- Bermanhaj Salaf Menghambat Kemajuan?
- Relevansi Manhaj Salaf Sebagai Solusi Berbagai Problem Umat Kontemporer
- Menepis Syubhat (Kerancuan) Terhadap Salafiyah
- Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta
- Akidah Salafi, Akhlak Tablighi, Ukhuwah Ikhwani, Ibadah Sufi, Potret Idealkah?
- Ulama-Ulama Pembela Dakwah Salafiyah Dahulu Hingga Sekarang
Manhaj Dakwah
- Manhaj Dakwah Di Jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala
- Kewajiban Mengikuti Cara Beragamanya Sahabat
- Mengikuti Al-Kitab dan As-Sunnah Sesuai Pemahaman Salafus Shalih
- Kewajiban Ittiba’ (Mengikuti) Jejak Salafush Shalih dan Menetapkan Manhajnya
Sangat jelas, segala usaha dan kemajuan yang dicapai negara baru ini (Saudi Arabia) diraih dalam atmosfir pemikiran keagamaan yang dianggap oleh musuh-musuh Islam sebagai pemikiran Islam ortodoks, jumud, kolot, badui, dan julukan julukan negatif yang lain. Orang dengan sedikit akalpun akan mengatakan tidaklah mungkin segala kemajuan ini diraih dari masyarakat yang jumud, kolot, dan badui. Kemajuan ini diraih semata-semata karena barakah Allâh Azza wa Jalla yang turun bagi bangsa yang berkomitmen menjalankan ajaran agamanya selurus-lurusnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. [al-A’raf/7:96]
Menjalankan agama selurus-lurusnya, berarti keharusan mengikuti manhaj Salafush-Shalih, jalan hidup Rasûlullâh, para sahabatnya, para tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Kita bisa bandingkan kemajuan ekonomi, pendidikan, kesempatan kerja, ketentraman hidup yang diraih Saudi Arabia pada tahun delapan puluhan, misalnya, dengan negara-negara Islam yang mengadopsi sistem Barat dalam mengelola negerinya, seperti Mesir, Suriah, Indonesia, Turki dan lain-lain. Fenomena kemiskinan, keterbelakangan pendidikan, sempitnya kesempatan kerja, inflasi yang tak terkendali, bahkan kelaparan melanda sebagian negara Islam. Mereka berkiblat ke Barat dalam usaha memajukan negaranya dengan mengadopsi system yang bertentangan dengan Islam, yaitu sekularisme, kapitalisme, filsafat empirisisme materialisme, bahkan komunisme. “Kemajuan” Barat menyilaukan mata dan hati mereka. Kata “kemajuan” Barat tersebut bukanlah kemajuan hakiki yang dicita-citakan fitrah manusia, tapi kemajuan yang bersifat semu, tanpa moral, kemajuan dengan kolonialisme, penindasan, penjajahan, dan penjarahan kekayaan bangsa lain. Juga “kemajuan” dalam bidang kebebasan seksual, pornografi, narkotika, dekadensi moral, tingginya kriminalitas dan segudang kebobrokan lainnya, yang kemudian segala hal yang disebut kemajuan di ataspun berpindah ke negeri-negeri Islam tersebut. Na’udzubillah.
Leave a Reply