Tips Mengendalikan Diri Saat Berbicara
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Tips Mengendalikan Diri Saat Berbicara, selamat membaca.
Pertanyaan:
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ustadz, Bagaimana caranya untuk mengendalikan diri dari berbicara terbuka dan menggebu-gebu terhadap orang-orang yang tidak mempedulikan kita secara emotional?
Saya capek dikecewakan curhatan saya tidak dianggap serius dan orangnya-pun adalah keluarga yang saya sayangi, beliau mendengarkan tetapi,
Jika saya cerita tentang diri saya sendiri beliau nampak dari expresinya tidak tertarik dan bertanya hal lain walaupun tidak keluar dari konteks pembicaraan
جزاك اللهُ خيراً
(Ditanyakan oleh Sahabat AISHAH (Akademi Shalihah))
Jawaban:
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in
Untuk masalah pribadi, maka lebih baik mengadukannya kepada Allah Ta’ala. Bercerita langsung kepada Sang Pencipta.
Ketika ada masalah, musibah dan beban berat, maka orang yang Bertauhid, yang paling pertama ia lakukan adalah segera ingat Allah, berdoa kepada Allah, Istigfar agar dimudahkan dan diberi kesabaran.
Atau jika masih berat ia akan segera melakukan amal kebaikan, Shalat, sedekah berbuat baik dan bermanfaat kepada manusia,
Agar meraih Ridho Allah dan memilih waktu mustajab misalnya sepertiga malam untuk mengadu dan mengeluhkan perkaranya kepada Allah.
Inilah contoh perbuatan orang Shalih sebelum kita, Nabi Ya’qub ‘Alaihis salam berkata,
إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ
“Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS. Yusuf : 86).
Bisa saja setelah itu, kita diberikan kemudahan, kelapangan dan jalan keluar oleh Allah, kita dibuat mengingat kembali agar bersabar dan besarnya pahala bersabar.
Nah, setelah mengadu kepada Allah, barulah ia MUSYAWARAHKAN urusannya/masalahnya dengan manusia.
Dimusyawarahkan, karena ini adalah perintah Allah, Allah berfirman,
وَ شَاوِرْهُمْ في الأَمْرِ
“Maka bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS. Ali Imran: 159)
Tapi tidak semua manusia diajak musyawarah, hanya 1-2 orang atau beberapa orang saja (tidak perlu banyak orang tahu masalahnya) yang kira-kira bisa membantu memberikan solusi dan nasehat atas masalah dan bebannya.
Misalnya ustadz, ortu, sahabat, ahli psikologi dll. Itupun ketika musyawarah, ia tampakkan kepada manusia wajah yang tegar, dia hanya butuh masukan dan solusi bukan belas kasih mereka,
Karena sejatinya hanya Allah Ta’ala yang dia harapkan kasih sayang-Nya.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Leave a Reply