Mematuhi Orang Tua Kecuali Dalam Kemaksiatan

Mematuhi Orang Tua Kecuali Dalam Kemaksiatan

Mematuhi Orang Tua Kecuali Dalam Kemaksiatan

September 2, 2023
Mematuhi Orang Tua Kecuali Dalam Kemaksiatan

Mematuhi Orang Tua Kecuali Dalam Kemaksiatan

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Mematuhi Orang Tua Kecuali Dalam Kemaksiatan, selamat membaca.


Pertanyaan:

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ustadz, afwan ana izin bertanya, semoga Allah menjaga ustadz, apakah boleh tidak mematuhi orang tua yang memaksa anak nya untuk berbuat sesuatu?

جزاك اللهُ خيراً

Jawaban:

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in

Sesungguhnya birrul walidain adalah amalan terbaik dan wajib bagi seorang anak baik di masa hidup dan sepeninggalnya.

Birrul walidain Allah sandingkan sebagai ibadah yang agung setelah hak Allah untuk ditauhidkan.

{ ۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوۤا۟ إِلَّاۤ إِیَّاهُ وَبِٱلۡوَ ٰ⁠لِدَیۡنِ إِحۡسَـٰنًاۚ }

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak” [Surat Al-Isra’: 23]

Allah juga mewajibkan berbakti dalam firman Nya

{ وَوَصَّیۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ بِوَ ٰ⁠لِدَیۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنࣲ وَفِصَـٰلُهُۥ فِی عَامَیۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِی وَلِوَ ٰ⁠لِدَیۡكَ إِلَیَّ ٱلۡمَصِیرُ }

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Akulah kembalimu” [Surat Luqman: 14]

Dan banyak hadits juga yang menunjukan wajibnya berbakti dan ancaman bagi yang durhaka.

Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitabul Adab dari jalan Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

أَلاَ أُنَبِّئُكُم بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ ثَلاَثًا قُلْنَا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ : أَلأِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ الزُّوُرِ، فَمَازَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا : لَيْتَهُ سَكَتَ

“Maukah aku beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, ‘Baiklah, ya Rasulullah’, bersabda Nabi. “Menyekutukan Allah, dan durhaka kepada kedua orang tua, serta camkanlah, dan saksi palsu dan perkataan bohong”. Maka Nabi selalu megulangi, “Dan persaksian palsu”, sehingga kami berkata, “semoga Nabi diam” [HR : Bukhari]

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌ وَلاَ مُدْمِنُ خَمْرٍ وَلاَ مُكَذِّبٌ باْلقَدَرِ

“Tidak masuk surga anak yang durhaka, peminum khamr (minuman keras) dan yang mendustakan taqdir ( Ahmad)

Diantara bentuk berbakti adalah taat selama bukan kategori perintah untuk bermaksiat, seperti orang tua yang membolehkan anaknya mendengarkan musik, pacaran dan maksiat maka ini tidak boleh ditaati.

Ada satu hadits yang menerangkan

لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk, dalam berbuat maksiat kepad Sang Kholiq (Allah)”
[Hadits Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Abdurrazzaq dan Al Baghawi] dan dihukumi shahih oleh Albani

Maka jika pertanyaan yang dimaksud adalah perintah maksiat maka tidak boleh patuh, ditolak dengan cara baik dan sopan serta penuh adab.

Adapun jika perintah yang sifatnya hal mubah maka baiknya ditaati sebagai bentuk bakti dan membuat mereka bahagia selama masih hidup. Akan tetapi jika tidak memungkinkan maka dibicarakan baik baik dan jangan sampai membuat orang tua sakit hati dan kecewa.

Semoga kita semua dimudahkan untuk menjadi anak yang berbakti dengan jiwa, harta, akhlak dan waktu serta perasaan.

Dijawab dengan ringkas oleh: 
Ustadz Fauzan Azhiimaa, Lc. حافظه الله

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *