kepercayaan tritunggal yang menyatakan Tuhan adalah tiga person, Tuhan Bapak (Allah), Tuhan Anak (Yesus), dan Roh Kudus. Meskipun terdiri dari tiga person, tetapi mereka adalah satu dalam esensi.

Jika doktrin demikian diklaim sebagai monoteisme atau kepercayaan terhadap satu tuhan (tauhid), maka tidak diragukan lagi itu adalah klaim yang dipaksakan dan tidak masuk akal. Sebab esensi dari tauhid adalah mempercayai bahwa Allah adalah esa, baik dalam Zat-Nya, peribadatan hanya kepada-Nya, serta dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Tidak ada satu pun dari makhluk-Nya yang setara dengan-Nya.

Selain tidak masuk akal, mempercayai trinitas, juga tidak selaras dengan fitrah manusia. Sebab, manusia akan selalu berdoa secara tulus kepada satu tuhan dalam keadaan sempit. Mereka tidak sempat memilih salah satu dari ketiga person trinitas dalam keadaan darurat. Hal ini membuktikan bahwa mempercayai satu tuhan adalah posisi alamiah manusia. Sedangkan percaya kepada tiga tuhan adalah konsep karangan manusia. Allah Ta’āla berfirman,

لَوۡ كَانَ فِیهِمَاۤ ءَالِهَةٌ إِلَّا ٱللَّهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبۡحَـٰنَ ٱللَّهِ رَبِّ ٱلۡعَرۡشِ عَمَّا یَصِفُونَ

Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki `Arasy, dari apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al-Anbiyāʾ: 22)

Selain itu, apabila kita minta umat Kristen menjelaskan konsep trinitas, kita akan mendapati setiap orang akan memberikan jawaban yang berbeda-beda, yang semakin menegaskan konsep ketuhanan mereka tidak tegas dan jelas, sehingga setiap orang dapat dengan mudah memahami. Terkadang mereka pada akhirnya mengatakan, trinitas adalah misteri ilahi. Apakah patut bagi seseorang yang logis menyandarkan kepercayaannya kepada suatu misteri?

Akan tetapi, apabila kita perhatikan sifat-sifat Allah di dalam Al-Qur’an, maka kita akan dapati kesempurnaan dan pengagungan serta kejelasan dan keindahan. Allah Subhānahu Wa Ta’āla berfirman,

ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌۭ وَلَا نَوْمٌۭ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍۢ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Yang Mahahidup. Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka. Dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya, melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.”  (QS. Al-Baqarah: 255)

Baca juga: Sampai Kapan Belajar Akidah?

Sifat akidah Islam: Sesuai akal dan fitrah manusia

Salah satu sifat akidah Islam adalah jelas dan sesuai fitrah manusia. Akidah Islam membuat kita mengagungkan agama ini dan membuat kita merasa tenang. Sehingga seseorang tidak berat dalam menerima konsep akidah Islam dalam ketuhanan Allah Ta’āla.

Bukti terhadap hal itu tidaklah sulit dicari sama sekali, karena Al-Qur’an dari awal sampai akhir berisi pujian, pengagungan, dan penyucian Allah Subhānahu Wa Ta’āla. Sebagai contoh, surah Al-Fatihah, surah yang  dikabarkan Nabi ﷺ bahwa ia adalah surat teragung di dalam Al-Qur’an, dimulai dengan pujian kepada Allah, kemudian pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam, dan Allahlah Pemilik hari kiamat. Demikian pula, āyatul kursi, ayat teragung di dalam Al-Qur’an, sebagaimana disebutkan di atas berisi pengagungan dan penyucian terhadap Allah Subhānahu Wa Ta’āla.

Standar kelayakan disebut Tuhan

Demikian halnya, surah Al-Ikhlās, surat yang setara dengan sepertiga Al-Qur’an, berisi parameter atau alat ukur kelayakan sesuatu dapat disebut sebagai Tuhan. Artinya, apabila kita ingin mengetahui kebenaran suatu agama, maka kita harus melihat konsep ketuhanannya, dan salah satu alat ukur kebenaran konsep Tuhan adalah apa yang terkandung di dalam surah Al-Ikhlas.

قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ  ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ  وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ 

Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas: 1-4)

Dari ayat tersebut, dapat kita simpulkan 4 kriteria sesuatu layak disebut sebagai Tuhan, yaitu:

Pertama: Tunggal, tidak berbilang.

Kedua: Sumber kekuatan segala sesuatu

Ketiga: Tidak memiliki anak

Keempat: Tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya

Jika ada konsep Tuhan yang tidak memenuhi salah satu dari sifat di atas, maka ia tidak layak dianggap sebagai Tuhan dan tidak layak diibadahi. Agama-agama selain Islam tidak ada yang bisa memenuhi keempat kriteria tersebut, sehingga tersisalah Islam sebagai satu-satunya agama dengan konsep ketuhanan yang masuk akal dan sesuai fitrah.

Penutup

Dengan ketiga alasan di atas, yaitu: 1) validitas sumber 2) mukjizat Al-Qur’an 3) kesesuaian konsep ketuhanan dengan akal dan fitrah manusia, membuat Islam ialah satu-satunya agama yang benar dan satu-satunya jalan menuju Tuhan semesta alam, Allah Subhānahu Wa Ta’āla.

Kembali ke bagian 1: Mengapa Islam Agama yang Benar? (Bag. 1)

***

Penulis: Faadhil Fikrian Nugroho

Artikel: Muslim.or.id

 

Sumber:

Disarikan dari kitab Al-Binā’u Al-Aqadi lil-Jīli Aṣ-Sā ‘id, hal. 16-23 dengan beberapa penambahan dan pengurangan.

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *