Berprasangka Baik kepada Allah

Berprasangka Baik kepada Allah

Perintah berprasangka baik kepada Allah

Nabi ﷺ bersabda,

يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

“Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku sesuai persangkaan hamba-Ku.’”  (HR. Bukhari no. 7405 dan Muslim no. 2675)

Imam Ahmad meriwayatkan dari Wasilah bin Asqa’, dia berkata bahwa Rasul ﷺ bersabda,

قال اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي فَلْيَظُنَّ بِي مَا شَاءَ

“Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Maka, berprasangkalah kepada-Ku menurut apa yang dikehendakinya.’” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 16.016 dan Al-Albani menyatakan sahih dalam Shahih Al-Jami’, no. 4316.)

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi ﷺ bersabda,

قال اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، إِنْ ظَنَّ بِي خَيْرًا فَلَهُ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ

“Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Jika ia bersangka baik kepadaku, maka (kebaikan) itu untuknya dan jika ia bersangka buruk, maka itu untuknya.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 9076 dan Al-Albani menyatakan sahih dalam Shahih Al-Jami’, no. 4315.)

Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah ﷺ tiga hari sebelum wafatnya bersabda,

لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ

“Janganlah salah seorang di antara kalian mati, melainkan ia harus berhusnuzan pada Allah.” (HR. Muslim no. 2877)

Termasuk amalan hati yang paling agung dan kewajiban iman yang mulia adalah husnuzan billah (berbaik sangka kepada Allah). Sesunggguhnya berbaik sangka kepada Allah memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama yang mulia ini. Allah tidaklah membuat kecewa hamba yang berbaik sangka kepada-Nya. Karena Allah tidak akan mengecewakan harapan orang yang berharap dan tidak menganggap amalan orang yang beramal. Allah Ta’ala berfirman,

وَٱصۡبِرۡ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

“Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud:115)

Terdapat banyak dalil yang menunjukkan agungnya berbaik sangka kepada Allah dan dampak bagi pelakunya berupa kedudukan yang terpuji dan pengaruh yang besar serta buah manis keberkahan di dunia dan akhirat. Betapa agung kedudukannya, karena ini merupakan ibadah dan ketaatan yang mulia lagi utama. Semakin kuat berbaik sangka kepada Allah, maka akan semakin menghasilkan buah yang manis bagi pelakunya dan memberikan dampak keberkahan serta pujian baik di dunia maupun di  akhirat.

Mengenal nama dan sifat Allah akan membuahkan berprasangka baik kepada Allah

Berbaik sangka kepada Allah merupakan cabang dari mengenal Allah. Sesungguhnya apabila seorang hamba semakin besar pengenalannya kepada Allah terhadap nama dan sifat Allah (bahwasanya rahmat dan ilmu Allah meliputi segala sesuatu, bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, Allah Maha Penerima tobat dan Maha Pemurah, Yang Maha memberikan kebaikan, menerima tobat hambanya, dan mengampuni berbagai dosa, Allah tidak melipatgandakan balasan dosa, bahkan Dia sangat luas ampunan-Nya, dan sifat kemuliaan serta keagungan lainnya), maka akan bertambah pula sifat berbaik sangka kepada Allah. Hal ini karena sumber dari berbaik sangka kepada Allah adalah baiknya pengenalan terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah. Setiap nama Allah dan setiap sifat Allah memiliki nilai peribadatan dan sifat berbaik sangka kepada Allah yang berhubungan dengannya. Ini adalah perkara yang hendaknya diketahui dan dipahami dalam masalah ini.

Jika seorang muslim mengetahui bahwa di antara nama-nama Allah adalah Al-Ghaffar (Yang Maha Pengampun), maka dia akan berbaik sangka dengan beristigfar dan memperbanyak istigfar serta perhatian dan senantiasa konsisten untuk terus meminta ampun kepada Allah terhadap semua dosa, ketergelinciran, dan kesalahannya.

Jika seorang hamba mengetahui bahwa di antara nama Allah adalah At-Tawwab (Yang Maha Menerima tobat) dan Allah menerima tobat dari hamba serta mengampuni kesalahannya, maka dia akan memiliki sifat berbaik sangka kepada Allah dengan bertobat kepada-Nya setiap dia melakukan dosa dan terjerumus dalam kesalahan. Apabila kesalahannya besar, maka Allah Mahaluas ampunan-Nya dan Dia akan menerima tobat bagi orang yang bertobat seberapa pun besar dosa dan kesalahan hamba. Allah Ta’ala berfirman,

قُلۡ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (QS. Az-Zumar: 53)

Jika seorang hamba tertimpa musibah atau sakit, maka dia akan berprasangka baik kepada Allah karena sesungguhnya Allah adalah Asy-Syafi yang tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan yang berasal dari Allah Ta’ala. Sebagaimana hal ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim Khalilurrahman yang disebutkan Allah dalam Al Qur’an,

وَإِذَا مَرِضۡتُ فَهُوَ يَشۡفِينِ

Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.” (QS. Asy-Syu’ara’: 80)

Ini adalah merupakan bentuk berprasangka baik kepada Allah. Apabila seorang hamba mengalami musibah atau sakit, maka dia akan  berprasangka baik kepada Allah bahwasanya Allah akan menyembuhkan dan menghilangkan kesulitannya.

Jika berkurang apa yang dimilikinya atau ditimpa kekurangan dan kefakiran, maka dia berbaik sangka kepada Allah karena sesungguhnya Allah sangat luas karunia-Nya dan banyak pemberian-Nya. Dan sesungguhnya apa yang ada padanya adalah di antara nikmat yang Allah anugerahkan. Maka, dengan demikian, bisa dipahami bahwa berbaik sangka kepada Allah senantiasa melekat pada diri seorang mukmin dalam setiap kondisi dan keadaannya dan dalam seluruh amal dan ibadahnya.

Itu semua dibangun di atas akidah yang kokoh dan iman yang kuat di hati orang beriman dan percaya kepada Allah. Tidaklah seorang hamba berbaik sangka kepada Allah dan menjadi pribadi yang jujur dalam berbaik sangka kepada Allah, kecuali Allah akan membalas persangkaannya, dan semua kebaikan berasal dari Allah. Maka, setiap hamba mengharapkan kebaikan dan menginginkannya untuk dirinya atau untuk orang lain semuanya berasal dari Allah.

Kedudukan mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang mulia merupakan kedudukan yang agung, serta memiliki buah manis dan dampak keberkahan serta pujian bagi hamba yang beriman di kehidupan dunia maupun akhiratnya. Oleh karena itu, di antara perkara besar yang bisa menumbuhkan rasa berbaik sangka kepada Allah adalah memahami permasalahan ini yaitu tentang makrifatullah (mengenal Allah).

Berprasangka baik kepada Allah diwujudkan dengan banyak beramal

Berprasangka baik kepada Allah tidak selayaknya dibarengi dengan sifat meremehkan, menyia-nyiakan, menelantarkan, dan juga mengikuti syahwat, namun hendaknya dibarengi dengan kebagusan amal dan kesempurnaan dalam menghadap kepada Allah. Adapun orang yang jelek perangainya dan pelaku kemaksiatan, maka dosa-dosa dan kesalahan-kesalahannya akan menjauhkan dirinya dari sikap prasangka baik kepada Allah.

Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya seorang mukmin adalah yang paling baik prasangkanya kepada Allah dan paling baik amalnya, Adapun orang fajir adalah yang paling jelek prasangkanya kepada Allah dan paling jelek dalam beramal.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushanaf no. 37925.)

Ibnul Jauzy rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, bahwa benarnya harapan seorang mukmin terhadap karunia dan pemberian Allah akan menyebabkan sikap berprasangka baik kepada Allah. Bukanlah prasangka baik kepada Allah seperti apa yang diyakini oleh orang-orang bodoh berupa harapan kepada Allah, namun disertai dengan berbagai perbuatan maksiat. Permisalan mereka dalam hal ini seperti orang yang berharap hasil panen, namun tidak menanam; atau berharap anak, tetapi tidak menikah. Adapun orang yang bijak, maka dia bertobat kepada Allah dengan harapan diterima, dan melakukan ketaatan dengan harapan mendapat pahala.“ (Kasyful Musykil min Hadis As Shahihain)

Hendaknya setiap hamba menasihati dirinya untuk bersungguh-sungguh dalam memperbagus amal yang merupakan buah dari sikap berprasangka baik kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut: 69)

***

Penulis: dr. Adika Mianoki, Sp.S.

Artikel: Muslim.or.id

 

Referensi:

Kitab Ahadits Ishlahil Quluub Bab 34, karya Syekh ‘Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr.

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *