5 Solusi Mengatasi Dilema Istri Gaji Lebih Besar Dari Suami

5 Solusi Mengatasi Dilema Istri Gaji Lebih Besar Dari Suami

5 Solusi Mengatasi Dilema Istri Gaji Lebih Besar Dari Suami

4 hours yang lalu
5 Solusi Mengatasi Dilema Istri Gaji Lebih Besar Dari Suami

5 Solusi Mengatasi Dilema Istri Gaji Lebih Besar Dari Suami

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang 5 Solusi Mengatasi Dilema Istri Gaji Lebih Besar Dari Suami, selamat membaca.


Pertanyaan:

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Saya seorang istri yang bekerja (PNS), suami pun bekerja sebagai (PNS), namun Gaji saya jauh lebih besar 2 kali lipat karena perbedaan posisi bekerja,

Jadi untuk biaya pendidikan anak dan keperluan rumah tangga seperti makan minum sehari-hari saya yang tanggung, sedangkan suami menanggung biaya telepon, listrik, air dan cicilan mobil di bank syariah.

Sempat saya usulkan ke suami untuk mencari penghasilan tambahan karena penghasilan ngepas tidak bisa nabung untuk haji/renov rumah,

Sedangkan waktu nya masih ada luang di pagi / siang hari nya (kerja suami di RS shift pagi-sore-malam),

Sedangkan saya fullday dari pagi sampai magrib setiap hari kantoran. namun suami menolak karena alasan butuh istirahat diluar waktu kerja dan untuk berbisnis belum berani sembarangan memulai.

Pernah saya yang akhirnya nyari lagi kerjaan tambahan jualan & jadi manager Online, yang akhirnya semakin menyita waktu saya di rumah, anak-suami-dan urusan rumah terbengkalai,

Meski di awal dapat tambahan jutaan, namun akhirnya bangkrut dan malah rugi puluhan juta. Akhirnya saya bertekad bilang ke suami kalau harusnya dari suami yang cari kerja tambahan. tapi tetap menolak dengan alasan yang sebelumnya.




Random Ad Display

Alhamdulillah sebetulnya suami selalu membantu urusan anak, seperti saat saya lembur / rapat, suami yang jagain anak-anak di rumah, anak-anak juga dekat dengan ayahnya karena banyak bermain,

Sedangkan saya pulang kerja kadang terlalu lelah hingga ketiduran. saya jadi merasa terbalik, menurut Ustadz bagaimana?

Apakah saya harus resign dan full di rumah menjaga anak-anak sedangkan biaya hidup di Jakarta begitu tinggi dan biarkan suami saya yang cari solusinya sendiri.

Ataukah saya tetap bersyukur dengan kondisi sekarang, namun tidak punya tabungan/penghasilan tambahan Mohon pencerahan nya ustadz, terima kasih sebelumnya.

جزاك اللهُ خيراً

(Ditanyakan oleh Sahabat AISHAH (Akademi Shalihah))


Jawaban:

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in

Mencari nafkah untuk keluarga merupakan kewajiban suami sesuai dengan kemampuannya, Allah berfirman :

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا

“Wajib bagi seorang ayah untuk memberikan nafkah dan pakaian kepada istri – istri mereka secara ma’ruf. Seseorang itu tidak dibebani kecuali sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-baqarah : 233).

Sudah sepantasnya seorang suami berusaha dengan kemampuannya untuk mencari pekerjaan untuk menafkahi istri dan anak – ananya. Karena disitulah kemuliannnya, dan terlarang keras baginya untuk bermalas – malasan dan berpangku tangan.

Namun, apabila seorang suami telah berusaha dengan segenap kemampuannya, namun Allah Ta’ala belum melapangkan rezekinya dikarenakan ilmu dan hikmah-Nya,

Maka hendaklah dia dan keluarganya bersabar dan merasa qanaah terhadap pemberian Allah Ta’ala. Dan yakinlah semua yang Allah tetapkan adalah yang terbaik.

Ada beberapa langkah yang bisa anda coba lakukan,

1. Lakukan musyawarah. Musyararah harus dilakukan dalam segala urusan apalagi urusan keluarga.


Allah berfirman (artinya); “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”
(Ali-Imran : 159)

Dengan bermusyarah akan terjadi saling tukar pikiran dan pertukaran sudut pandang, sehingga terjadi pertukaran informasi. Dengan musyawarah,

Anda mengerti pandangan suami,dan suami juga demikian, anda tahu apa yang diinginkan oleh suami dan dan juga sebaliknya.

Beberapa poin penting yang perlu dibahas adalah mengenai keuangan keluarga. Sampaikan secara tertulis kebutuhan apa saja yang perlu dibiayai dan darimana biayanya.

Termasuk yang perlu didiskusikan adalah apakah anda harus bekerja atau di rumah saja mengasuh anak-anak dan berkatifitas dari rumah. Jika anda tidak perlu bekerja, bagaimana dengan keuangan keluarga dan lain-lain.

2. Percayalah kepada suami anda dia bisa mencukupi kebutuhan keluarga jika anda tidak bekerja.

Dengan memberikan kepercayaan kepadanya maka dia akan mencurahkan semua penghasilan kepada keluarga. Mungkin anda tidak yakin jika anda tidak bekerja maka dia akan bisa memenuhi kebutuhan keluarga.

Dia bekerja saja nggak cukup, tidak punya tabungan, apalagi kalau anda tidak bekerja, itu cara berpikir anda, tapi bisa jadi cara berpikir dia akan sebaliknya. Suami yang baik akan bekerja dengan baik untuk menafkahi keluarganya.

3. Jangan biasakan berutang, termasuk dengan berbagai cicilan.

Hiduplah dengan lebih bersahaja, bersabar untuk tidak berutang, selama kebutuhan pokok dan darurat sudah terpenuhi.

Berhemat, jangan belanja yang tidak perlu dan hiduplah dengan penuh qona’ah, juga dengan sikap-sikap semacam ini, lebih bisa untuk menabung.

4. Tidak mengapa seorang istri bekerja jika memang disitu terdapat kemaslahatan dengan syarat – syarat yang telah disebutkan para ulama :

  • Mendapatkan izin dari suaminya, karena suami adalah pemimpin dalam rumah tangganya.
  • Tidak membuatnya lalai dari tugasnya sebagai seorang istri dalam urusan rumah dan anak – anaknya.
  • Tidak bertabarruj (menampakkan perhiasan)/ tidak memakai wewangian ketika keluar dari rumahnya.
  • Pekerjaan yang dibidanginya adalah pekerjaan yang Allah halalkan.
  • Tidak ada ikhtilath / campur baur antara laki – laki dan perempuan.
  • Dan ini sering menjadi penyebab keretakan rumah tangga.

Apabila syarat – syarat tersebut terpenuhi maka tidak mengapa bagi seorang istri untuk bekerja di luar rumahnya.

5. Perbanyak berdoa, bertawakal, dan yakin akan jalan keluar.

Pun kalau istri punya gaji lebih tinggi, maka hati-hati dengan sikap sombong dan angkuh. Ingatlah bahwa suami itu adalah jalan ke surga atau ke neraka bagi seorang istri. Bismillah. Semoga Allah Ta’ala berikan taufiq-Nya.

Baca selengkapnya:
Nasehat Bagi Seorang Istri yang Membantu Mencari Nafkah Bagi Keluarga | BimbinganIslam.com

Wallahu Ta’ala A’lam.

 

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Al-Qur'an Application

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading