Doa Komplet Berlindung dari Delapan Hal

Doa Komplet Berlindung dari Delapan Hal

Teks Hadis

Dikisahkan dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah masuk ke dalam masjid dan mendapati seorang sahabat dari kalangan Anshar yang dipanggil Abu Umamah. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,

يَا أَبَا أُمَامَةَ مَا لِي أَرَاكَ جَالِسًا فِي الْمَسْجِدِ فِي غَيْرِ وَقْتِ الصَّلَاةِ

 “Ada apakah gerangan aku lihat engkau duduk di masjid bukan pada waktu salat?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam heran kenapa Abu Umamah dengan ekspresi wajah yang sedih hanya duduk mengurung diri di masjid dan di luar waktu salat, padahal sahabat-sahabat lainya bekerja di luar. Menanggapi pertanyaan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu, dia menjawab,

هُمُومٌ لَزِمَتْنِي وَدُيُونٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ

“Kegundahan dan utang yang selalu menyelimutiku, wahai Rasulullah!”

Mendengar hal itu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,

أَفَلَا أُعَلِّمُكَ كَلَامًا إِذَا أَنْتَ قُلْتَهُ أَذْهَبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمَّكَ وَقَضَى عَنْكَ دَيْنَكَ

“Maukah aku ajarkan doa yang apabila kamu ucapkan, maka Allah ‘Azza Wajalla akan menghilangkan kegundahanmu dan melunaskan utang-utangmu?”

Dengan penuh suka cita dan semangat, Abu Umamah menjawab,

بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ

Mau, wahai Rasulullah.

Beliau pun bersabda,

“Apabila kamu berada di pagi dan di sore hari ucapkanlah (doa):

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL HAMMI WAL HAZANI WA A’UDZU BIKA MINAL ‘AJZI WAL KASALI, WA A’UDZU BIKA MINAL JUBNI WAL BUKHLI WA A’UDZU BIKA MIN GHALABATID DAINI WA QAHRIR RIJAL

(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kesedihan dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut dan bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari terlilit utang dan pemaksaan dari orang lain.)”

Setelah mengamalkan doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di atas, maka Abu Umamah pun berkata, “Aku pun melaksanakannya dan ternyata Allah ‘Azza Wajalla menghilangkan kegundahanku dan melunasi utang-utangku.” (HR. Abu Dawud no. 1330)

Kandungan Hadis

Pertama, berlindung dari Al-Hammu (kekhawatiran masa depan) dan Al-Haznu (kesedihan masa lalu)

Berlindung dari kegelisahan atau kekhawatiran masa depan dan kesedihan terhadap masa lalu adalah bagian penting dalam menjaga kesehatan mental dan spiritual seseorang. Islam mengajarkan kita untuk senantiasa berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah dari perasaan negatif yang mengganggu. Dengan membaca doa-doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di atas, kita bisa mendapatkan ketenangan hati dan pikiran.

Selain itu, dengan membaca doa di atas, membantu kita menerima takdir Allah dengan lapang dada, sehingga kita dapat fokus pada masa kini dan masa depan tanpa terus dibayangi oleh kekhawatiran masa yang akan datang dan larut dalam kesedihan atas apa yang telah berlalu. Dengan demikian, kita bisa menjalani hidup dengan lebih tenang dan penuh rasa syukur bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana terbaik yang Allah tetapkan untuk kita.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عَجِبْتُ لِلْمُؤْمِنِ، إِنَّ اللهَ لاَ يَقْضِي لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ

“Aku begitu takjub pada seorang mukmin. Sesungguhnya Allah tidaklah menakdirkan sesuatu untuk seorang mukmin, melainkan pasti itulah yang terbaik untuknya.” (HR. Ahmad, 3: 117. Syekh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadis ini sahih)

Dalam hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن أَصبَحَ مِنكُم آمِنًا في سِربِهِ، مُعَافًى في جَسَدِهِ، عِندَهُ قُوتُ يَومِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَت لَهُ الدُّنيَا

“Barangsiapa di antara kalian yang bangun di pagi hari dalam keadaan aman di tempat tinggalnya, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dunia seluruhnya telah dikumpulkan untuknya.” (HR. Tirmidzi)

Hadis ini mengajarkan kita untuk bersyukur atas nikmat yang ada saat ini dan fokus pada kebutuhan hari ini, tanpa terlalu khawatir tentang masa depan atau menyesali masa lalu.

Kedua, berlindung dari Al-‘Ajzu (lemah) dan Al-Kasalu (malas)

Al-‘Ajzu yaitu ia memiliki kemauan untuk melakukan sesuatu, tetapi tidak mempunyai kekuatan untuk berusaha dan melakukannya. Sedangkan Al-Kasalu yakni ia mempunyai kemampuan untuk berusaha, tetapi ia malas untuk melakukannya. Dalam Islam, kita diajarkan untuk memohon perlindungan kepada Allah dari sifat-sifat yang menghalangi produktivitas dan kemajuan, karena kedua sifat ini bisa menghambat seseorang dalam menjalankan kewajibannya dan mencapai tujuan hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اَلْمُؤْمِنُ اَلْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ. اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ. وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَرُ اللهُ، َوَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan, ‘Seandainya aku lakukan, pasti demikian dan demikian.’ Akan tetapi, hendaklah engkau katakan, ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu setan.” (HR. Muslim)

Ketiga, berlindung dari Al-Jubnu (penakut/pengecut) dan Al-Bukhlu (pelit)

Dua sifat tercela di atas memiliki dampak buruk bagi diri sendiri dan orang lain. Sifat penakut menghalangi seseorang untuk mengambil langkah-langkah berani dalam kebaikan dan kebenaran, sedangkan sifat kikir menghambatnya dari berbagi rezeki dan kebaikan dengan sesama.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

شَرُّ مَا فِي رَجُلٍ شُحٌّ هَالِعٌ وَجُبْنٌ خَالِعٌ

“Sifat terjelek yang ada pada diri seseorang ialah orang yang sangat pelit dan pengecut.” (HR. Ahmad, 13:385 , no: 8010)

Keempat, berlindung dari Ghalabatu al-Dain (utang semakin bertambah) dan Qahru al-Rijal (direndahkan/dikuasai orang lain)

Utang yang banyak bisa menjadi beban berat yang mengganggu ketenangan jiwa, bahkan dapat menyebabkan seseorang kehilangan kebebasannya. Utang juga dapat membuka pintu bagi orang lain untuk merendahkan dan menguasai seseorang, mengingat posisinya yang lemah sehingga mudah untuk dimanfaatkan orang lain. Berlindung dari utang dan direndahkan atau dikuasai oleh orang lain adalah upaya penting untuk menjaga kehormatan dan keselamatan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَيُّمَا رَجُلٍ يَدِينُ دَيْناً، وَهُوَ مُجْمِعُ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ، لَقِيَ اللَّهَ سَارِقاً

“Siapa yang berutang lalu berniat tidak melunasinya, ia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dengan status pencuri.” (HR. Ibnu Majah)

Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik dan kemudahan untuk mengamalkan doa yang telah kita bahas di atas. Amin.

***

Penulis: Arif Muhammad N

Artikel: Muslim.or.id

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Al-Qur'an Application

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading