Memahami nama-nama Allah yang indah adalah cabang ilmu yang mulia, bahkan merupakan ilmu terbesar. Ini termasuk hal pertama dan utama dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Siapa saja yang Allah menghendaki untuknya kebaikan, maka Dia akan memahamkannya dalam agama.” (Muttafaqun ‘alaih)
Ilmu ini merupakan pondasi perjalanan menuju Allah, dan jalan yang benar untuk meraih keridaan dan cinta-Nya. [1]
Sebagai bentuk ikut andil dalam kebaikan penyebaran ilmu tersebut, berikut ini kami sampaikan pembahasan tentang salah satu nama dari nama-nama Allah, yaitu “Al-Ghaffar” ( الغفار ). Semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kita semua.
Dalil nama Allah “Al-Ghaffar”
Allah menyebutkan nama-Nya “Al-Ghaffar” dalam lima ayat Al-Qur’an, yang ini menunjukkan dengan jelas bahwasanya nama tersebut merupakan nama-Nya Ta’ala.
Kelima ayat tersebut adalah sebagai berikut:
Surah Thaha ayat 82
وَإِنِّی لَغَفَّارࣱ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَـٰلِحࣰا ثُمَّ ٱهۡتَدَىٰ
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.”
Surah Sad ayat 66
رَبُّ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَیۡنَهُمَا ٱلۡعَزِیزُ ٱلۡغَفَّـٰرُ
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Surah Az-Zumar ayat 5
خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ بِٱلۡحَقِّۖ یُكَوِّرُ ٱلَّیۡلَ عَلَى ٱلنَّهَارِ وَیُكَوِّرُ ٱلنَّهَارَ عَلَى ٱلَّیۡلِۖ وَسَخَّرَ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَۖ كُلࣱّ یَجۡرِی لِأَجَلࣲ مُّسَمًّىۗ أَلَا هُوَ ٱلۡعَزِیزُ ٱلۡغَفَّـٰرُ
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar. Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.”
Surah Ghafir ayat 42
تَدۡعُونَنِی لِأَكۡفُرَ بِٱللَّهِ وَأُشۡرِكَ بِهِۦ مَا لَیۡسَ لِی بِهِۦ عِلۡمࣱ وَأَنَا۠ أَدۡعُوكُمۡ إِلَى ٱلۡعَزِیزِ ٱلۡغَفَّـٰرِ
“Kamu mengajakku untuk kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu yang tidak aku ketahui, sedang aku mengajakmu kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Surah Nuh ayat 10
فَقُلۡتُ ٱسۡتَغۡفِرُوا۟ رَبَّكُمۡ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارࣰا
“Maka, aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun.’”
Kandungan makna nama Allah “Al-Ghaffar”
Untuk mengetahui kandungan makna dari nama Allah tersebut dengan menyeluruh, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu makna kata “Al-Ghaffar” secara bahasa, kemudian dalam konteksnya sebagai nama Allah Ta’ala.
Makna bahasa dari “Al-Ghaffar”
“Al-Ghaffar” ( الغفار ) adalah bentuk mubalaghah (hiperbolis) dari “al-ghafr” ( الغفر ) yang berarti penutupan dan pelindungan.
Az-Zajjaj rahimahullah (w. 311) mengatakan,
أصل الغفر فِي الْكَلَام السّتْر والتغطية
“Asal kata ‘ghafr’ dalam bahasa adalah penutupan dan pelindungan.” [2]
Al-Khattabi (w. 388) rahimahullah mengatakan [3],
أصْلُ الغَفْرِ في اللغَةِ: السِّتْرُ وَالتغْطِيَةُ، وَمنْهُ قِيْلَ لِجُنَّةِ الرأسِ: المِغْفَرُ
“Asal kata ‘الغفر‘ dalam bahasa adalah penutupan dan pelindungan. Dari kata ini, disebutkan bahwa pelindung kepala (helm) disebut ‘المِغْفَر‘.”
Ibn Faris (w. 395) rahimahullah mengatakan,
(غَفَرَ) الْغَيْنُ وَالْفَاءُ وَالرَّاءُ عُظْمُ بَابِهِ السَّتْرُ، ثُمَّ يَشِذُّ عَنْهُ مَا يُذْكَرُ. فَالْغَفْرُ: السَّتْرُ. وَالْغُفْرَانُ وَالْغَفْرُ بِمَعْنًى. يُقَالُ: غَفَرَ اللَّهُ ذَنْبَهُ غَفْرًا وَمَغْفِرَةً وَغُفْرَانًا.
“(غَفَرَ) huruf غ, ف, dan ر adalah inti dari makna penutupan. Kemudian ada beberapa pengecualian yang akan disebutkan. Jadi, ‘الغَفْر‘ berarti penutupan. ‘الغُفْرَان‘ dan ‘الغَفْر‘ memiliki makna yang sama. Dikatakan, ‘Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dengan pengampunan dan maghfirah (ampunan).’ ” [4]
Makna “Al-Ghaffar” dalam konteks nama Allah
‘Al-Ghafr’ sebagai salah satu sifat Allah yang bermakna, Dialah yang menutupi dosa-dosa para hamba-Nya, dan melindungi mereka dengan penutupan-Nya. Az-Zajjaj rahimahullaah mengatakan:
وَمعنى الغفر فِي الله سُبْحَانَهُ هُوَ الَّذِي يستر ذنُوب عباده ويغطيهم بستره
“Dan makna ‘الغفر‘ dalam konteks Allah Subhanahu adalah Dia yang menutupi dosa-dosa para hamba-Nya dan melindungi mereka dengan penutupan-Nya.” [5]
Sedangkan untuk makna ‘Al-Ghaffar’, Al-Khattabi rahimahullah mengatakan,
الغَفارُ: هُوَ الذي يَغْفِرُ ذُنُوْبَ عِبَادهِ مَرة بَعْدَ أخْرَى. كُلَّماْ تَكَررَتِ التوْبَةُ فِيَ الذنْب مِنَ العَبْد تَكَررَتِ المَغْفِرَةُ. كَقوْلهِ -سُبْحَانَهُ-: (وَإِنِّی لَغَفَّارࣱ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَـٰلِحࣰا ثُمَّ ٱهۡتَدَىٰ) [طه/82]
“Al-Ghaffar adalah Dia yang senantiasa mengampuni dosa-dosa hamba-Nya secara berulang kali. Setiap kali hamba tersebut bertobat dari dosa, maka pengampunan pun diberikan secara berulang. Seperti firman-Nya -Subhanahu- (yang artinya): ‘Dan sesungguhnya Aku adalah Maha Pengampun bagi siapa saja yang bertobat, beriman, dan melakukan amal saleh, kemudian mendapatkan petunjuk.’ (QS. Taha: 82).” [6]
Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Si’diy rahimahullah mengatakan,
العفو، الغفور، الغفار: الذي لم يزل، ولا يزال بالعفو معروفا، وبالغفران والصفح عن عباده موصوفا، كل أحد مضطر إلى عفوه ومغفرته، كما هو مضطر إلى رحمته وكرمه، وقد وعد بالمغفرة والعفو لمن أتى بأسبابها، قال تعالى: {وَإِنِّی لَغَفَّارࣱ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَـٰلِحࣰا ثُمَّ ٱهۡتَدَىٰ}
“Al-’Afwu, Al-Ghafur, Al-Ghaffar adalah Zat yang senantiasa dikenal dengan sifat pengampunan-Nya, dan selalu disifati dengan pengampunan dan pemaafan terhadap hamba-hamba-Nya. Setiap orang sangat membutuhkan pengampunan dan ampunan-Nya, seperti halnya mereka membutuhkan rahmat dan kemurahan-Nya. Allah telah menjanjikan pengampunan dan ampunan bagi siapa saja yang memenuhi syarat-syaratnya. Allah berfirman (yang artinya), ‘Dan sesungguhnya Aku adalah Maha Pengampun bagi siapa saja yang bertobat, beriman, dan melakukan amal saleh, kemudian mendapatkan petunjuk.’ (Taha: 82).” [7]
Konsekuensi dari nama Allah “Al-Ghaffar” bagi hamba
Penetapan nama “Al-Ghaffar” bagi Allah Ta’ala memiliki banyak konsekuensi, baik dari sisi sifat dan pengkhabaran terhadap Allah, maupun dari sisi hamba. Berikut ini beberapa konsekunsinya dari sisi hamba [8]:
Seorang hamba hendaknya senantiasa bertobat dan memohon ampun kepada Ta’ala
Allah Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan diri-Nya sebagai Al-Ghaffar dan Al-Ghafur dalam mengampuni dosa-dosa, kesalahan, dan pelanggaran, baik yang kecil maupun besar, bahkan syirik sekalipun jika seseorang bertobat dan memohon ampun kepada-Nya. Allah akan menerima tobatnya dan mengampuni dosanya. Allah berfirman,
قُلۡ یَـٰعِبَادِیَ ٱلَّذِینَ أَسۡرَفُوا۟ عَلَىٰۤ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُوا۟ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ یَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِیعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِیمُ
“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ “ (QS. Az-Zumar: 53)
Betapa pun besar dosa seseorang, pengampunan dan rahmat Allah jauh lebih besar dari dosa yang telah dilakukan. Allah berfirman,
إِنَّ رَبَّكَ وَ ٰسِعُ ٱلۡمَغۡفِرَةِۚ
“Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Mahaluas ampunan-Nya.” (QS. An-Najm: 32)
Tidak boleh berbuat banyak dosa dengan alasan bahwa Allah adalah Al-Ghaffar. Pengampunan hanya diberikan kepada orang-orang yang bertobat dengan sungguh-sungguh.
Allah berfirman,
إِن تَكُونُوا۟ صَـٰلِحِینَ فَإِنَّهُۥ كَانَ لِلۡأَوَّ ٰبِینَ غَفُورࣰا
“Sesungguhnya jika kalian bertobat, maka sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun kepada orang-orang yang bertobat.” (QS. Al-Isra: 25)
Dan Allah berfirman,
إِلَّا مَن ظَلَمَ ثُمَّ بَدَّلَ حُسۡنَۢا بَعۡدَ سُوۤءࣲ فَإِنِّی غَفُورࣱ رَّحِیمࣱ
“Kecuali orang yang zalim, kemudian dia (bertobat dan) mengganti keburukan dengan kebaikan, maka sesungguhnya Aku adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Naml: 11)
Allah mensyaratkan bahwa perubahan harus terjadi dari perbuatan dosa dan kesalahan ke perbuatan baik dan amal saleh agar pengampunan dan rahmat dapat terwujud.
Allah juga berfirman,
إِلَّا ٱلَّذِینَ تَابُوا۟ وَأَصۡلَحُوا۟ وَٱعۡتَصَمُوا۟ بِٱللَّهِ وَأَخۡلَصُوا۟ دِینَهُمۡ لِلَّهِ فَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ مَعَ ٱلۡمُؤۡمِنِینَۖ وَسَوۡفَ یُؤۡتِ ٱللَّهُ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ أَجۡرًا عَظِیمࣰا
“Kecuali orang-orang yang bertobat, memperbaiki diri, berpegang teguh kepada Allah, dan memurnikan agama mereka untuk Allah, mereka itu bersama orang-orang yang beriman. Dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 146)
Oleh karena itu, seseorang harus mengambil langkah-langkah yang dapat menyebabkan pengampunan. Jika seorang mukmin meninggal dunia dalam keadaan masih melakukan dosa besar tanpa bertobat, maka menurut pandangan ahli sunah waljamaah, dia tidak memiliki jaminan pengampunan dan rahmat dari Allah. Namun, jika Allah berkehendak, Dia dapat mengampuni dan memaafkan dengan karunia-Nya, seperti yang dikatakan,
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ
“Dan Dia mengampuni dosa-dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisa: 48, 116)
Namun, jika Allah berkehendak, Dia akan menghukum di neraka dengan keadilan-Nya, lalu mengeluarkan dari neraka dengan rahmat-Nya dan syafaat para pemberi syafaat dari orang-orang yang taat, kemudian memasukkannya ke dalam surga, khusus untuk orang-orang yang mentauhidkan-Nya Ta’ala.
Hubungan antara “Al-Ghafir”, “Al-Ghafur”, dan “Al-Ghaffar”
Sebagai pelengkap dari pembahasan ini, perlu kita ketahui tentang hubungan ketiga nama Allah tersebut. Ketiga nama ini adalah bagian dari asma’ul husna.
Para ulama memiliki berbagai pandangan tentang hubungan di antara ketiganya. Pendapat yang paling benar (seperti yang disebutkan oleh Ibn Al-Arabi dalam ” الأمد “) adalah
أن غافراً فاعل من غَفَر ، وإن قولنا : (غفور) للمبالغة إذا تكرر، وإن (الغفار) أشد مبالغة منه.
Bahwa “Ghafir” adalah bentuk fa’il (pelaku) dari kata “ghafara” (mengampuni), sedangkan “Ghafur” digunakan untuk menunjukkan mubalaghah (hiperbolis) ketika kata tersebut diulang-ulang, dan “Al-Ghaffar” memiliki tingkat mubalaghah yang lebih kuat darinya. [9]
Ringkasan
Ringkasnya, nama Allah “Al-Ghaffar” mengingatkan kita pada besarnya rahmat dan pengampunan-Nya. Allah menutupi dan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang bertobat dan beriman. Namun, penting bagi kita untuk selalu berusaha menjauhi dosa dan bertaubat dengan tulus, agar kita senantiasa mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah Ta’ala. Wallahu a’lam.
Demikian, semoga selawat dan salam senantiasa tercurah bagi Nabi Muhammad, keluarga, dan pengikut beliau.
***
1 Safar 1446, Rumdin Ponpes Ibnu Abbas Assalafy Sragen.
Penulis: Prasetyo Abu Kaab
Artikel: Muslim.or.id
Referensi utama:
An-Nahjul Asma’ fi Syarhil Asma’il Husna, Dr. Muhammad Al-Hamud An-Najdi, Maktabah Imam Dzahabi – Kuwait, cet. ke-8, 2020 M.
Al-Mishbahul Munir fii Gharib As-Syarhil Kabir, Ahmad bin Muhammad Al-Fayyumiy, Darul Faiha – Damaskus, cet. ke-1, 2016 M.
Catatan kaki:
[1] Fiqhul Asmaail Husna, oleh Syekh Abdur Razzaq Al-Badr, hal. 10.
[2] Tafsir Asma’ Allah Al-Husna, oleh Az-Zajjaj, hal. 37; lihat juga Al-Mishbahul Munir, 2:449.
[3] Sya’nud Du’a oleh Al-Khattabi, hal. 52.
[4] Maqayis Al-Lughah, oleh Ibn Faris, 4:385.
[5] Tafsir Asma’ Allah Al-Husna, hal. 38.
[6] Sya’nud Du’a, hal. 52.
[7] Taisir Karimir Rahman, oleh Syekh As-Si’diy, hal. 946.
[8] An-Nahj Al-Asma, hal. 126-127.
[9] Dikutip dari An-Nahju Al-Asma’, 125.
Leave a Reply