𝗦𝗕𝗨𝗠
𝗦𝗼𝗯𝗮𝘁 𝗕𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮
𝗨𝘀𝘁𝗮𝗱𝘇 𝗠𝗲𝗻𝗷𝗮𝘄𝗮𝗯
╚══꧁✿✿°°°°✿✿꧂ ══╝
𝗡𝗢 : 1⃣7⃣8⃣4⃣
𝗗𝗶𝗿𝗮𝗻𝗴𝗸𝘂𝗺 𝗼𝗹𝗲𝗵 𝗚𝗿𝘂𝗽 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗦𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵 | 𝗚𝗶𝗦
https://grupislamsunnah.com
𝗞𝘂𝗺𝗽𝘂𝗹𝗮𝗻 𝗦𝗼𝗮𝗹 𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯 𝗦𝗕𝗨𝗠
𝗦𝗶𝗹𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗞𝗹𝗶𝗸 : https://t.me/GiS_soaljawab
═══════゚・:✿:・゚═══════
𝗝𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗠𝗘𝗥𝗔𝗦𝗔 𝗪𝗔𝗦-𝗪𝗔𝗦 𝗗𝗔𝗡 𝗞𝗛𝗔𝗪𝗔𝗧𝗜𝗥 𝗗𝗘𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗠𝗜𝗠𝗣𝗜
Nama: Ummu Ibrahim
Angkatan: T. 06
Grup : 016
Nama Admin : Salma Latif
Nama Musyrifah : Dwi Susmiyanti
Domisili : Madura
𝗣𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮𝗮𝗻
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ustadz izin bertanya.
Ada seorang ikhwan ingin menikah dengan akhwat pilihannya. Yang mana mereka ingin menikah, karena cocok 1 manhaj.
Akhir-akhir ini si ikhwan bermimpi, dalam mimpi tersebut mereka sudah menikah. Selang beberapa waktu mereka cerai, karena si akhwat menelpon laki-laki lain.
Sudah empat kali ikhwan bermimpi seperti itu Ustadz. Namun bukan setiap malam.
Si ikhwan pernah menikah dan mempunyai anak. Qadarullahu bercerai karena istrinya selingkuh, sehingga ikhwan ini trauma dan depresi berat pada saat itu.
Apakah mimpi tersebut menandakan hal buruk akan terjadi lagi, jika mereka menikah atau mimpi ini hanyalah bawaan trauma saja ya Ustadz ?
Karena si akhwat selalu shalat istikharah.
Alhamdulillah hasilnya merasa tenang dengan pilihannya.
Mohon saran dan nasehatnya juga Ustadz.
جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم.
𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯𝗮𝗻
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله أما بعد.
Mimpi bukanlah wahyu dan belum tentu terjadi, sehingga mimpi tidak bisa dijadikan sebagai bagian syariat. Karena mimpi ada tiga jenis, sebagaimana yang diriwayatkan dalam sebuah hadis.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
[ الرؤيا ثلاث حديث النفس وتخويف الشيطان وبشرى من الله ]
“Mimpi itu ada tiga macam: bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah.”
(HR Bukhari).
Dengan demikian, mimpi tidak bisa dijadikan dalil untuk melakukan sebuah amalan atau meninggalkannya.
Kami sarankan kepada suadara, agar tetap berbaik sangka kepada Allah Ta’ala dan jangan merasa was-was dengan mimpi anda. Karena sesungguhnya ketika anda berbaik sangka kepada Allah, maka Allah akan berbaik sangka kepada anda.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).”
[HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]
Dan perlu diketahui dan diyakini, bahwa yang mampu mendatangkan manfaat dan menghilangkan mudhorot adalah Allah Ta’ala.
{ قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلاَ ضَرّاً إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ }
“Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfa’atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”.”
(QS Al-Araf [7]: 188).

