Fikih Salat Ba’diyah Jumat

Fikih Salat Ba’diyah Jumat

Di antara bentuk rahmat Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia mensyariatkan salat sunah sebagai pelengkap dan penyempurna salat wajib. Dengan demikian, mereka akan bertemu Allah pada hari kiamat dengan salat yang sempurna. Para ulama menetapkan suatu kaidah,

ما نَقصَ من الفرائضِ، فإنَّه يُجبَر من النوافلِ ويُكمَّلُ بها يومَ القِيامةِ

Apa yang kurang dari salat wajib, akan disempurnakan dengan salat sunah pada hari kiamat.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنَّ أوَّلَ ما يُحاسَبُ به الناسُ يومَ القيامةِ من الصَّلاةِ، قال: يقول ربُّنا عزَّ وجلَّ لملائكتِه – وهو أعلمُ -: انظروا في صلاةِ عَبدي، أتمَّها أم نَقَصها، فإنْ كانت تامَّةً كُتبتْ له تامَّةً، وإنْ كان انتقص منها شيئًا قال: انظروا، هل لعبدي من تطوُّعٍ، فإنْ كان له تطوُّعٌ، قال: أتمُّوا لعبدي فريضتَه من تطوُّعِه، ثم تُؤخَذُ الأعمالُ على ذاكم

Sesungguhnya amalan pertama yang akan diperhitungkan bagi manusia pada hari kiamat adalah salat. Allah Ta’ala akan berfirman kepada para malaikat-Nya (dan Dia Maha Mengetahui), ‘Lihatlah salat hamba-Ku, apakah ia menyempurnakannya atau menguranginya. Jika sempurna, maka catatlah baginya sempurna. Jika ada yang kurang darinya, maka lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki salat sunah. Jika ia memiliki salat sunah, maka sempurnakanlah salat wajib hamba-Ku dengan salat sunahnya.’ Kemudian amalan-amalan lain akan diperhitungkan setelah itu.” (HR. Abu Dawud no. 864, disahihkan oleh Al-Albani rahimahullah) [1]

Disyariatkannya salat sunah ba’diyah Jumat

Terdapat beberapa hadis yang dengan jelas menunjukkan disyariatkannya salat sunah ba’diyah (setelah) Jumat. Di antaranya:

Pertama: Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

صليتُ مع النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم سجدتينِ قبلَ الظُّهرِ، وسجدتينِ بعد المغربِ، وسجدتينِ بعدَ العِشاءِ، وسجدتينِ بعدَ الجُمُعةِ

Aku salat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dua rakaat sebelum Zuhur, dua rakaat setelah Magrib, dua rakaat setelah Isya, dan dua rakaat setelah salat Jumat.” (Muttafaqun ‘alaihi. Bukhari no. 1172 dan Muslim no. 729) [2]

Kedua: Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إذا صلى أحدكم الجمعة؛ فليصل بعدها أربعاً

Jika salah seorang di antara kalian salat Jumat, maka salatlah setelahnya empat rakaat.

Dalam riwayat lain dari beliau bersabda,

من كان منكم مصلياً ‌بعد ‌الجمعة فليصل أربعاً

Barangsiapa di antara kalian yang akan salat setelah Jumat, maka salatlah empat rakaat.‘ ” (HR. Muslim no. 881) [3]

Jumlah rakaat

Salat sunah setelah Jumat adalah dua rakaat atau empat rakaat, dan yang lebih utama adalah salat empat rakaat.

Setelah menyebutkan dua hadis tentang disyariatkannya salat sunah ba’diyah Jumat, Syekh Muhammad Umar Bazmul hafidzahullah mengatakan,

والحديثان يدلان على مشروعية صلاة ركعتين أو أربع ركعات بعد الجمعة، أي ذلك فعل المسلم؛ جاز، والأفضل صلاة أربع ركعات بعد الجمعة؛ لما في حديث أبي هريرة من التنصيص القولي عليها.

Kedua hadis menunjukkan disyariatkannya salat dua rakaat atau empat rakaat setelah Jumat, yang mana pun jika seorang muslim melakukannya, maka diperbolehkan. Dan yang lebih utama adalah salat empat rakaat setelah Jumat, karena dalam hadis Abu Hurairah terdapat penegasan secara lisan tentang hal itu. [4]

Para ulama Syafi’iyyah mengatakan,

أَقَل السُّنَّةِ رَكْعَتَانِ قَبْلَهَا وَرَكْعَتَانِ بَعْدَهَا، وَالأَْكْمَل أَرْبَعٌ قَبْلَهَا وَأَرْبَعٌ بَعْدَهَا

Paling sedikit salat sunah (yang mengiringi salat Jumat) adalah dua rakaat sebelum dan dua rakaat sesudahnya, dan yang paling sempurna adalah empat rakaat sebelum dan empat rakaat sesudahnya.” [5]

Jika ingin salat sunah empat rakaat (setelah salat Jumat), bagaimana caranya?

Sunahnya adalah salat dua kali salam setelah salat Jumat, ini adalah yang lebih utama. Namun, jika salat dengan satu kali salam, itu sudah cukup.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

صلاة الليل والنهار مثنى مثنى

Salat (sunah) malam dan siang itu dua rakaat dua rakaat.” (HR. Abu Dawud no. 1295, An-Nasa’i no. 1666, Ibnu Majah no. 1322, dan disahihkan oleh Al-Albani) [6]

Syekh Ibnu Baz rahimahullah ketika ditanya, “Apakah diperbolehkan salat sunah langsung setelah salat Jumat?” Beliau menjawab,

السنة بعد الجمعة أن يصلي أربعًا، يقول النبي ﷺ: من كان مصليًا بعد الجمعة فليصل بعدها أربعًا[أخرجه مسلم 881]، وإذا صليتم بعد الجمعة صلوا أربعًا، والسنة أن يصلي تسليمتين بعد الجمعة، هذا هو الأفضل، وإن صلى تسليمة واحدة كفى، والأفضل أربع، وثبت عنه ﷺ أنه كان يصلي في بيته بعد الجمعة ركعتين، ولكن أمره آكد، فقد أمر بأربع، فأمره آكد، فالسنة والأفضل أن يصلي أربعًا سواء في المسجد أو في بيته تسليمتين بعد الجمعة

Sunahnya setelah salat Jumat adalah salat empat rakaat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa yang hendak salat setelah salat Jumat, hendaklah dia salat empat rakaat.’ (HR. Muslim no. 881). Dan jika kalian salat setelah salat Jumat, salatlah empat rakaat. Sunahnya adalah salat dua kali salam setelah salat Jumat, ini adalah yang lebih utama. Namun, jika salat dengan satu kali salam, itu sudah cukup. Dan yang lebih utama adalah empat rakaat. Telah terbukti bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam salat di rumahnya setelah salat Jumat dua rakaat, tetapi perintahnya lebih ditekankan, karena beliau memerintahkan empat rakaat. Perintahnya lebih ditekankan. Maka, sunah dan yang lebih utama adalah salat empat rakaat, baik di masjid atau di rumah, dengan dua kali salam setelah salat Jumat.[7]

Apakah lebih afdal di masjid atau di rumah?

Yang lebih utama adalah salat sunah setelah salat Jumat dilakukan di rumah, baik yang dua rakaat, maupun yang empat rakaat. [8]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أفضل الصلاة صلاة المرء في بيته إلا المكتوبة

Salat yang paling utama adalah salat seseorang di rumahnya, kecuali salat wajib.” (Muttafaqun ‘alaih. Bukhari no. 731 dan Muslim no. 781)

Syekh Al-Albani rahimahullah berkata [9],

فإذا صلى بعد الجمعة ركعتين أو أربعاً في المسجد جاز، أو في البيت؛ فهو أفضل؛ لهذا الحديث الصحيح

Maka, jika salat setelah salat Jumat dua rakaat atau empat rakaat (dikerjakan) di masjid, itu diperbolehkan. Atau (jika dikerjakan) di rumah, itu lebih utama karena hadis sahih ini (yaitu, di atas).[10]

Demikian, semoga selawat dan salam senantiasa tercurah bagi Nabi Muhammad, keluarga, dan pengikut beliau.

***

25 Zulhijah 1445, Rumdin Ponpes Ibnu Abbas Assalafy Sragen.

Penulis: Prasetyo, S.Kom.

Artikel: Muslim.or.id

 

Referensi utama:

Bughyatu Al-Mutathawwi’ fi Shalati At-Tathawwu’, Dr. Muhammad Umar Bazmul, Darul Imam Ahmad – Kairo, cet. ke-1, 2006.

 

Catatan kaki:

[1] Lihat:

[2] Lihat Bughyatu Al-Mutathawwi’, hal. 20.

[3] Lihat Bughyatu Al-Mutathawwi’, hal. 98.

[4] Bughyatu Al-Mutathawwi’, hal. 99.

[5] Mughni Al-Muhtaj, 1: 220, dinukil dari Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, 25: 279.

[6] Lihat Tamamul Minnah oleh Syekh Al-Albani, hal. 239-240.

[7] Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutawa’ah oleh Ibnu Baz, 30: 270. Lihat juga

[8] Lihat Tamamul Minnah, hal. 341-343.

[9] Tamamul Minnah, hal. 341.

[10] Bughyatu Al-Mutathawwi’, hal. 99.

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Al-Qur'an Application

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading