Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sesungguhnya sebab-sebab (yang mendukung terjadinya) penyimpangan dan (banyak) masalah (di kalangan) para pemuda sangat banyak dan bermacam-macam. Karena manusia di masa remaja akan mengalami pertumbuhan pada fisik, pikiran, dan akalnya. Karena masa remaja adalah masa pertumbuhan, sehingga timbullah perubahan yang sangat cepat (pada dirinya). Oleh karena itu, dalam masa ini sangat dibutuhkan tersedianya sarana-sarana untuk membatasi diri, mengekang nafsu, dan pengarahan yang bijaksana untuk menuntun ke jalan yang lurus.” (Min Musykilatisy Syabab, hal. 12)
Kemudian Syekh Al-’Utsaimin rahimahullah menjelaskan sebab-sebab yang harus ditempuh untuk memperbaiki akhlak para pemuda berdasarkan petunjuk agama Islam dalam kitab beliau yang berjudul Kitab “Min Musykilatisy Syabab”. Di antaranya adalah:
Pertama: Memanfaatkan waktu luang secara maksimal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat (dari Allah Ta’ala) yang kurang diperhatikan oleh banyak manusia, (yaitu): kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari no. 6049)
Waktu luang bisa menjadi berkah bagi kita sekaligus bisa menjadi penyakit yang membinasakan diri, pikiran, akal, serta berpotensi merusak fisik manusia. Hal ini karena jika tidak beraktifitas, maka pikiran akan beku, akalnya akan buntu, dan aktifitas dirinya akan lemah. Hatinya akan dikuasai bisikan dan pemikiran buruk yang kerap terjadi, sehingga mampu melahirkan keinginan buruk. Untuk mengatasi hal demikian, hendaknya seorang pemuda berupaya untuk mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang produktif serta bermanfaat yang sesuai dengan dirinya.
Kedua: Memilih lingkungan dan teman bergaul yang baik
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
المرء على دين خليله، فلينظر أحدكم من يخالل
“Seorang manusia akan mengikuti agama teman dekatnya. Maka hendaknya salah seorang darimu melihat siapa yang dijadikan sebagai teman dekatnya.” (HR. Abu Dawud no. 4833, At-Tirmidzi no. 2378, dan Al-Hakim, 4: 189, dinyatakan sahih oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi, serta dihasankan oleh Syekh Al-Albani)
Lingkungan dan siapa yang dijadikan sebagai teman kita dapat berpengaruh pada akal, pikiran, dan tingkah laku bagi seorang pemuda. Dalam hadis lain, beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Perumpamaan teman duduk (bergaul) yang baik dan teman duduk (bergaul) yang buruk (adalah) seperti pembawa (penjual) minyak wangi dan peniup al-kir (tempat menempa besi). Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi dia memberimu minyak wangi, atau kamu membeli (minyak wangi) darinya, atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang harum darinya. Sedangkan peniup al-kir (tempat menempa besi), bisa jadi (apinya) akan membakar pakaianmu atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari no. 5214 dan Muslim no. 2628)
Hadis yang mulia ini menunjukkan keutamaan duduk dan bergaul dengan orang-orang yang baik akhlak dan tingkah lakunya. Karena pengaruh baik yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka. Hadis ini sekaligus menunjukkan larangan bergaul dengan orang-orang yang buruk akhlaknya dan pelaku maksiat karena pengaruh buruk yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka. (Lihat kitab Syarhu Shahih Muslim, 16: 178 dan Faidhul Qadir, 3: 4)
Ketiga: Mendalami ilmu agama
Allah Ta’ala berfirman,
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الأَلْبَابِ
“Katakanlah, ‘Apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَىْ كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu (agama) itu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah, hadis hasan)
Maka, ilmu syar’i wajib dipelajari oleh setiap muslim. Tidak mungkin orang bodoh dapat memahami agamanya dan membela (agamanya) di berbagai forum diskusi. Orang bodoh tidaklah bisa memberikan manfaat bagi masyarakat dan keluarganya. Oleh karena itu, hendaknya para pemuda Islam untuk bersegera (bersemangat) mendatangi majelis-majelis ilmu agama (pengajian), baik di masjid atau di pusat dakwah Islam. Dan juga memanfaatkan waktu mereka untuk menghafal Al-Qur’an dan membaca kitab-kitab (para ulama). Inilah nasihat untuk pemuda yang utama.
Baca juga: Nasihat untuk Penuntut Ilmu Pemula
Keempat: Memilih sumber bacaan yang baik dan bermanfaat
Mengonsumsi sumber-sumber bacaan yang terpercaya akan kebenarannya dan menjauhi sumber-sumber bacaan yang dapat merusak, baik merusak pemikiran, cara pandang, dan akidah. Maka, carilah sumber bacaan yang membuat kita semakin produktif dan bermanfaat. Yang paling penting adalah membaca Al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir yang sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang tersebar di toko-toko buku yang sudah terpercaya, seperti halnya berisi riwayat-riwayat tafsir yang sahih dan penafsiran yang benar.
Kelima: Berusaha menaati perintah dan menjauhi larangan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لا ظِلَّ إِلا ظِلُّهُ : الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ
“Tujuh (golongan) yang Allah naungi di hari yang tidak ada naungan, melainkan naungan dari-Nya, (yaitu) … pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Tuhannya … ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagai seorang pemuda muslim, ia senantiasa berikhtiar dan berusaha taat kepada Allah Ta’ala. Tidaklah mereka mendengar perintah syariat, kecuali mereka akan menjadi yang terdepan dalam melaksanakannya. Tidaklah mereka mendengar suatu larangan, kecuali mereka akan menjadi yang terdepan dalam menjauhinya. Pemuda semacam ini berhak untuk mendapatkan pahala yang banyak pada hari kiamat, di bawah naungan ‘Arasy milik Allah Ta’ala, ketika panas matahari didekatkan di atas kepala manusia.
Keenam: Dakwah bilhikmah dan menjadi teladan yang baik di dalam masyarakat
Dakwah di dalam masyarakat mesti dengan pendekatan yang inklusif dan penuh dengan hikmah, seperti yang sudah diajarkan oleh baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Yakni, di mana kondisi pemuda muslim yang memberikan pengajaran kepada masyarakat dan berdakwah kepada mereka, janganlah perbuatannya bertentangan dengan ucapannya, serta sampaikanlah dengan lemah lembut dan bersabar atasnya. Hendaklah dia berhias dengan akhlak-akhlak mulia yang dia sampaikan dan dakwahkan, melaksanakan ketaatan sebagaimana yang dia anjurkan kepada masyarakat. Dia menjadi teladan bagi masyarakat dalam (memegang) syariat, amanah, istikamah, kejujuran, menjaga kehormatan, dan akhlak-akhlak mulia.
Ketujuh: Berkumpul dengan orang saleh dan dekat dengan para ulama
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu).” (QS. An-Nisa’: 83)
Pemuda muslim hendaknya berjalan di atas jalan sunah yang meniti di setiap jalan hidayah, di atas kebenaran, dan di atas jalan yang hak atas bimbingan para ulama dan asatidzah terpercaya, juga para pakar yang luas ilmunya dan memiliki banyak pengalaman yang bermanfaat baik dalam urusan din serta disiplin ilmu yang sesuai dengan profesinya (tanpa melanggar syariat). Diharapkan juga mereka lebih dapat bermanfaat dan mampu memberikan manfaat, bukan hanya pada dirinya saja, akan tetapi manfaat pada kepada umat dan agamanya serta masyarakat sekitar.
Semoga Allah ‘Azza Wajalla menjaga hidayah dan keistikamahan kita, mengaruniakan keberkahan dan keikhlasan dalam setiap amal yang kita perbuat. Dan jangan lupa untuk senantiasa berdoa dan meminta perlindungan pada Allah agar kita terhindar dari fitnah dan syubhat akhir zaman yang marak hadir di sekitar lingkungan, terutama maksiat yang diumbar dan dosa-dosa yang ditampakkan. Semoga kita dimudahkan dan dimampukan dalam menjaga niat diri ikhlas menjadi insan yang semakin bertakwa dan mengimani setiap syariat dan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Baca juga: Nasihat untuk Para Pencari Kerja
***
Penulis: Kiki Dwi Setiabudi
Artikel: Muslim.or.id
Leave a Reply