Menempuh Perjalanan Satu Bulan untuk Satu Hadis

Menempuh Perjalanan Satu Bulan untuk Satu Hadis

Para sahabat radhiyallahu ‘anhum merupakan teladan yang paling tepat untuk kita jadikan contoh di dalam bersemangat menuntut ilmu. Bagaimana tidak, walaupun mereka disibukkan dengan urusan perdagangan, peperangan, keluarga, atau urusan dunia lainnya, tidak menghalangi mereka untuk tetap menuntut ilmu dan memahami agama Islam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan yang menakjubkan adalah seluruh sahabat seperti ini, tidak memandang itu dari kalangan sahabat ataupun shahabiyyah, mereka semua bersemangat mendalami ilmu agama.

Salah satu di antara para sahabat yang bersemangat dalam menuntut ilmu adalah Jabir bin Abdillah. Kesibukannya tentang urusan dunianya tidak menghalanginya untuk menuntut ilmu dan bahkan menjadi salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis. Jabir merupakan sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis dan menempati posisi ke enam dari tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis, yaitu berjumlah 1540 hadis.

Jabir bin Abdilah belajar langsung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak hanya kepada Rasulullah, Jabir juga meriwayatkan hadis dari para sahabat yang lainnya seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, Muadz bin Jabal, Abu Sa’id Al-Khudriy, Abu Ubaidah bin Al-Jarah, dan kepada para sahabat yang lain radhiyallahu ‘anhum ajma’in.

Jabir bin Abdillah menjadi salah satu sahabat yang memiliki pemahaman agama yang mendalam. Jabir memiliki halaqah-halaqah ilmu, di mana Jabir sendiri yang mengajar. Dari beliau, lahirlah murid-murid dari kalangan tabi’in yang begitu banyak. Di antara yang terkenal adalah Sa’id bin Musayyib, Mujahid, Atha bin Abi Rabah, dan masih banyak yang lainnya. [1]

Salah satu kisah Jabir bin Abdillah di dalam menuntut ilmu adalah kisah Jabir radhiyallahu ‘anhu melakukan perjalanan untuk mendengarkan satu hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Perjalanan panjang yang sangat menakjubkan. Satu bulan perjalanan ditempuh hanya untuk sebuah hadis. Hal ini demi mendengarkan hadis tersebut secara lengkap melalui sumber yang langsung mendengar dari lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jabir mengencangkan ikat pinggang, menembus panasnya gurun, kemudian meninggalkan kota Madinah menuju negeri Syam. Ia menjumpai Abdullah bin Unais radhiyallahu ‘anhu, sang pemilik hadis.

Kisah perjalanan Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu dari Madinah menuju Abdullah bin Unais radhiyallahu ‘anhu di negeri Syam, diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dalam Al-Musnad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak. Dari Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqil, dia mendengar Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata,

بَلَغَنِي حَدِيثٌ عَنْ رَجُلٍ سَمِعَهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ فَاشْتَرَيْتُ بَعِيرًا ثُمَّ شَدَدْتُ عليه رَحْلِي فَسِرْتُ إِلَيْهِ شَهْرًا حَتَّى قَدِمْتُ عَلَيْهِ الشَّامَ، فَإِذَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أُنَيْسٍ فَقُلْتُ لِلْبَوَّابِ: قُلْ لَهُ جَابِرٌ عَلَى الْبَابِ. فَقَالَ: ابْنُ عَبْدِ اللهِ؟ قُلْتُ: نَعَمْ. فَخَرَجَ يَطَأُ ثَوْبَهُ فَاعْتَنَقَنِي وَاعْتَنَقْتُهُ فَقُلْتُ: حَدِيثًا بَلَغَنِي عَنْكَ أَنَّكَ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ فِي الْقِصَاصِ فَخَشِيتُ أَنْ تَمُوتَ أَوْ أَمُوتَ قَبْلَ أَنْ أَسْمَعَهُ. قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ يَقُولُ: يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَوْقَالَ الْعِبَادُ عُرَاةً غُرْلًا بُهْمًا. قَالَ: قُلْنَا: وَمَا بُهْمًا؟ قَالَ: لَيْسَ مَعَهُمْ شَيْءٌ، ثُمَّ يُنَادِيهِمْ بِصَوْتٍ يَسْمَعُهُ مِنْ قُرْبٍ: أَنَا الْمَلِكُ أَنَا الدَّيَّانُ وَلَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ أَنْ يَدْخُلَ النَّارَ وَلَهُ عِنْدَ أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَقٌّ حَتَّى أَقُصَّهُ مِنْهُ، وَلَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ وَلِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ عِنْدَهُ حَقٌّ حَتَّى أَقُصَّهُ مِنْهُ حَتَّى اللَّطْمَةُ. قَالَ: قُلْنَا: كَيْفَ وَإِنَّا إِنَّمَا نَأْتِي اللهَ عَزَّ وَجَلَّ عُرَاةً غُرْلًا بُهْمًا؟ قَالَ: بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ

Telah sampai kepadaku sebuah hadis dari seseorang yang langsung mendengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (sedangkan aku tidak mendengar dari Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, –pen).” Jabir berkata, “Aku pun bersegera membeli seekor unta. Aku persiapkan bekal perjalananku dan aku tempuh perjalanan satu bulan untuk menemuinya, hingga sampailah aku ke Syam. Ternyata orang tersebut adalah Abdullah bin Unais.” Aku berkata kepada penjaga pintu rumahnya, “Sampaikan kepada tuanmu bahwa Jabir sedang menunggu di pintu.”

Penjaga itu masuk dan menyampaikan pesan itu kepada Abdullah bin Unais. Abdullah bertanya, “Jabir bin Abdillah?” Aku menjawab, “Ya, benar!” (Begitu tahu kedatanganku), Abdullah bin Unais bergegas keluar, lalu dia merangkulku dan aku pun merangkulnya.” Aku berkata kepadanya, “Telah sampai kepadaku sebuah hadis, dikabarkan bahwa engkau mendengarnya langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang qishash (pembalasan atas kezaliman di hari kiamat, –pen.). Saya khawatir engkau meninggal terlebih dahulu atau aku yang lebih dahulu meninggal sementara aku belum sempat mendengarnya.”

Abdullah bin Unais berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Seluruh manusia atau hamba nanti akan dikumpulkan di hari kiamat dalam keadaan telanjang, tidak berkhitan, dan buhma.’ Kami bertanya, ‘Apa itu buhma?’ Beliau menjawab, ‘Tidak membawa apa pun.’

Kemudian Allah ‘Azza Wajalla menyeru mereka dengan suara yang semua mendengar, ‘Aku adalah Al-Malik (Maharaja)! Aku adalah Ad-Dayyan (Yang Maha Membalas amalan hamba)! Tidaklah pantas bagi siapa pun dari kalangan penghuni neraka untuk masuk ke dalam neraka, sementara masih ada hak penghuni surga pada dirinya hingga Aku mengqishashnya (yakni, diselesaikan hak penghuni surga itu darinya). Tidak pantas pula bagi siapa pun dari kalangan penghuni surga untuk masuk ke dalam surga, sementara masih ada hak penghuni neraka pada dirinya hingga Ku-selesaikan hak penghuni neraka itu darinya, meskipun hanya sebuah tamparan.’”

Kami bertanya, “Bagaimana caranya menunaikan hak mereka, sedangkan kita menemui Allah ‘Azza Wajalla dalam keadaan tidak berpakaian, tidak berkhitan, dan tidak memiliki apa pun?” Nabi menjawab, “Diselesaikan dengan kebaikan dan kejelekan yang kita miliki.[2]

Dalam kisah ini, kita dapat mengetahui bagaimana semangat Jabir bin Abdillah di dalam menuntut ilmu. Tidak hanya itu, kedudukan Jabir bin Abdillah yang berada di atas Abdullah bin Unais tidak menghalanginya untuk mendatangi langsung hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bahkan rela merendahkan dirinya di hadapan seseorang yang memiliki ilmu agama. Semangat para sahabat dalam menuntut ilmu inilah yang seharusnya menjadi contoh dan teladan yang bisa kita terapkan di dalam keseharian kita. Wallahu a’lam.

***

Penulis: Gazzeta Raka Putra Setyawan

Artikel: Muslim.or.id

 

Catatan kaki:

[1] Diringkas dari kitab Jabir bin Abdillah wa Fiqhuhu, ditulis oleh Musa bin Ali bin Muhammad Al-Amiir, Bab Masyayikh Jabir bin Abdillah dan Bab Asyharu Talamidz Jabir bin Abdillah

[2] Imam Ahmad dalam Al-Musnad, 3: 495; Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, no. 970; Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 4: 574.

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *