هَلُمَّ يَا صَالِح
“Kemarilah, wahai Shalih!”
هَلُمَّ يَا عَائِشَةُ
“Kemarilah, wahai Aisyah!”
هَلُمَّ يَا مُحَّدَانِ
“Kemarilah, kalian berdua Muhammad!”
هَلُمُّ يَا عَلِيُّوْنَ
“Kemarilah, kalian wahai Ali (banyak)!”
هَلُمُّ يَا هِنْدَاتُ
“Kemarilah, kalian Hindun (banyak)!”
Dengan dialek penduduk Hijaz tersebutlah Al-Qur’an turun. Allah berfirman,
وَالْقَائِلِينَ لِإِخْوَانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنَا
“Orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya, ‘Marilah kepada kami!’”
قُلْ هَلُمَّ شُهَدَآءَكُمُ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Bawalah saksi-saksimu!‘”
Pada kedua potongan firman Allah Ta’ala di atas, yang diajak berbicara adalah orang yang banyak. Akan tetapi, Allah Ta’ala tetap menggunakan lafaz هَلُمّ. Kata هَلُم tersebut menurut dialek Hijaz adalah bentuk isim fi’il amr. Bukan fi’il amr. Meskipun kata tersebut menunjukkan perintah, akan tetapi tidak bisa bersambung dengan يَاءُ mukhathabah.
Menurut sebagian Ulama Nahwu, kata هَاتِ dan تَعَالَ termasuk isim fi’il. Pendapat yang kuat adalah kedua kata tersebut termasuk fi’il amr karena menunjukkan perintah dan bisa bersambung dengan يَاءُ mukhathabah. Contohnya adalah :
يَا فَاطِمَةُ هَاتِي المُصْحَفَ
“Berikan Al-Qur’an itu kepadaku, wahai Fatimah!”
يَا عَائِشَةُ تَعَالَي
“Wahai Aisyah, kemarilah!”
Adapun kata هَاتِي selamanya berharakat kasrah. Kecuali untuk jama’ mudzakkar, maka huruf ت pada kata tersebut berharakat dhammah. Contohnya adalah
يَا خَالِدُ هَاتِي الكِتَابَ
“Wahai Khalid, berikan buku itu!”
يَا حَفْصَةُ هَاتِي الكِتَابَ
“Wahai Hafshah, berikan buku itu!”
يَا مُحَمَّدَانِ َأَوْ يَا هِنْدَانِ هَاتِيَا الكِتَابَ
“Wahai 2 orang yang bernama Muhammad dan 2 orang yang bernama Hindun, berikan buku itu!”
يَا هِنْدَاتِ هَاتِيَيْنَ الكِتَابَ
“Wahai 3 orang yang bernama Hindun, berikan buku itu!”
Semua contoh kalimat di atas, maka huruf ت pada kata هَاتِي semuanya berharakat kasrah. Kecuali ketika berbentuk jama’ mudzakkar salim. Berikut contohnya
يَا مُحَمَّدُوْنَ هَاتُوا كُتُبُكُمْ
“Wahai 3 orang yang bernama Muhammad, berikan buku itu!”
Contoh dari firman Allah Ta’ala adalah
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Datangkanlah saksi-saksi kalian!’” (Q.S. Al-Baqarah:111)
Kata هَاتِي adalah fi’il amr mabni dengan hapus huruf ya, dan ketika dibaca هَاتُوا itu adalah fi’il amr mabni dengan tanda hapus huruf nun. Adapun huruf wawu tersebut adalah fa’il.
Adapun kata تَعَالَ maka huruf terakhirnya berharakat fathah pada semua keadaan tanpa pengecualian. Contohnya adalah
تَعَالَ يَا مُحَمَّدَانِ
“Kemarilah, wahai Muhammad!”
Kata تَعَال tersebut adalah fi’il amr mabni dengan tanda dihapus huruf alif. Contoh lainya adalah
تَعَالَي يَا رَابِعَةُ
“Kemarilah, wahai Rabiah!”
تَعَالَيَا يَا مُحَمَّدَانِ
“Kemarilah, wahai 2 orang yang bernama Muhammad!”
تَعَالَوا يَا مُحَمَّدُونَ
“Kemarilah, wahai 3 orang yang bernama Muhammad!”
تَعَالَيْنَ يَا هِنْدَاتُ
“Kemarilah, wahai 3 orang yang bernama Hindun!”
Semua contoh kalimat di atas, maka huruf lam pada kata تَعَالَ berharakat fathah.
Contoh dari firman Allah adalah
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ
“Kataknalah, ‘Kemarilah kalian, akan Aku bacakan…’” (Q.S Al-An’am:151)
Kata تَعَالَ tersebut fi’il amr mabni dengan tanda dihapusnya huruf nun karena bersambung dengan wawu jama’. Huruf wawu tersebut berkedudukan sebagai fa’il. Contoh lainya dari firman Allah adalah
فَتَعَلَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ
“Maka, kemarilah kalian, supaya akan aku berikan talak.”
Kata تَعَالَ adalah fi’il amr mabni dengan sukun karena bersambung dengan nun inats. Adapun nun inats tersebut berkedudukan sebagai fa’il.
Kembali ke bagian 6: Fi’il Amr
Lanjut ke bagian 8: Bersambung
***
Penulis: Rafi Nugraha
Artikel: Muslim.or.id
Leave a Reply