Doa untuk Menjaga Tubuh, Pendengaran, dan Penglihatan dari Perbuatan Dosa

Doa untuk Menjaga Tubuh, Pendengaran, dan Penglihatan dari Perbuatan Dosa

Dosa dan kesalahan adalah hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Berbuat dosa menjadi hal yang niscaya bagi setiap insan. Namun, tidak berhenti di situ, meski manusia tak luput dari kesalahan, ia tetap memiliki kewajiban untuk terus memperbaiki diri dengan tobat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.

Setiap anak Adam melakukan kesalahan dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertobat.” [1]

Setiap tindakan yang kita lakukan dapat membawa dampak baik atau buruk, tergantung pada niat dan bagaimana kita melakukannya. Tindakan tersebut didorong oleh keinginan hati dan dorongan nafsu. Tetapi, ia tidak akan menjadi nyata, kecuali dibenarkan oleh sedikitnya 3 (tiga) hal, yaitu: tubuh, pendengaran, dan penglihatan.

Maka, menjaga tubuh, pendengaran, dan penglihatan dari dosa adalah salah satu ikhtiar penting untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan menjaga keimanan kita, juga menjaga agar ketiganya tidak rusak karena menanggung konsekuensi dari dosa-dosa yang kita lakukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengajarkan kita doa yang sangat agung berkaitan dengan ini, yaitu:

اللَّهمَّ عافِني في بَدَني، اللَّهمَّ عافِني في سَمْعي، اللَّهمَّ عافِني في بَصَري، لا إلهَ إلَّا أنتَ

“ALLAHUMMA ‘AFINI FI BADANI, ALLAHUMMA ‘AFINI FI SAM’I, ALLAHUMMA ‘AFINI FI BASHARI, LAILAHA ILLA ANTA.”

(Artinya: Ya Allah, sehatkanlah aku dalam tubuhku. Ya Allah, sehatkanlah aku dalam pendengaranku. Ya Allah, sehatkanlah aku dalam penglihatanku. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau.) [2]

Urgensi menjaga anggota tubuh

Islam mengajarkan bahwa setiap amalan kita akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Oleh karenanya, penting bagi setiap muslim untuk menyadari dan menghindari dosa-dosa yang bersumber dari anggota tubuh yang digerakkan oleh hati.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hati yang bersih akan mempengaruhi tindakan kita untuk selalu berbuat baik dan menjauhi perbuatan dosa. Maka dari itu, membersihkan hati dari niat-niat buruk adalah langkah awal yang sangat penting dalam menjaga tubuh kita dari dosa. Di antara ikhtiar dalam menjaga tubuh tersebut adalah doa dalam kalimat,

اللَّهمَّ عافِني في بَدَني

“ALLAHUMMA ‘AFINI FI BADANI.” (“Ya Allah, sehatkanlah aku dalam tubuhku.”)

Dosa yang bersumber dari pendengaran

Pendengaran adalah salah satu nikmat yang diberikan Allah kepada manusia. Namun, pendengaran juga bisa menjadi sumber dosa jika tidak dijaga dengan baik. Mendengarkan gibah (gosip), fitnah, dan pembicaraan yang tidak bermanfaat adalah contoh dosa yang bersumber dari pendengaran.

Allah Ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Untuk menghindari dosa dari pendengaran, kita mesti selektif dalam mendengarkan. Memilih untuk mendengarkan hal-hal yang bermanfaat, seperti ceramah agama, tilawah Al-Qur’an, dan bacaan hadis, serta nasihat baik akan membantu kita menjaga pendengaran dari hal-hal yang diharamkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengingatkan kita untuk menjaga pendengaran dengan bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Dosa yang bersumber dari penglihatan

Penglihatan adalah pintu masuk utama ke dalam hati dan pikiran kita. Melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah Ta’ala, seperti aurat wanita yang bukan mahram (begitu pula sebaliknya), tontonan yang tidak mendidik, atau hal-hal yang bisa menimbulkan syahwat adalah sumber dosa yang seringkali tidak disadari.

Allah Ta’ala berfirman,

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا۟ مِنْ أَبْصَٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا۟ فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.’ Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nur: 30)

Sungguh, menjaga penglihatan, di zaman yang penuh fitnah ini, menjadi semakin berat dan butuh pertolongan Allah Ta’ala. Media sosial, televisi, dan internet penuh dengan konten yang tidak selalu baik untuk dilihat. Oleh karenanya, telah menjadi kewajiban pula bagi kita untuk selalu berusaha menjaga pandangan kita dan menghindari hal-hal yang bisa merusak hati dan keimanan kita.

Bentuk ikhtiar

Menjaga tubuh, pendengaran, dan penglihatan dari dosa bukanlah hal yang mudah, namun bukan berarti tidak mungkin dilakukan. InsyaAllah, dengan senantiasa memohon pertolongan dan petunjuk dari Allah Ta’ala, kita menjadi hamba-Nya yang istikamah dalam ketakwaan. Berikut adalah beberapa langkah praktis yang bisa kita lakukan:

Memperbanyak ibadah dan zikir

Ibadah dan zikir dapat menenangkan hati dan menjauhkan kita dari godaan untuk melakukan dosa. Dengan mendekatkan diri kepada Allah, kita akan lebih mudah mengendalikan diri dan menjaga anggota tubuh kita dari hal-hal yang diharamkan. Ingat pula bahwa ketika kita menyibukkan diri dengan zikrullah, celah setan untuk menggoda kita akan tertutup dengan izin Allah Ta’ala sehingga segala tindak laku, sikap, perkataan dan perbuatan kita pun senantiasa sejalan dengan ketentuan syariat yang telah Allah Ta’ala tetapkan.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُۥ لَيْسَ لَهُۥ سُلْطَٰنٌ عَلَى ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ  إِنَّمَا سُلْطَٰنُهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُۥ وَٱلَّذِينَ هُم بِهِۦ مُشْرِكُونَ

Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.”​​ (QS. An-Nahl: 99-100)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ ، إِذَا هُوَ نَامَ ، ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ عَلَى كُلِّ عُقْدَةٍ : عَلَيْكَ لَيْلٌ طَويلٌ فَارْقُدْ، فَإِنِ اسْتَيقَظَ ، فَذَكَرَ اللهَ تَعَالَى اِنْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ ، اِنْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى ، اِنْحَلَّتْ عُقَدُهُ كُلُّهَا ، فَأصْبَحَ نَشِيْطاً طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاََّ أَصْبَحَ خَبِيْثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ

Setan membuat ikatan pada ujung kepala salah seorang di antara kalian ketika ia tidur sebanyak tiga ikatan, yang ia pukul setiap ikatan dengan mengatakan, ‘Bagimu malam yang panjang, maka tidurlah.’ Jika orang tersebut bangun, lalu berzikir kepada Allah, terlepaslah satu ikatan. Lalu, jika ia berwudu, terlepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia salat, terlepaslah seluruh ikatannya. Maka, ia memasuki waktu pagi dengan semangat dan jiwa yang baik. Dan jika tidak demikian, maka ia memasuki waktu pagi dengan jiwa yang jelek dan malas.” (Muttafaqun ‘alaihi)​​

Menghindari lingkungan yang buruk

Lingkungan sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Bergaullah dengan orang-orang yang saleh dan hindari lingkungan yang bisa mendorong kita untuk melakukan dosa karena lingkungan dapat menentukan baik buruknya agama kita.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

Seseorang itu berada atas agama sahabat dekatnya, maka hendaklah kalian memperhatikan dengan siapa kalian berteman.” [3]

Sahabat dekat atau lingkungan kita memiliki pengaruh besar terhadap cara kita menjalani kehidupan beragama. Maka, bergaullah dengan orang-orang yang saleh dan hindari lingkungan yang bisa mendorong kita untuk melakukan dosa.

Mengisi waktu dengan kegiatan positif

Waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik bisa menjadi celah bagi setan untuk menggoda kita. Oleh karena itu, isi waktu luang dengan kegiatan positif seperti membaca Al-Qur’an, belajar ilmu agama, atau melakukan kegiatan sosial yang bermanfaat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فيهما كثيرٌ من الناس: الصحةُ، والفراغُ

Dua nikmat yang sering dilalaikan oleh banyak manusia adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Oleh karena itu, isi waktu luang dengan kegiatan positif seperti membaca Al-Qur’an, belajar ilmu agama, atau melakukan kegiatan sosial yang bermanfaat.

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terpedaya).” [4]

Menjaga niat dan hati

Segala perbuatan baik akan bermula dari niat yang baik. Bersihkan hati dari niat buruk dan selalu ingat bahwa Allah Maha Melihat apa yang kita lakukan. Segala perbuatan baik akan bermula dari niat yang baik. Niat merupakan dasar dari semua amal perbuatan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang (ingin) dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu)

InsyaAllah, dengan niat yang benar, bahkan amal yang kecil bisa menjadi besar di sisi Allah. Sebaliknya, amal yang besar bisa menjadi sia-sia jika niatnya tidak ikhlas. Ibnu Hazm rahimahullah mengatakan bahwa niat adalah rahasia suatu ibadah dan rohnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu memperbaiki niat sebelum melakukan setiap perbuatan baik agar mendapatkan rida Allah Ta’ala.

Saudaraku, menjaga tubuh, pendengaran, dan penglihatan dari dosa adalah bagian penting dari ikhtiar kita untuk menjaga keimanan kita. Mudah-mudahan, dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh dan mengikuti sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, insyaAllah kita dapat menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan dan meraih rida Allah Ta’ala. Semoga Allah selalu memberikan kekuatan kepada kita untuk menjaga tubuh, pendengaran, dan penglihatan dari dosa, serta membimbing kita di jalan yang benar. Amin.

Wallahu a’lam.

***

Penulis: Fauzan Hidayat

Artikel: Muslim.or.id

 

Catatan kaki:

[1] HR. At-Tirmidzi no. 2499; Ibnu Majah no. 4251; Ahmad, 3: 198; Al-Hakim, 4: 244 dari Anas, dan dihasankan oleh Al-Albani dalam kitab Shahih Al-Jami’ish Shaghir no. 4391.

[2] Abdurrahman bin Abu Bakrah berkata, “Wahai ayahku, sesungguhnya aku mendengar engkau berdoa setiap pagi, ‘Ya Allah, sehatkanlah aku dalam tubuhku. Ya Allah, sehatkanlah aku dalam pendengaranku. Ya Allah, sehatkanlah aku dalam penglihatanku. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau.’ Engkau mengulangi doa ini tiga kali saat pagi dan tiga kali saat petang.”

Lalu, ayahnya menjawab, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah ﷺ berdoa dengan doa-doa tersebut, maka aku senang mengikuti sunahnya.” Abbas berkata mengenai hal ini, “Dan engkau juga berdoa, ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur. Tidak ada tuhan selain Engkau.’ Engkau mengulangi doa ini tiga kali saat pagi dan tiga kali saat petang, maka aku senang mengikuti sunahnya.” (HR. Abu Bakrah Nafi’ bin Al-Harith. Lihat Shahih Abi Dawud no. 5090, sanadnya dinilai hasan oleh Al-Albani) Selengkapnya dapat diakses di:

[3] HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syekh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 927.

[4] Lihat Fathul Bari, Ibnu Hajar, 18: 219, Mawqi’ Al-Islam.

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Al-Qur'an Application

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading